Social Icons

Tampilkan postingan dengan label Umum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Umum. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 22 Juni 2013

Orang Ganteng dan Cantik Lebih Sukses Bekerja?

Ilustrasi




Suka atau tidak, penampilan seseorang ternyata memengaruhi bagaimana ia diperlakukan di tempat kerja. Pekerja yang berpenampilan fisik menarik, cenderung lebih mudah mendapat promosi.

Sementara itu, pekerja dengan penampilan fisik tidak menarik, lebih sering untuk di-bully. Penampilan fisik tersebut berpengaruh lebih besar pada bagaimana seseorang diperlakukan, ketimbang usia, jenis kelamin, dan lamanya bekerja di kantor tersebut.


"Ternyata lingkungan kerja sama saja seperti saat sekolah. Walau para pekerja berpikir dirinya profesional dan dewasa," kata peneliti Brent Scott dari Michigan State University.


Penelitian ini dilakukan melalui survei terhadap 114 pekerja pada fasilitas kesehatan di wilayah southeastern Amerika Serikat. Para responden ditanya seberapa sering teman sesama pekerja melakukan hal yang tidak menyenangkan pada mereka.


Perilaku tidak menyenangkan yang dimaksud antara lain sikap kasar, ucapan yang menyakitkan hati, atau dibuat olok-olok oleh kolega.


Selain itu, sekelompok orang yang tidak mengenal satu pun para responden diperlihatkan foto para responden. Mereka diminta menilai penampilan fisik para responden.


Penelitian menyatakan, pekerja yang terlihat tidak menarik diperlakukan lebih kasar dibanding mereka yang dianggap menarik. Perlakuan ini termasuk melakukan pekerjaan yang lebih banyak dan sering diabaikan ketika ada promosi.


Penelitian ini diharapkan bisa membantu para pemimpin perusahaan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk bekerja. Termasuk di antaranya memberikan kesempatan yang adil pada setiap pekerja berdasarkan performa kerja, bukan hanya penampilannya.


Sumber :
»»  READMORE...

Jumat, 14 Desember 2012

Inilah 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia

Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa pun mengakui bahwa kuliner di Indonesia sangat banyak ragamnya, mulai dari aneka racikan nasi, yang menjadi makanan wajib orang Indonesia, ragam kue, sayur dan lauk pauk, hingga aneka minuman.
Dengan banyaknya jenis kuliner tersebut, industri kuliner menjadi salah satu industri yang berkembang saat ini, seiring dengan berkembangnya pariwisata dalam negeri.
"Ditetapkannya kuliner menjadi subsektor industri kreatif yang bisa jadi kebanggaan di luar negeri. Dalam hal ini, kuliner menjadi menjadi wisata minat khusus," ungkap Dirjen Pengembangan Destinasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Firmansyah Rachim, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (14/12/2012).
Banyaknya ragam kuliner Indonesia mengakibatkan sulitnya mendefinisikan mana yang termasuk makanan khas Indonesia. Karena itu perlu ditetapkan jenis makanan tradisional yang dapat menjadi ikon, mewakili kuliner Indonesia di event nasional dan internasional.
Menurut Firmansyah, terdapat 70 jenis calon ikon kuliner tradisional Indonesia, yang kemudian dikerucutkan menjadi 30 ikon kuliner tradisional Indonesia. Kuliner tersebut terdiri dari kuliner pusaka, tradisi dan unggulan, mulai dari makanan pembuka, hingga penutup.
Landasan pemilihan 30 ikon  kuliner tradisional  Indonesia tersebut, ungkap Firmansyah, berdasarkan beberapa kriteria. Pertama, bahan baku harus mudah diperoleh, baik di dalam maupun luar negeri, yang kedua kuliner tersebut telah dikenal oleh masyarakat luas, serta ada pelaku profesional praktisi kuliner tersebut.
Tiga puluh ikon kuliner tradisional Indonesia, yang diseleksi oleh Kelompok Kerja buatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang terdiri dari para praktisi dan pakar kuliner, yaitu Ayam Panggang Bumbu Rujak Yogyakarta, Gado-gado Jakarta, Nasi Goreng Kampung, Serabi Bandung, Sarikayo Minangkabau, Es Dawet Ayu Banjarnegara, Urap Sayuran Jogjakarta, Sayur Nangka Kapau, Lunpia Semarang, Nagasari Jogjakarta, Kue Lumpur Jakarta, Soto Ayam Lamongan, Rawon Surabaya, Asinan Jakarta, Sate Ayam Madura.
Berikutnya Sate Maranggi Purwakarta, Klappertaart Manado, Tahu Telur Surabaya, Sate Lilit Bali, Rendang Padang, Orak-arik Buncis Solo, Pindang Patin Palembang, Asam Padeh Tongkol Padang, Nasi Liwet Solo, Es Bir Pletok Jakarta, Kolak Pisang Ubi Bandung, Ayam Goreng Lengkuas Bandung, Laksa Bogor, Kunyit Asam Solo, serta Nasi Tumpeng. Ke-30 ikon kuliner ini ditetapkan sebagai ikon kuliner tradisional Indonesia di dalam maupun luar negeri.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengharapkan dari ke-30 ikon kuliner tradisional Indonesia ini, akan akan disajikan berbentuk menu, mulai dari makan pembuka hingga minuman.
"Pemilihan kuliner tradisional tak berhenti pada 30 ini. Kita mulai dari 30 ini selanjutnya kita implementasi, kenapa kita memilih kuliner tersebut, dengan cerita yang ada di balik kuliner. Nantinya setiap destinasi wisata harus punya ikon dan kuliner unggulan. Karena kuliner adalah bagian dari tourism," ujar Mari.
"Ditetapkannya 30 ikon kuliner tradisional Indonesia, diharapkan menjadi makanan yang wajib dimasak pada setiap event nasional atau internasional di Istana Negara," tambah Firmansyah.
»»  READMORE...

Selasa, 27 November 2012

Sistem Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia


 
Bangka Pos/Fennie Y Ilustrasi
KOMPAS.com — Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam.

Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki "budaya" pendidikan.

Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan, seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas.

