Social Icons

Blogroll

Blogger news

PPC Iklan Blogger Indonesia

Featured Posts

Sabtu, 05 Juli 2014

4 Kebiasaan yang Merusak Metabolisme

KOMPAS.com - Proses metabolisme tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan olahraga, lho. Kebiasaan sehari-hari yang tampaknya tidak berpengaruh terhadap kegemukan, ternyata acap kali berkontribusi besar pada proses metabolisme dalam tubuh.
Nyatanya, naik-turunnya berat badan serta proses tertimbunnya lemak dalam tubuh adalah akibat proses metabolisme yang tidak lancar. Nah, apa saja kebiasaan yang merusak proses metabolisme? Simak empat hal yang mengakibatkan proses metabolisme tak lancar ini.

Makanan Tidak Pedas

Sebuah studi baru dalam jurnal Apepetite menemukan fakta bahwa ketika orang menambahkan cabai merah pada hidangan makan malam, mereka merasa lebih kenyang, sehingga makan sebanyak 30 persen lebih sedikit ketimbang mereka yang makan makanan tidak pedas.

Makan paprika jenis capsaicin juga ternyata dapat mempercepat metabolisme, karena ia mengontrol pelepasan hormon yang mengatur nafsu makan serta meningkatkan kadar hormon stres pemicu keinginan makan.


Duduk Terlalu Sering

Duduk selama tiga jam atau lebih per hari berpengaruh terhadap 74 persen peningkatan risiko sindrom metabolisme penyebab diabetes, penyakit jantung, obesitas, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Selain itu, duduk terlalu lama membuat otot tidak bekerja terlalu keras untuk membakar lemak dan berdampak pada sensitivitas hormon insulin.

Tidak Mencuci Bersih Bahan Makanan

Berdasarkan sebuah studi pada tahun 2012 di Amerika, kesehatan lingkungan sangat terkait dengan polusi lingkungan, seperti pestisida yang digunakan pada sayuran dan buah-buahan. Penelitian tersebut menemukan fakta bahwa dalam sel laboratorium, polutan tersimpan di jaringan lemak yang menyebabkan peradangan dan akhirnya berpengaruh pada jalur pengaturan metabolisme. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk membeli bahan makanan bersifat organik.

Jarang Mencuci tangan

Menurut peneliti di Pennington Biomedical Center di Universitas Louisiana, ternyata ada hubungan antara virus pernapasan yang disebut adenovirus-36 dan obesitas, seperti sebuah virus yang muncul menjadi sel induk sel lemak. Untuk itu, cucilah tangan sampai bersih untuk mengurangi risiko terkena infeksi virus tersebut.

di kutip dari kompas.com
Sumber :
»»  READMORE...

Senin, 26 Agustus 2013

Kelelawar Bisa Jadi Sumber Penyebaran MERS

Kawanan kelelawar di Taman Nasional Litchfield, Australia Utara
(MERS) di Arab Saudi. Para ahli menyimpulkan hal itu setelah menemukan adanya kecocokan genetik 100 persen antara virus yang menginfeksi kelelawar dan manusia.

"Sudah ada beberapa laporan yang menemukan virus mirip MERS pada hewan, tetapi tidak ada satu pun yang cocok. Namun dalam kasus ini, kami mendapati sebuah virus pada hewan yang memiliki kecocokan sekuens dengan virus yang ditemukan pertama kali pada manusia," kata Direktur Center for Infection and Immunity, W Ian Lipkin, MD.

Surat kabar New York Times melaporkan, nama spesies kelelawar ini adalah Taphozous perforatus. Kelelawar ini ditemukan di wilayah tak berpenghuni dan bangunan telantar di Arab Saudi.

Menurut dokter hewan, Dr Jonathan H Epstein, korban manusia pertama mungkin pernah berkunjung ke sarang hewan tersebut dan tanpa sengaja menghirup debu kotoran kering kelelawar yang terinfeksi. Ada pula kemungkinan, kelelawar tepapar virus dengan cara yang sama.

