Social Icons

Kamis, 10 Januari 2013

Asuhan Keperawatan Keratitis



KONSEP DASAR KERATITIS

I.     DEFINISI
Keratitis adalah inflamasi pada kornea oleh bakteri, virus, hespes simplek, alergi, kekurangan vit. A . Keratitis adalah peradangan pada kornea, keratitis disebabkan oleh mikrobial dan pemajanan. Keratitis Mikrobial adalah infeksi pada kornea yang disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus, jamur/parasit. serta abrasi yang sangat bisa menjadi pintu masuk bakteri. Keratitis Pemajanan adalah infeksi pada ornea yang terjadi akibat kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh kelopak mata kekeringan mata dapat terjadi dan kemudian diikuti ulserasi dan infeksi sekunder. (Brunner dan Suddarth, 2001).
Keratitis adalah peradangan pada kornea, membran transparan yang menyelimuti bagian berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Contohnya, luka atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan kornea. (Kaiser, 2005).
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrate sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh, biasanya diklasifikasikan dalam lapisan yang terkena seperti keratitis superficial, intertitisial dan profunda.
 II. ETIOLOGI
Ø  Keratitis Mikrobial
Keratitis ini diakibatkan oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur, atau parasit, abrasi sedikitpun bisa menjadi pintu masuk bakteri. Kebanyakan infeksi kornea terjadi akibat trauma atau gangguan mekanisme pertahanan sistemis ataupun lokal. keratitis bacterial keratitis akibat dari infeksi stafilokokkus, berbentuk seperti :
·         keratitis pungtata, terutama dibagian bawah kornea
·         keratitis viral dendritik herpetic keratitis dendritik yang disebabkan virus herpes simpleks akan memberi gambaran spesifik berupa infiltrat pada kornea dengan bentuk seperti ranting pohon yang bercabang – cabang dengan memberikan uji fluoresin positif nyata pada tempat percabangan.
·         Keratitits herpes zoster Merupakan manifestasi klinis dari infeksi virus herpes zooster pada cabang saraf trigeminus, termasuk puncak hidung dan demikian pula kornea atau konjungtiva.
·         Keratitis pungtata epithelial dengan infiltrat halus pada kornea, selain disebabkan oleh virus keratitits pungtata juga disebabakan oleh obat seperti neomicin dan gentamisin.
·         Keratitits disiformis merupakan keratitits dengan bentuk seperti cakram didalam stroma permukaan kornea, keratitis ini disebabkan oleh infeksi atau sesudah infeksi virus herpes simpleks

Ø  Keratitis Peremajaan
Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat diikuti ulserasi dan infeksi sekunder. Pemajanan kornea dapat disebabkan oleh karena keadaan eksoptalmus, paresis saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma atau yang dianastesi.
·         Keratitis lagoftalmos Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma dimana mata tidak terdapat reflek mengedip.
·         Keratitis neuroparalitik Terjadi akibat gangguan pada saraf trigeminus yang mengakibatkan gangguan sensibilitas dan metabolisme kornea
·         Kerato konjungtivitis sika Terjadi akibat kekeringan pada bagian permukaan kornea.

 III. MANIFESTASI KLINIS
1.      Inflamasi bola mata yang jelas
2.      Terasa benda asing di mata
3.      Cairan mokopurulen dengan kelopak mata saling melekat saat bangun
4.      Ulserasi epitel
5.      Hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamera anterior)
6.      Dapat terjadi perforasi kornea
7.      Ekstrusi iris dan endoftalmitis
8.      Fotofobia
9.      Mata berair
10.  Kehilangan penglihatan bila tidak terkontrol
(Brunner dan Suddarth, 2001)
 IV. TANDA DAN GEJALA
            Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis. Pada peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan jaringan parut (sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula, dan leukoma. Adapun gejala umum adalah :
ü  Keluar air mata yang berlebihan
ü  Nyeri
ü  Penurunan tajam penglihatan
ü  Radang pada kelopak mata (bengkak, merah)
ü  Mata merah
ü  Sensitif terhadap cahaya (Mansjoer, 2001).
 VI. KLASIFIKASI
            Keratitis biasanya diklasifikasikan berdasarkan lapisan kornea yang terkena : yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel dan bowman dan keratitis profunda apabila mengenai lapisan stroma.
Bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis (Ilyas, 2006) antara lain adalah :
§  Keratitis punctata superfisialis
            Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh sindrom dry eye, blefaritis, keratopati logaftalmus, keracunan obat topical, sinar ultraviolet, trauma kimia ringan dan pemakaian lensa kontak.


§  Keratitis flikten
Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan untuk menyerang kornea.
§  Keratitis sika
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva.
§  Keratitis lepra
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut juga keratitis neuroparalitik.
§  Keratitis nummularis
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple dan banyak didapatkan pada petani.
Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain adalah :
1.      Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital
2.      Keratitis sklerotikans.