Gambaran perpaduan itu meletakkan Inggris dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan tes Pisa dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang juga merupakan salah satu tes dalam proses penyusunan peringkat. Pertimbangan-pertimbangan dalam peringkat ini diproduksi untuk Pearson oleh Economist Intelligence Unit.

Kompetisi global
Dua kekuatan utama pendidikan adalah Finlandia dan Korea Selatan, lalu diikuti oleh tiga negara di Asia, yaitu Hongkong, Jepang, dan Singapura.

Inggris yang dianggap sebagai sistem tunggal juga dinilai sebagai "di atas rata-rata", lebih baik daripada Belanda, Selandia Baru, Kanada, dan Irlandia. Keempat negara itu juga berada di atas kelompok peringkat menengah termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Perancis.

Perbandingan ini diambil berdasarkan tes yang dilakukan setiap tiga atau empat tahun di berbagai bidang, termasuk matematika, sains, dan kesusasteraan serta memberikan sebuah gambaran yang semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, tujuan utamanya adalah memberikan pandangan multidimensi dari pencapaian di dunia pendidikan dan menciptakan sebuah bank data yang akan diperbaharui dalam sebuah proyek Pearson bernama Learning Curve.

Melihat dari sistem pendidikan yang berhasil, studi itu menyimpulkan bahwa mengeluarkan biaya adalah hal penting, tetapi tidak sepenting memiliki budaya yang mendukung pendidikan. Studi itu mengatakan, biaya adalah ukuran yang mudah, tetapi dampak yang lebih kompleks adalah perilaku masyarakat terhadap pendidikan, hal itu dapat membuat perbedaan besar.

Kesuksesan negara-negara Asia dalam peringkat ini merefleksikan nilai tinggi pendidikan dan pengharapan orangtua. Hal ini dapat menjadi faktor utama ketika keluarga bermigrasi ke negara lain, kata Pearson.

Ada banyak perbedaan di antara kedua negara teratas, yaitu Finlandia dan Korea Selatan, menurut laporan itu, tetapi faktor yang sama adalah keyakinan terhadap kepercayaan sosial atas pentingnya pendidikan dan "tujuan moral".

Kualitas guru
Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut staf terbaik. Hal ini meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji.

Peringkat itu menunjukkan bahwa tidak ada rantai penghubung jelas antara gaji tinggi dan performa yang lebih baik. Dan ada pula konsekuensi ekonomi langsung atas sistem pendidikan performa tinggi atau rendah, kata studi itu, terutama di ekonomi berbasis keterampilan dan global. Namun, tidak ada keterangan yang jelas mengenai pengaruh manajemen sekolah dengan peringkat pendidikan.

Peringkat untuk tingkat sekolah menunjukkan bahwa Finlandia dan Korea Selatan memiliki pilihan tingkat sekolah terendah. Namun, Singapura yang merupakan negara dengan performa tinggi memiliki tingkat tertinggi.
Sumber :

»»  READMORE...

Sabtu, 24 November 2012

Kekuatan Militer Indonesia No.13 di Dunia

Seringkali, kita merasa kecil dan tidak mampu jika mengingat kekuatan persenjataan militer kita. Lihat saja komentar-komentar yang muncul ketika ada konflik di Ambalat, dll. Ada yang nyinyir menyindir peralatan militer kita, dll. Lucunya, justru ada pihak lain yang justru mengukur dari sisi lain. Alhasil, menurut versi Global Fire Power, Indonesia menduduki peringkat ke 13 kekuatan militer dunia. Jauh diatas Australia (21), Thailand (23), Philipines (30) atah bahkan Iraq (34).

Berikut datanya:

Indonesian Military Strength:
Minimum Military Enlistment Age 18 Years Old
Available Military Manpower 60,543,028
Total Military Personnel 923,000
Active Frontline Personnel 316,000
Yearly Military Expenditure $1,300,000,000
Available Purchasing Power $901,700,000,000
Reported Gold Reserves $34,700,000,000
Small Arms Authorized Exports (FY2005) N/A
Small Arms Authorized Imports (FY2005) N/A

Aircraft 613
Armor 969
Artillery Systems 700
Missile Defense Systems 91
Infantry Support Systems 1,790
Naval Units 121
Merchant Marine Strength 750


Serviceable Airports 668
Railways 6,458 km
Waterways 21,579 km
Serviceable Roadways 368,360 km
Total Square Area 1,919,440 km

Major Ports and Harbors 9
Oil Production 1,094,000 (barrels per day)
Oil Consumption 1,155,000 (barrels per day)
Proven Oil Reserves 4,600,000,000 (barrels)
Labor Force 94,200,000

GFP Ranking

1 United States
2 Russia
3 China
4 India
5 Germany
6 France
7 Japan
8 Turkey
9 Brazil
10 Great Britain
11 Italy
12 South Korea
13 Indonesia
14 Mexico
15 Canada
16 Iran
17 Egypt
18 North Korea
19 Spain
20 Pakistan
21 Australia
22 Saudi Arabia
23 Thailand
24 Argentina
25 Sweden
26 Israel
27 Greece
28 Taiwan
29 Syria
30 Philippines
31 Poland
32 Ukraine
33 Norway
34 Iraq
35 Libya
36 Venezuela
37 Lebanon
38 Nepal
39 Afghanistan

Terus Malaysia dapat nomor berapa ya? :P

Source : Global Fire Power
»»  READMORE...