Walau begitu, sampai saat ini belum ada bukti paparan langsung kelelawar pada kasus MERS yang terjadi di manusia. Menurut Deputi Kementerian Kesehatan Saudi Arabia, Ziad Memish MD, hal ini menimbulkan dugaan adanya perantara atau intermediate host.

Hal senada dikatakan Lipkin, yang berpendapat riset mencari intermediate host merupakan kerja besar. Pada studi ini, periset harus meneliti hewan yang hidup secara liar dan dibudidayakan. Hewan yang akan diteliti antara lain unta, domba, kambing, dan sapi.

"Kami juga meneliti bagaimana virus tersebut bisa sampai pada manusia. Penyelidikan ini merupakan kolaborasi terbesar untuk kesehatan masyarakat secara global," kata Lipkin.

Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), MERS adalah penyakit yang disebabkan serangan corona virus. Corona virus yang disebut MERS-CoV ini sudah membunuh 47 korban dari 100 yang terinfeksi. Kasus pertama dilaporkan terjadi di Saudi Arabia pada 2012. Semua kasus yang dilaporkan berhubungan dengan negara yang dekat dengan Semenanjung Arab.

Sumber :
»»  READMORE...

BMI Bukan Patokan Berat Badan Sehat

Menjaga berat badan membutuhkan sikap yang menerima variasi alami tubuh
Tidak ada satu pun metode pengukuran berat bedan yang dapat menentukan sehat tidaknya tubuh. Bahkan sebagian ahli berpendapat, body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh yang kerap digunakan dalam berbagai penelitian pun ternyata tidak sepenuhnya akurat.

"Beberapa penelitian didasarkan pada BMI, padahal ukuran itu tidak akurat," kata profesor medis dari University of Pennsylvania, Philadelphia, Dr. Rexford Ahima. Selain tidak dapat menghitung banyaknya lemak, BMI juga tidak menerangkan penyebab buruknya kesehatan.

BMI adalah ukuran yang didapat dari berat badan dalam kilogram (kg) yang dibagi tinggi badan (meter persegi).  Ukuran BMI 18,5-24,9 dikategorikan sebagai normal, 25-25,9 masuk kategori overweight, sedangkan lebih dari 30 berkategori obesitas. Orang dengan BMI lebih dari 30 menghadapi risiko terkena penyakit jantung, diabetes, kanker, dan penyakit lainnya.

Namun beberapa studi menyatakan, BMI yang tinggi justru dapat melindungi seseorang dari gagal jantung, ginjal, dan penyakit kronis lainnya. Ketika seseorang mengidap penyakit kronis, memiliki lemak berlebih menyediakan tambahan energi. Pada beberapa kasus, rendahnya BMI justru menyebabkan seseorang sakit.

BMI juga tidak mengindikasikan distribusi lemak tubuh. Lemak perut diketahui dapat meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, dan kematian. Sedangkan lemak feriperal yang tersebar di seluruh tubuh, cenderung tidak berbahaya. BMI juga tidak bisa menghitung lebih spesifik perbedaan terkait ras, kelamin, dan usia yang berbeda.

Menurut Ahima, BMI kerap dipakai karena penggunaannya yang sederhana. Ukuran ini tidak berlaku untuk atlet, yang berat tubuhnya lebih karena otot. BMI juga tidak berlaku untuk orang tua yang kehilangan berat badan.

Ahima mengatakan, tidak ada satu metode ukuran yang dapat menggambarkan berat badan yang sehat. Hal ini bergantung pada berat badan, genetik, jenis kelamin, dan faktor lain. Obesitas sendiri adalah gangguan kompleks yang tidak hanya kelebihan lemak.

"Ada apa dengan obesitas yang menyebabkan seseorang sehat dan tidak sehat? Kita harus mengerti mekanismenya secara molekuler," kata Ahima.


Sumber :
»»  READMORE...

Mitos Berat Badan Naik Pascamenopause

Ilustrasi perempuan menopause
Menopause merupakan akhir dari siklus menstruasi wanita. Saat memasuki masa ini, banyak perubahan yang terjadi pada tubuh wanita, terutama yang dipengaruhi oleh aktivitas hormonal.