Jumat, 23 November 2012

Menjadi Islam Indonesia


Menjadi Islam Indonesia 
HENDRA AGUS SETYAWAN (HAS)Kampanye empat pilar kebangsaan terus digemakan. Salah satunya seperti terpasang di kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Kamis (23/6/2011). Kampanye empat pilar kebangsaan yang meliputi Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhineneka Tunggal Ika tersebut bertujuan untuk membumikan kembali paham kebangsaan yang saat ini meredup. Kompas/Hendra A Setyawan (HAS) 23-06-2011
Oleh Masdar Hilmy
KOMPAS.com - Sesungguhnya tantangan paling nyata Islam di negeri ini adalah faktor keterjarakan dari episentrum kelahirannya di Jazirah Arab.
Pola relasi Islam Arab-Islam Indonesia ini sering kali dipersepsikan sebagai pola relasi pusat-pinggiran, yakni pusat bertindak sebagai produsen dan pinggiran sebagai konsumen; pusat sebagai yang autentik dan pinggiran sebagai yang terdegradasi atau terdevaluasi; pusat sebagai imam sementara pinggiran sebagai makmum. Pola relasi semacam ini tidak lain adalah sebentuk patrimonialisme ideologis-religius yang memandang Islam Indonesia dalam posisinya yang inferior, kelas dua.
Pandangan semacam ini sebenarnya merugikan Islam Indonesia dalam peta konfigurasi Islam dunia karena Islam di negeri ini cenderung ditempatkan dalam posisi tak penting serta diragukan kapasitasnya untuk menghasilkan modus keberagamaan yang autentik. Padahal, keberadaan Islam Indonesia yang lebih moderat, damai, dan toleran merupakan realitas empiris-historis tak terbantahkan.
Mestinya, fakta lebih berbicara ketimbang kata-kata. Realitasnya, Islam Indonesia belum sepenuhnya menjadi trendsetter bagi komunitas Muslim di belahan dunia lain. Parahnya, tidak sedikit kalangan internal umat Islam yang ”mencemooh” dirinya sendiri dengan menganggapnya tidak autentik dan, oleh karena itu, perlu dimurnikan. Artinya, mereka tidak percaya diri dengan modalitas keberagamaan yang dimiliki selama ini.
Tiga modalitas
Harapan dan optimisme Islam Indonesia sebagai produsen atau trendsetter keberagamaan alternatif bagi komunitas Muslim dunia sebenarnya bukanlah lamunan kosong ataupun mimpi pada siang bolong, terutama jika kita melihat sejumlah modalitas yang ada. Bahwa Islam Indonesia telah mempertunjukkan fitur-fitur keberagamaan yang distingtif merupakan kenyataan yang tak terbantahkan.
Sebanyak 204 juta Muslim dilahirkan dan tinggal di negeri ini, membentuk 12,5 persen dari total 1,6 miliar pemeluk Islam di dunia. Sebuah angka yang—semestinya—cukup signifikan dalam menggerakkan pendulum peradaban Islam dunia. Ini merupakan modalitas pertama Islam Indonesia yang belum banyak diapresiasi oleh komunitas Muslim dunia. Pertanyaan yang mesti direnungkan: bagaimana bisa Islam dianut oleh sedemikian banyak penduduk dalam waktu relatif singkat (enam abad)?
Islam Indonesia juga terbukti telah melahirkan modus keberagamaan yang moderat, damai, toleran, terbuka, dan ramah lingkungan. Memang di sana-sini masih dijumpai letupan konflik dan perlawanan bawah tanah, tetapi jumlahnya tak signifikan dibandingkan dengan aspirasi mayoritas umat Islam di negeri ini. Bandingkan dengan wajah Islam di belahan dunia lain (baca: Timur Tengah) yang jauh berbeda; tiada hari tanpa konflik dan kekerasan berdarah. Sebuah realitas keberagamaan yang jelas tak dikehendaki terjadi di sini. Inilah modalitas kedua Islam Indonesia yang telah teruji sejarah, tetapi—lagi-lagi—masih dilihat sebelah mata.
Modalitas ketiga adalah tradisi kesarjanaan yang pernah membentuk diskursus keislaman tingkat dunia. Islam di negeri ini pernah melahirkan ulama berkaliber internasional, seperti Imam Nawawi al-Bantani dan Mahfudz al-Tirmisi, yang karyanya beredar di belahan dunia lain, seperti di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Khazanah pemikiran keagamaan di Indonesia juga telah melahirkan Begawan-cum-ilmuwan kontemporer seperti Nurcholish Madjid (Cak Nur) dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Keterjarakan sebenarnya tak serta-merta menyebabkan terjadinya degradasi dan devaluasi kualitas keberagamaan Islam Indonesia. Sebaliknya, keterjarakan justru dapat meruangkan artikulasi dan eksperimentasi keberagamaan secara kreatif dan produktif guna melahirkan eksemplar keberagamaan alternatif yang lebih progresif, transformatif, dan kontekstual.
Dirintis sembilan wali (Wali Sanga), Islam di negeri ini tumbuh dan berkembang menjadi sebuah hibriditas keberagamaan ”baru” yang terbukti dapat berdialog dan kemudian bersenyawa dengan unsur budaya lokal. Persenyawaan ini bukanlah sebuah kekalahan Islam di satu sisi dan kemenangan Jawa (baca: Indonesia) di sisi lain. Namun, inilah cara Islam untuk meng-”ada” di tanah yang jauh dari episentrum kelahirannya tanpa harus mereduksi inti keberagamaannya. Meminjam Erich Fromm (1964), modus keberagamaan Wali Sanga adalah modus ”menjadi” (to be), bukan ”memiliki” (to have). Modus keberagamaan semacam ini ditandai pencarian eksistensial yang tak pernah bertepi. Kulminasi beragama dalam koteks ini adalah ketika seseorang berhasil merayakan kemenyatuan di antara pesan-pesan eternal Islam ke dalam lokalitas sosial-budaya yang wadag.
Konsekuensinya, seseorang dapat menjadi Muslim dengan nyaman tanpa harus membuang identitas kelokalannya masing-masing. Artinya, seseorang bisa ”menjadi” Muslim yang utuh tanpa harus membuang kejawaannya, kemelayuannya, kesundaannya, kebatakannya, kebanjarannya, kebugisannya, dan seterusnya.
Dengan demikian, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan semacamnya adalah struktur permukaan (surface structure) yang tidak akan menggerus apa pun dari inti keberagamaan (deeper structure) seorang Muslim. Keduanya, dalam perspektif ”menjadi”-nya Erich Fromm dan Wali Sanga, membentuk sebuah persenyawaan yang sah dan autentik.
Dalam konteks ini, keberterimaan Islam Indonesia terhadap empat pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) tidak semestinya dipersepsikan sebagai modus keberagamaan yang terdegradasi, terdevaluasi, atau tidak autentik. Dalam konteks itu pula, dikotomi religius-nasionalis tidak lagi relevan karena keduanya telah terjadi sublimasi. Seseorang bisa dan boleh menjadi kedua-duanya sekaligus! Dus, kategori parpol Islam dan parpol sekuler tidak bisa dipertahankan lagi sebab di antara keduanya tidak ada lagi penanda yang membuat keduanya berbeda secara signifikan.
Jalan panjang untuk ”menjadi”
Namun, menjadi Islam Indonesia bukanlah proses mudah dan sekali jadi. Ia merepresentasikan sebuah perjalanan eksistensial panjang nan berliku. Sering kali di tengah jalan diganggu gerombolan ”pengacau” yang terobsesi dengan cara beragama ”memiliki”, yakni cara beragama replikatif-verbatim, tanpa mengindahkan dimensi kesejarahannya.
Modus keberagamaan yang ramah, toleran, dan moderat ala NU dan Muhammadiyah, dalam banyak hal, adalah continuum belaka dari modus keberagamaan ”menjadi” ala Wali Sanga. Kita berutang banyak kepada kedua ormas ini dalam membentuk Islam di negeri ini. Berkat keduanya, Islam Indonesia jadi entitas keberagamaan autentik yang tak tereduksi hanya karena faktor keindonesiaannya.
Hanya ketika Islam Indonesia semakin ”menjadi”, ia akan bertindak sebagai trendsetter bagi dunia Islam lainnya. Semoga Islam Indonesia semakin ”menjadi”. Inilah refleksi kecil perhelatan Annual International Conference on Islamic Studies Ke-12 yang diselenggarakan IAIN Sunan Ampel di Surabaya, 5-8 November lalu.
Masdar Hilmy Dosen dan Asisten Direktur Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel
 
Sumber :
Kompas Cetak
»»  READMORE...

Kamis, 22 November 2012

Negara Mana yang Warganya Paling Emosional?


shutterstock
Ilustrasi emosi
KOMPAS.com — Sebuah survei terbaru mengungkapkan negara mana saja yang warganya paling emosional dan kurang emosional. Hasilnya menunjukkan Singapura adalah negara dengan penduduk paling kalem atau minim emosi, sedangkan Filipina merupakan negara paling emosional.

Lembaga riset Gallup Worldwide Research Methodology melakukan penelitian di 150 negara dengan metode wawancara via telepon dan tatap muka. Di setiap negara, lembaga ini menyurvei 1.000 orang berusia 15 tahun ke atas antara tahun 2009 dan 2011. Para responden diwawancarai untuk mengetahui apakah mereka menyimpan lima emosi positif atau lima emosi negatif.

Lima emosi negatif tersebut adalah rasa marah, stres, sedih, sakit fisik, dan rasa cemas. Adapun emosi positif berupa rasa cukup beristirahat, diperlakukan secara hormat, rasa gembira, tersenyum dan banyak tertawa, serta belajar dan melakukan sesuatu yang menarik. Peneliti mengukur kadar emosi dengan membuat rata-rata persentase warga di setiap negara yang mengaku mengalami setiap emosi, baik itu positif maupun negatif.

Dari hasil jajak pendapat, Singapura tercatat sebagai negara yang paling kalem atau tanpa emosi dibandingkan dengan negara lain dengan hanya 36 persen warganya mengaku mengalami beragam perasaan atau emosi tersebut setiap hari. Singapura diikuti oleh Georgia, Lituania, Rusia, Madagaskar, dan Ukraina sebagai negara dengan mayoritas warganya yang minim menujukkan sikap emosi baik positif atau negatif.

Sementara itu, Filipina tercatat sebagai negara yang warganya paling banyak menunjukkan perasaan emosi.  Ada sekitar 60 persen warga Filipina yang menyatakan bahwa mereka merasakan 10 emosi (positif dan negatif) setiap hari. Filipina diikuti oleh El Savador, Bahrain, Oman, dan Kolombia.

Peneliti juga menganalisis emosi negatif dan positif secara terpisah. Mereka menemukan warga di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara paling banyak mengalami emosi negatif, sedangkan warga di Amerika Latin paling banyak merasakan emosi positif.

Menurut peneliti, meskipun negara-negara yang memiliki emosi negatif tertinggi mengalami masalah ekonomi, kekacauan, dan perang, temuan ini juga menunjukkan bahwa memperbaiki pendapatan mungkin menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kesejahteraan warga di negara tersebut. Meski Singapura merupakan salah satu negara dengan rata-rata pengangguran paling rendah di dunia dan rata-rata GDP tertinggi, warganya juga sulit mengekspresikan emosi positif.

Berikut daftar negara dengan tingkat emosi.
Minim Emosi:

Singapura: 36%
Georgia: 37%
Lituania: 37%
Rusia: 38%
Madagaskar: 38%
Ukraina: 38%
Belarus: 38%
Kazakhstan: 38%
Nepal: 38%
Kirgistan: 38%

Paling Emosional:
Filipina: 60%
El Salvador: 57%
Bahrain: 56%
Oman: 55%
Kolombia: 55%
Cile: 54%
Kosta Rika: 54%
Kanada: 54%
Guatemala: 54%
Bolivia: 54%
Ekuador: 54%
Republik Dominika: 54%
Peru: 54%
Nikaragua: 54%
Amerika Serikat: 54%


     
»»  READMORE...

Rabu, 21 November 2012

Setelah Tujuh Puncak di Tujuh Benua

 
DOK MATITALA UNPAR Empat pendaki dari Mahitala Universitas Parahiyangan mencapai puncak Denali, gunung tertinggi di Benua Amerika, Jumat (7/7/2011). Mereka adalah Sofyan Arief Fesa, Xaferius Frans, Janatan Ginting, dan Broery Andrew Sihombing.