Menopause sebenarnya adalah hal yang wajar karena setiap wanita pasti mengalaminya. Namun tak sedikit pula wanita yang merasa khawatir untuk memasuki keadaan tersebut. Salah satu yang paling banyak dikhawatirkan oleh wanita saat memasuki kondisi menopause adalah kenaikan berat badan.


Menurut International Menopause Society dan North American Menopause Society, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan menopause sebagai penyebab kenaikan berat badan. Meskipun, usia yang menua mungkin dapat menyebabkan bentuk tubuh tidak sama seperti saat muda.


Hasil dari sebuah studi baru asal International Menopause Society pun mendukung pernyataan tersebut. Studi tersebut menyimpulkan, penurunan hormon estrogen bukanlah penyebab kenaikan berat badan, melainkan memicu perubahan pola penyimpanan lemak tubuh, dari panggul ke perut.


Susan Davis, peneliti dan profesor di Monash University, Melbourne, Australia mengatakan, kenaikan berat badan yang disebabkan menopause hanyalah mitos. Sehingga menopause tidak dapat dikambinghitamkan atas kenaikan berat badan yang mungkin dialami pascakondisi tersebut, melainkan faktor lainnya.


"Konsekuensi dari faktor lingkungan dan penuaan lah yang menyebabkan kenaikan berat badan. Meski banyak wanita yang mengeluhkan bentuk tubuh yang semakin gemuk pascamenopause, hal itu mungkin karena adanya perubahan pola penyimpanan lemak tubuh," jelasnya.


Jadi supaya terhindar dari penumpukan lemak di perut pascamenopause, wanita perlu rajin melakukan olahraga yang terkonsentrasi pada pembentukan otot di perut. Massa otot yang terbentuk pada perut akan menghasilkan perut yang rata dan terlihat kencang.

Sumber :
»»  READMORE...

Makanan Lunak Sahabat Sakit Gigi

Add caption
Sakit gigi akibat tumbuhnya gigi bungsu tentu menimbulkan rasa tidak nyaman, terutama saat ingin menyantap makanan-makanan enak. Namun bukan berarti kita harus kelaparan saat mengalami kondisi tersebut.

Para pakar menyarankan untuk tetap mengonsumsi makanan, tetapi dalam bentuk lunak. Karena selain mengatasi rasa lapar, makanan lunak juga mampu mengurangi rasa sakit tersebut.

Saat mengalami sakit gigi, mereka menyarankan untuk menghindari konsumsi makanan yang mengandung biji-bijian dan serat. Ini karena makanan-makanan tersebut berpotensi untuk tersangkut di gigi dan memperparah rasa sakit.

Nah, supaya tetap nyaman makan enak dalam kondisi sakit gigi, tak ada salahnya untuk mencoba makanan-makanan berikut ini.

1. Sup

Sup ayam atau jagung cukup lembut untuk dikunyah. Bila perlu, campurkan telur ke dalam sup untuk menambah kandungan nutrisi makanan ini.

2. Kentang

Rebus kentang, tumbuk, dan tambahkan sedikit bumbu. Kentang kaya akan zat besi dan zinc yang membantu meringankan rasa sakit.

3. Telur

Telur dapat digoreng atau direbus untuk dikonsumsi saat sakit gigi. Teksturnya yang lunak membantu mengatasi sakit yang Anda rasakan.

4. Oat

Ini adalah salah satu makanan terbaik untuk sakit gigi. Rebus oatmeal dan bila perlu tambahkan pisang tumbuk untuk mendapatkan rasa manis.

5. Yogurt

Selain baik untuk sakit gigi akibat tumbuhnya gigi bungsu, yogurt juga merupakan makanan yang baik untuk sakit gigi pada umumnya. Ini karena yogurt mampu mengatasi rasa nyeri.

6. Jeli

Rasa jeli yang beraneka macam membuatnya lebih menarik untuk dimakan. Jeli dengan campuran buah juga baik untuk sakit gigi karena mengandung vitamin.

7. Jus sayur dan buah

Sayuran dan buah-buahan mengandung vitamin yang dibutuhkan saat sakit gigi. Membuat sajian jus mungkin lebih baik karena jadi lebih mudah ditelan.