JAKARTA, KOMPAS.com - Di antara sekitar 350 penggapai tujuh puncak di tujuh benua, Indonesia menyumbang empat pendaki dari Mahitala pada Juli 2011 dan dua pendaki dari Wanadri pada Mei 2012. Namun, setelah itu apa? Cukupkah Indonesia berbangga memiliki enam pendaki penggapai tujuh puncak di tujuh benua atau seven summiteers?
Demikian salah satu pertanyaan dalam seminar Kisah Para Pendaki Asia Tenggara yang Telah Berhasil Manggapai Puncak Dunia di Gedung Setiabudi 2, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Sabtu (17/11/2012). Seminar diselenggarakan oleh Mahasiswa Parahyangan Pencinta Alam (Mahitala), Universitas Parahyangan, Bandung, Jawa Barat.
Bagi Mahitala, sudah setahun lebih sejak empat pendaki mereka menyelesaikan ekspedisi dengan menggapai puncak ketujuh yakni Denali/McKinley (6.194 mdpl) di Alaska, Amerika Serikat (Amerika Utara) pada 7 Juli 2011. Mereka adalah Sofyan Arief Fesa (29), Xaverius Frans (25), Broery Andrew Sihombing (23), dan Janatan Ginting (23).
Pemikiran untuk melaksanakan Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) atau Ekspedisi Indonesia di Tujuh Puncak Dunia oleh Mahitala Unpar itu justru berawal dari perjumpaan dengan Hiroyuki Kuraoka, pemandu berpengalaman asal Jepang, saat belasan anggota Mahitala melaksanakan ekspedisi sekaligus penelitian flora dan fauna di Carstensz Pyramid, Papua, Indonesia (Oceania), Januari-Februari 2009.
Dalam kurun waktu 35 hari ekspedisi itu, pada 23 Februari dan 26 Februari 2009, anggota Mahitala termasuk empat pendaki yang kemudian menjadi pendaki ISSEMU, menggapai puncak Ndugu-Ndugu/Carstenz Pyramid (4.884 mdpl). Mereka juga memberi nama lima puncak-salah satunya Mahitala-yang diklaim belum digapai pendaki lainnya, mengganti tali dan jangkar dengan yang baru sedangkan yang lama dibuang dengan bantuan angkut helikopter.
Saat bertemu Hiroyuki, sang pendaki gaek asal Jepang itu sedang memandu seorang pendaki yang ternyata sopir taksi yang berambisi menjadi seven summiteers. Jika orang lain mampu, apakah anggota Mahitala yang notabene orang tropis juga bisa? Hiroyuki ternyata juga mengamati aktivitas anggota Mahitala di satu-satunya pegunungan berpuncak es abadi di Indonesia itu.
Hiroyuki punya feeling bahwa Mahitala mampu, selama kegiatan terlihat tenang, nyaris tanpa mengeluh, dan terus mendaki yang dinilainya modal yang cukup baik untuk menjadi pendaki tangguh dunia.   Perasaan Hiroyuki itu akhirnya terbukti. Indonesia melalui Mahitala dan Wanadri menjadi satu di antara para pendaki dari 52 negara di dunia yang dikategorikan seven summiteers.
Namun, sudah cukupkah? Setelah itu apa? Jawabannya masih disimpan oleh empat pendaki Mahitala. "Kami belum berani mengutarakannya," kata Xaverius Frans menjawab pertanyaan peserta seminar.   Di jajaran pendaki elite dunia, jumlah puncak tertinggi benua masih diperdebatkan. Sebagian menyatakan ada tujuh puncak mewakili tujuh benua. Sebagian menyatakan ada delapan puncak mewakili delapan benua. Yang disebut terakhir ialah puncak Kosciuszko (2.228 mdpl) di Australia yang dianggap mewakili benua Australia sehingga berbeda dengan Ndugu-Ndugu/Carstensz Pyramid yang mewakili benua Oceania.
Jika kategorinya delapan puncak di delapan benua, hanya ada 138 pendaki yang Indonesia belum termasuk di antaranya.   Selain itu, ada istilah adventure grand slam untuk penggapai tujuh puncak di tujuh benua ditambah kutub utara dan kutub selatan.  Yang berpredikat ini belum lebih dari 20 pendaki. Salah satunya berasal dari Singapura yakni Khoo Swee Chiow yang saat seminar juga hadir dan berbagi pengalamannya. Dia adalah orang pertama dari Asia Tenggara atau orang keempat di dunia yang mendapatkan adventure grand slam.
Tidak berhenti di situ, Khoo pernah bersepeda Singapura-Beijing (China), bersepatu roda dari Hanoi (Vietnam) ke Singapura, berkayak keliling kepulauan Filipina, bertahan dalam air paling lama, dan berenang menyeberangi Selat Malaka. Sudah lebih dari 350 seminar motivasi yang diikuti 95.000 di seluruh dunia yang pernah diberikan oleh Khoo.
Khoo juga orang Asia Tenggara pertama yang menggapai puncak K2 (8.611 mdpl). Puncak kedua tertinggi di dunia itu digapai pada 31 Juli 2012. K2 dianggap gunung mematikan dengan jalur pendakian tersulit. Puncak tertinggi dunia yakni Sagarmatha/Everest (8.848 mdpl) sudah digapai oleh 4.000 pendaki. Namun, baru 300 orang yang pernah menggapai puncak K2 di Pegunungan Karakoram teritorial Pakistan-China.
Menurut Khoo, Indonesia adalah bangsa yang besar. Indonesia patut menjadi pemimpin atau pemasok utama pendaki-pendaki tangguh dunia, setidaknya dari Asia Tenggara. Di Singapura, tidak banyak yang ingin mengikuti jejak Khoo. Malaysia diduga memfokuskan pada pendakian Everest. Sedikit pendaki dari Vietnam yang setelah mencapai Everest belum terdengar lagi gebrakannya. Thailand yang menyumbang tiga pendaki tujuh puncak di tujuh benua juga belum lagi terdengar gaungnya.
"Peluang Indonesia amat besar untuk menjadi yang terkuat di pendakian gunung," kata Khoo. Bahkan, Khoo membocorkan peluang kegiatannya mendatang. Antara lain mendaki Kanchenjunga (8.586 mdpl) yang tertinggi setelah Everest dan K2, anggota 14 puncak di atas 8.000 mdpl, mendaki gunung tertinggi di Myanmar yakni Hkakaborazi (5.881 mdpl), mendaki puncak-puncak yang belum pernah didaki di India atau Papua, atau menjelajahi Indonesia dari Aceh sampai Papua.   Padahal, untuk mewujudkan ambisi nekatnya itu, Khoo tidak membiayainya sendiri. Dana didapat dari sponsor yang dianggap sebagai mitra bisnis.
Kegiatan Khoo dipandang membantu mengangkat citra dan mendongkrak penjualan produk perusahaan sponsor.   Lalu di mana peluang pendaki Indonesia untuk mengungguli Khoo? Peluang itu berasal dari pertanyaan seorang peserta apakah Khoo ingin mendaki seluruh 14 puncak di atas 8.000 mdpl? Jawaban Khoo, dalam waktu dekat ini belum, sebab pendakian gunung berkategori tersebut menghabiskan dana besar dan waktu yang lama.
Sudah tiga puncak dari 14 puncak di atas 8.000 mdpl yang digapai Khoo. Selain Everest dan K2 adalah Shishapangma (8.013 mdpl). Berarti untuk mensejajarkan diri dengan 29 pendaki penggapai 14 puncak tersebut atau disebut eight-thousander, Khoo masih perlu menyelesaikan 11 puncak lagi.
Untuk menjadi eight-thousander, peluang Indonesia untuk menjadi yang terdepan di Asia jelas tertutup sebab sudah didahului oleh pendaki Korea Selatan, Jepang, Nepal, dan Kazakhstan. Namun, untuk menjadi eight-thousander pertama dari Asia Tenggara, peluang ini masih ada dengan catatan tidak didahului oleh Khoo.
Entah kegiatan alam terbuka seperti apa yang bisa dijadikan Indonesia untuk menjadi yang unggul. Namun, pernyataan Khoo menarik untuk direnungkan. Mimpi besar membuat kita tetap hidup dan bisa diwujudkan dengan permulaan langkah kecil.   Pernyataan itu senada dengan hasil perenungan Mahitala. Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah. Sesuatu yang mustahil menjadi saya mungkinkan (impossible to i'm possible). Dan, lakukanlah demi bangsa Indonesia.

»»  READMORE...

Selasa, 20 November 2012

Indonesia PERINGKAT 1 Untuk Pengunduh Situs Porno Terbanyak

KINI Indonesia bertengger di peringkat satu dunia dalam jumlah pengunduh dan pengunggah situs porno. Mayoritas pengunduh masih berusia remaja, yakni pelajar SMP dan SMA.



Pertengahan Januari lalu, Indonesia masih menduduki urutan ketiga setelah China dan Turki. Saat itu, Dirjen Informasi Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) Freddy H Tulung berkilah sebelumnya Indonesia menduduki peringkat kedua. "Setelah Kemenkominfo menerapkan pemblokiran situs porno, peringkat itu turun satu tingkat menjadi peringkat ketiga."

Namun, bagaimana ceritanya sehingga hari ini Indonesia justru nangkring di peringkat pertama? Majelis Ulama Indonesia (MUI) menuding Kemenkoinfo tidak serius bekerja. "Tidak disediakannya dana secara cukup dalam perencanaan anggaran tahunan oleh menteri bersangkutan menunjukkan menteri dan jajarannya tidak serius menangani bahaya pornografi," kata Wakil Sekjen MUI Pusat Tengku Zulkarnaen.

Humas Kemenkominfo Gatot Dewabrata hanya bisa mengakui pemblokiran situs porno saat ini masih lemah. Pemblokiran tersebut masih dapat ditembus. "Belum pernah ada operator dapat memblokir 100% situs porno."

Bahaya yang dikhawatirkan Zulkarnaen sangat mengerikan, terutama di kalangan pelajar. Misalnya ditunjukkan Jumri, mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Kalimantan Selatan. Dengan mengutip data dari dinas kesehatan setempat, Jumri menjelaskan terjadi peningkatan drastis kasus seks bebas di kalangan remaja Kota Banjarmasin. Tercatat angka persalinan usia remaja melonjak dari 50 kasus pada 2010 menjadi 235 kasus pada 2011. Kasus kehamilan tidak diinginkan juga naik dari 35 kasus menjadi 220 kasus.

Itu di Kota Banjarmasin. Seperti apa yang terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan?

Kita hanya bisa berharap pada kepolisian. Kasubdit Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya AKB Audie S Latuheru mengemukakan pihaknya kini gencar melakukan patroli. Anak-anak di bawah umur menjadi prioritas patroli dunia maya (cyber patrol) ini. Menurutnya, kejahatan di dunia maya lebih besar dari segi kuantitas, kualitas, dan intensitas jika dibandingkan dengan kejahatan di dunia nyata. (Tim Media/X-17)
»»  READMORE...

Selasa, 13 November 2012

Pohon Tertua Di Dunia Saksi Kehidupan Jaman Dulu

KAMIS, 08 NOVEMBER 2012

KAMIS, 08 NOVEMBER 2012

Pohon Tertua Di Dunia Saksi Kehidupan Jaman Dulu




Apakah Anda tahu bahwa beberapa pohon
bisa hidup selama ribuan tahun?

Kedengarannya luar biasa tetapi ada banyak
pohon-pohon di bumi yang telah
berkembang selama beberapa ribu tahun
dan mereka masih baik-baik. Bayangkan,
misalnya, pohon yang tumbuh selama
periode Kekaisaran Romawi ternyata masih
tumbuh hari ini. Di sini Anda akan
menemukan daftar beberapa pohon tertua
di bumi, yang tertua di antara mereka
adalah lebih dari 10.000 tahun!


1. Pando Tree

Hal ini diyakini bahwa ini koloni pohon yang
sebenarnya merupakan bagian dari satu
organisme (mereka semua memiliki sistem
akar bawah tanah yang sama) adalah
sekitar 80.000 tahun! Ya, anda membacanya
dengan benar, ini organisme sangat besar
ada di sini untuk 80 mileniums. Pohon
Pando dapat ditemukan di Utah, Amerika
Serikat.


2. Mhetuselah

Mhetuselah hampir 4.841 tahun, pohon tua
yang terletak di White Mountains, California.