8. Es krim

Setiap dokter gigi menyarankan untuk mengkonsumsi es krim untuk menghilangkan rasa nyeri akibat sakit gigi. Dinginnya es krim membuat mati rasa, terlebih es krim mengandung kalsium yang baik untuk gigi.

Sumber :
»»  READMORE...

Pengaruh Keturunan dalam Kondisi Pradiabetes

ilustrasi pengukuran kadar gula darah
Pengaruh faktor genetik atau keturunan dalam terjadinya diabetes melitus sudah lama diketahui. Namun belum banyak diketahui bahwa faktor keturunan juga berpengaruh pada risiko pradiabetes.

Orang-orang yang tidak obesitas tetapi memiliki riwayat diabetes dalam keluarganya beresiko tinggi mengalami pradiabetes, kondisi gula darah di atas normal namun belum setinggi pada diabetes.


Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Dr.Andreas Fritsche dari Jernam Center for Diabetes Research, terungkap bahwa faktor gentik berpengaruh besar sampai 26 persen pada kondisi pradiabetes.


Penelitian dilakukan terhadap 5.400 orang dengan kadar gula darah normal dan lebih dari 2.600 orang pradiabetes.


Setelah memperhitungkan faktor usia, jenis kelamin, dan lemak tubuh, para peneliti menyimpulkan bahwa riwayat keluarga menderita diabetes berpengaruh terhadap terjadinya pradiabetes.


Penelitian secara lebih mendalam menemukan kaitan faktor keturunan dan pradiabetes, terutama pada orang yang berat badannya tidak berlebih. Padahal selama ini diabetes cenderung lebih banyak diderita orang yang kegemukan.

Sumber :
»»  READMORE...

Minggu, 25 Agustus 2013

Kebanyakan Daging Merah Memicu Risiko Pikun

daging merah
Daging merah merupakan sumber protein, zat besi, dan nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun sebaiknya jangan mengonsumsinya secara berlebihan karena diyakini dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif otak.

Menurut studi terbaru yang dipublikasikan Journal of Alzheimer's Disease, kebiasaan menyantap daging merah dalam jumlah yang banyak berkaitan dengan risiko Alzheimer. Konsumsi daging berlebihan akan meningkatkan kandungan zat besi dalam tubuh sehingga memicu risiko kepikunan.

Para ahli menegaskan, zat besi memang berperan vital bagi fungsi sel tubuh. Akan tetapi, apabila jumlahnya terlalu berlebih akan memicu kerusakan yang bersifat oksidatif,  di mana otak akan sangat rentan terhadap jenis kerusakan yang satu ini.
Dalam risetnya, para ahli dari University of California Los Angeles (UCLA) menganalisa otak 31 pasien Alzheimer's dan 68 orang tua sehat. Pemindaian otak dilakukan dengan menggunakan alat magnetic resonance imaging (MRI).

Penderita Alzheimer's terbukti memiliki kadar zat besi lebih tinggi pada otaknya daripada orang sehat. Dari pasien Alzheimer's juga ditemukan, tingginya kadar zat besi terkait dengan kerusakan jaringan di bagian hipokampus, area pada otak yang rusak lebih dini akibat Alzheimer's.
Kendati demikian, hubungan kadar zat besi dengan kerusakan pada hipokampus tidak sebanyak kaitannya dengan kerusakan pada talamus. Talamus biasanya merupakan bagian otak yang terkena dampak dari penyakit Alzheimer's stadium lanjut.
Para peneliti percaya, zat besi dapat menjadi pemicu kerusakan jaringan otak yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Namun kabar baiknya, pola makan dan intervensi obat-obatan dapat membantu mengendalikan faktor risikonya.

Penulis studi Dr George Bartzokis, profesor psikiatri dari Semel Institute for Neuroscience and Human Behavior di UCLA mengatakan, akumulasi zat besi pada otak dapat dimodifikasi oleh faktor lingkungan.
"Konsumsi daging merah, suplemen zat besi, dan histerektomi sebelum menopause merupakan faktor-faktor yang dapat dimodifikasi dan mempengaruhi akumulasi zat besi di otak," sebutnya.

Sumber :
»»  READMORE...