3. Sarv-e-Abarkooh

Pohon Sarv-e-Abarkooh sudah ada sekitar
4000 tahun. Hal ini dapat ditemukan di
dekat Abarghood di Iran.


4. Llangernyw Tree

Pohon Llangernyw dapat ditemukan di
gereja di dekat Abergele dan Llanrwst. Hal
ini lebih dari 3000 tahun.


5. Tata el Alerce 

Pohon Ini adalah kuno El Tata Alerce Pohon yang
berjarak sekitar 3800 tahun dan dapat
ditemukan di dekat Puerto Montt di Chili.


6. Pohon Senator

Pohon Senator terletak di Big Tree Park
dekat Longwood di Florida. Hal ini dianggap
sebagai pohon Cypress Gundul terbesar di
Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa pohon
ini lebih dari 3400 tahun.


7. Jmon Sugi

Pohon J? Mon Sugi dapat ditemukan di
Yakushima di Jepang.Beberapa ilmuwan
mengatakan bahwa itu adalah sekitar 2000
tahun sementara yang lain mengklaim
bahwa itu adalah sampai tahun 7000.


8. Jenderal Sherman

Gian Sequoia ini disebut Jenderal Sherman
dan tumbuh sudah 2700 tahun.


9. Te Matua Ngahere

Te Matua Ngahere pohon ini terletak di
dekat Northland Region di New Zealand dan
itu sekitar 2000 tahun.


10. Jardine Juniper

Jardine pohon Juniper sekitar 1500 tahun
dan dapat ditemukan di Logan Canyon di
Utah


11. Kongeegen

Kongeegen adalah pohon Oak besar yang
terletak di Denmark di dekat kota
Jægerspris. Usia diperkirakan sampai 2000
tahun.


12. Old Tjikko

Old Tjikko adalah pohon tua yang terletak di
Gunung Fulufjallet di Swedia. Ini adalah
pohon tertua colonal tunggal di dunia.
sudah 9550 tahun.






_Nick
Apakah Anda tahu bahwa beberapa pohon bisa hidup selama ribuan tahun?

Kedengarannya luar biasa tetapi ada banyak pohon-pohon di bumi yang telah berkembang selama beberapa ribu tahun dan mereka masih baik-baik. Bayangkan, misalnya, pohon yang tumbuh selama periode Kekaisaran Romawi ternyata masih tumbuh hari ini. Di sini Anda akan menemukan daftar beberapa pohon tertua di bumi, yang tertua di antara mereka adalah lebih dari 10.000 tahun!


1. Pando Tree

Hal ini diyakini bahwa ini koloni pohon yang sebenarnya merupakan bagian dari satu organisme (mereka semua memiliki sistem akar bawah tanah yang sama) adalah sekitar 80.000 tahun! Ya, anda membacanya dengan benar, ini organisme sangat besarm ada di sini untuk 80 mileniums. Pohon Pando dapat ditemukan di Utah, Amerika Serikat.

2. Mhetuselah

Mhetuselah hampir 4.841 tahun, pohon tua yang terletak di White Mountains, California.


3. Sarv-e-Abarkooh

Pohon Sarv-e-Abarkooh sudah ada sekitar 4000 tahun. Hal ini dapat ditemukan didekat Abarghood di Iran.


4. Llangernyw Tree

Pohon Llangernyw dapat ditemukan di gereja di dekat Abergele dan Llanrwst. Hal ini lebih dari 3000 tahun.


5. Tata el Alerce

Pohon Ini adalah kuno El Tata Alerce Pohon yang berjarak sekitar 3800 tahun dan dapat ditemukan di dekat Puerto Montt di Chili.


6. Pohon Senator

Pohon Senator terletak di Big Tree Park dekat Longwood di Florida. Hal ini dianggap sebagai pohon Cypress Gundul terbesar diAmerika Serikat. Diperkirakan bahwa pohon ini lebih dari 3400 tahun.


7. Jmon Sugi

Pohon J? Mon Sugi dapat ditemukan di Yakushima di Jepang.Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa itu adalah sekitar 2000 tahun sementara yang lain mengklaim itu adalah sampai tahun 7000.


8. Jenderal Sherman

Gian Sequoia ini disebut Jenderal Sherman dan tumbuh sudah 2700 tahun.


9. Te Matua Ngahere

Te Matua Ngahere pohon ini terletak di dekat Northland Region di New Zealand dan itu sekitar 2000 tahun.


10. Jardine Juniper
Jardine pohon Juniper sekitar 1500 tahun
dan dapat ditemukan di Logan Canyon di
Utah


11. Kongeegen

Kongeegen adalah pohon Oak besar yang terletak di Denmark di dekat kota Jægerspris. Usia diperkirakan sampai 2000 tahun.


12. Old Tjikko

Old Tjikko adalah pohon tua yang terletak di Gunung Fulufjallet di Swedia. Ini adalah pohon tertua colonal tunggal di dunia. sudah 9550 tahun.


»»  READMORE...

Minggu, 11 November 2012

Kita Belum Merdeka...

Kita Belum Merdeka...KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTAVeteran pejuang mengikuti upacara pengibaran bendera Merah Putih di atas Hotel Majapahit saat Parade Surabaya Juang, Minggu (11/11/2012), di Surabaya, Jawa Timur. Meski telah berusia lanjut, veteran tersebut tetap bersemangat mengikuti parade yang diselenggarakan dalam rangka Hari Pahlawan.
KOMPAS.com - Dalam diskusi yang membahas buku Intelijen karya Hario Kecik di Rumah Ganeca, Rabu (7/11), sejarawan Anhar Gonggong menyebut bahwa perang kemerdekaan setelah 17 Agustus 1945 adalah perang yang dipaksakan Belanda pada Indonesia. Saat itu Indonesia harus mempertahankan diri sebagai bangsa dan negara. Sepanjang sejarah hidupnya bangsa Indonesia terjajah, mulai dari penjajahan feodal, dilanjutkan Belanda, hingga dibumbui kerja sama keduanya.
”Celakanya, penguasa kita juga masih berpikir seperti itu. Kita belum sepenuhnya merdeka,” kata Anhar yang mengundang perhatian sekitar 30 peserta diskusi yang digagas Penerbit Abiseka Dipantara, Yogyakarta, ini.
Anhar memaparkan, sebagian besar bangsa Indonesia, dan ini terlihat dari watak penguasanya, belum mengerti untuk apa Indonesia merdeka. Ketidakpahaman ini muncul dalam bentuk fakta bahwa selama 67 tahun merdeka kita belum pernah berhenti berkonflik di dalam, bahkan belakangan ini semakin parah. ”Kita tidak paham arti kemerdekaan,” kata Anhar.
Hal ini langsung ditimpali dengan bersemangat oleh Mayjen (Purn) Saurip Kadi. Saurip mengatakan, kalau dilihat secara jujur, pada tahun 1945 masa penjajahan teritorial sebenarnya sudah berakhir. Namun, kemudian peradaban masuk ke dalam penjajahan ekonomi dan mata uang. Dilihat dari persepsi ini, bangsa Indonesia belum punya kedaulatan ekonomi.
Hal senada dikatakan pengajar di Universitas Indonesia, Edy Prasetyono tentang dikuasainya aset-aset strategis negara oleh asing, bahkan industri tambang dan pertanian yang menyangkut kelangsungan hidup bangsa. ”Di negara mana pun, sektor pertanian dan ekstraktif tidak akan diberikan ke asing. Intelijen ekonomi kita harus main juga,” katanya.
Berbagai salah kaprah yang belakangan ini muncul pun menjadi bahan diskusi, mulai dari definisi empat pilar kebangsaan hingga peran TNI yang seharusnya menjadi alat negara. TNI, yang kini justru menjadi alat pemerintah, kerap harus berhadapan dengan rakyat.
Edy mengatakan pentingnya intelijen di Indonesia yang didefinisikan sempit, yaitu terkait pertahanan. Padahal, pertarungan yang terjadi saat ini adalah dalam bidang ekonomi bahkan budaya. ”Seorang atase asing pernah bercerita, melakukan penelitian antropologi tentang bahasa-bahasa daerah yang sudah musnah. Itu akan mereka gunakan sebagai bahasa komunikasi intelijen,” cerita Edy.
Cerita Hario Kecik menggambarkan betapa pertempuran 10 November total dilakukan rakyat. Tanpa komando, tanpa pemimpin. Bahkan, gerakan rakyat saat itu mengejutkan Bung Karno dan Pemerintah RI di Jakarta. Jadi, kemerdekaan itu milik rakyat dan jangan ada yang merasa paling berjasa.
Anhar menutup presentasinya dengan definisi tentang pahlawan. Apa itu pahlawan? ”Pahlawan adalah orang yang mampu melampaui dirinya. Ia sudah selesai dengan dirinya. Itu yang sekarang tidak ada,” kata Anhar. (Edna C Pattisina)

 
Sumber :
Kompas Cetak
»»  READMORE...

Kakaktua Mampu Membuat Alat Sendiri


Livescience Figaro, kakatua cerdas yang mampu membuat peralatan untuk mendapatkan makanan.

VIENNA, KOMPAS.com — Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa kakaktua dapat menciptakan peralatan. Ternyata, hal tersebut terbukti mungkin, lewat hasil penelitian ilmuwan terhadap kakaktua Goffin (Cacatua goffiniana).

Para ilmuwan awalnya mendapati seekor kakaktua Goffin yang bernama Figaro tengah bermain kerikil di sangkarnya di sebuah tempat penelitian di Vienna. Burung itu menjatuhkan kerikil ke luar dari sangkarnya. Ia berusaha meraih kembali. Ketika gagal mengambil dengan paruh atau cakarnya, ia memakai ranting untuk menggapai kerikil itu.

"Untuk menyelidiki ini lebih lanjut, kami menempatkan kacang di tempat kerikil terdapat, dan kami mulai merekam," kata Alice Auersperg dari Universitas Wina yang melakukan penelitian.

Peneliti mendapatkan hasil yang menakjubkan. Saat berusaha mendapatkan kacang, burung itu tidak mencari ranting lagi. Yang lebih hebat, ia mulai menggigit batang yang lebih besar lalu memotongnya hingga memiliki ukuran dan bentuk yang sesuai untuk menjadi alat meraih kacang.

"Sudah merupakan hal yang mengejutkan melihatnya menggunakan alat. Kami pastinya tidak mengharapkannya menciptakan alat itu sendiri," ungkap Auersperg seperti dikutip Livescience, Senin (5/11/2012).

Auersperg mengungkapkan, Figaro selalu berhasil meraih kacang setiap kacang itu ditempatkan di luar jangkauannya. Setiap ada tantangan baru, ia menciptakan atau memodifikasi alat lama agar tantangan baru bisa diselesaikan.

Peneliti belum mengetahui bagaimana Figaro bisa memiliki kemampuan tersebut. Namun, peneliti percaya bahwa spesies yang memiliki otak lebih besar dan kemampuan pemecahan masalah dapat menciptakan peralatan secara spontan, meskipun tidak memiliki kebiasaan itu.

"Meskipun Figaro masih sendirian di antara spesies kakaktua dalam menunjukkan kemampuan ini, prestasinya menunjukkan kemampuan membuat alat bisa muncul dari kecerdasan yang tak secara khusus berkaitan dengan pembuatan alat," kata Alex Kacelnik, peneliti dari Universitas Oxford.

"Yang penting, setelah membuat dan menggunakan alat pertama, Figaro tampaknya tahu persis apa yang harus dilakukan, dan tidak ragu-ragu mencobanya lagi," tambah Kacelnik.

Kacelnik sebelumnya memimpin studi pada burung gagak Kaledonia Baru yang ahli membuat alat di alam liar. Burung itu mengasah keterampilannya dengan belajar dari yang lebih tua. Dalam kasus itu, burung gagak menciptakan alat serupa kait untuk meraih makanan.

"Figaro dan pendahulunya, Betty, dapat membantu kami membuka banyak hal yang belum diketahui dalam evolusi kecerdasan," papar Kacelnik.
Sumber :
»»  READMORE...