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk mengetahui fungsi penglihatan setiap mata secara terpisah. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan kartu snellen maupun secara manual yaitu menggunakan jari tangan.
1.      Pemulasan fluorescein
2.      Kerokan kornea yang kemudian dipulas dengan pulasan gram maupun giemsa.
3.      Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10 % pada kerokan kornea
4.      Pemeriksaan schirmer.
5.      Kultur bakteri atau fungi
6.      Uji dry eye
Pemeriksaan mata kering atau dry eye termasuk penilaian terhadap lapis film air mata ( tear film ), danau air mata ( teak lake ), dilakukan uji break up time tujuannya yaitu untuk melihat fungsi fisiologik film air mata yang melindungi kornea. Penilaiannya dalam keadaan normal film air mata mempunyai waktu pembasahan kornea lebih dari 25 detik. Pembasahan kornea kurang dari 15 detik menunjukkan film air mata tidak stabil. Menentukan bakteri yang menyerang mata.
2.      Ofthalmoskop
Tujuan pemeriksaan untuk melihat kelainan serabut retina, serat yang pacat atropi, tanda lain juga dapat dilihat seperti perdarahan peripapilar.
3.      Keratometri ( pegukuran kornea )
Keratometri tujuannya untuk mengetahui kelengkungan kornea, tear lake juga dapat dilihat dengan cara focus kita alihkan kearah lateral bawah, secara subjektif dapat dilihat tear lake yang kering atau yang terisi air mata.
4.      Tonometri digital palpasi
Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea. Pada cara ini diperlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat factor subjektif, tekanan dapat dibandingkan dengan tahahan lentur telapak tangan dengan tahanan bola mata bagian superior.
VIII. PENATALAKSNAAN
Terapi Medik
1.      Pemberian antibiotik, air mata buatan.
2.      Pada keratitis bakterial diberikan gentacimin 15 mg/ml, tobramisin 15 mg/ml, seturoksim 50 mg/ml. Untuk hari-hari pertama diberikan setiap 30 menit kemudian diturunkan menjadi 1 jam dan selanjutnya 2 jam bila keadaan mulai membaik. Ganti obatnya bila resisten atau keadaan tidak membaik.
3.      Perlu diberikan sikloplegik untuk menghindari terbentuknya sinekia posterior dan mengurangi nyeri akibat spasme siliar
4.      Pada terapi jamur sebaikna diberikan ekanazol 1 % yang berspektum luas.
5.      Antivirus,anti inflamasi dan analgesik
            (Brunne dan Suddarth, 2001)
Keratitis Mikrobial
Pasien dengan infeksi kornea berat dirawat untuk pemberian berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali) tetes anti mikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli optalmologi.Cuci tangan secara seksama. Harus memakai sarung tangan setiap intervensi keperawatan yang melibatkan mata. Kelopak mata harus dijaga kebersihannya dan perlu diberi kompres dingin. Diperlukan aseaminofen untuk mengontrol nyeri. Dan diresepkan sikloplegik dan midriatik untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
Keratitis Pemajanan
Memplester kelopak mata atau membalut dengan ringan mata yang telah diberi pelumas. Pada yang mengalami penurunan perlindungan sensori terhadap kornea. Dapat dipasang lensa kontak lunak tipe-balutan. Lensa kontak lunak tipe-balutan dipasang sesuai ukuran. Hal ini untuk mempertahankan permukaan kornea, mempercepat penyembuhan efek epitel dan memberikan rasa nyaman. Perisai kolagen bisa dipergunakan untuk perlindungan kornea jangka pendek (Brunne dan Suddarth, 2001)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KERATITIS

  I. PENGKAJIAN
Anamnesa
1.      Biodata /identitas klien meliputi :
A.    Nama
B.     Umur
C.     Jenis kelamin
D.    Suku bangsa
E.     Pekerjaan
F.      Pendidikan
G.    Status menikah
H.    Alamat
I.       Tanggal MRS
J.       Diagnosa medis.
K.    Keluhan Utama
§  Gangguan penglihatan ( visus menurun )
§  Mata terasa sakit ( nyeri )
§  Lakrimasi

L.     Keluhan Penyakit Sekarang
§  Mata merah bengkak
§  Merasa kelilipan
§  Gangguan penglihatan ( visus menurun )
§  Mata sakit ( nyeri )
§  Fotofobi



M.   Riwayat Penyakit Masa Lalu
§  Apakah pasien menderita konjungtifitis sebelumnya / herpes
§  Adanya trauma pada mata.

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi
v  Kesimetrisan mata
v  Hiperemi pada konjungtiva.
v  Adanya flikten/infiltrat pada kornea
v  Adanya lakrimasi,blefarospasme
v  Mata tampak merah dan bengkak

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.      Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk mengetahui fungsi penglihatan setiap mata secara terpisah. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan kartu snellen maupun secara manual yaitu menggunakan jari tangan.
1.      Pemulasan fluorescein
2.      Kerokan kornea yang kemudian dipulas dengan pulasan gram maupun giemsa.
3.      Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10 % pada kerokan kornea
4.      Pemeriksaan schirmer
Apabila resapan air mata pada kertas schirmer kurang dari 10mm dalam 5 menit maka dianggap tidak normal.
2.      Pemeriksaan Kultur
Menentukan jenis bakteri, jamur atau virus yang menyerang untuk penanganan lebih lanjut.


3.      Uji dry eye
Penilaiannya dalam keadaan normal film air mata mempunyai waktu pembasahan kornea lebih dari 25 detik. Pembasahan kornea kurang dari 15 detik menunjukkan film air mata tidak stabil.
 II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri  berdasarkan proses inflamasi ditandai dengan         :
ü  Mata merasa sakit
ü  Mata merah bengkak
ü  Ekspresi wajah kesakitan
ü  Tampak gelisah
2.      Resiko tinggi terhadap cidera b/d penurunan ketajaman penglihatan ditandai dengan   :
ü  Visus menurun
ü  Fotofobi
ü  adanya flikten
ü  Merasa klilipan
3.      Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan      :
ü  Sering menggaruk mata
ü  Kurang menjaga kebersihan mata
ü  Tidak akurat mengikuti instruksi
4.      Gangguan konsep diri berdasarkan status kesehatannya ditandai dengan             :
ü  Klien menarik diri
ü  Diam dan sering termenung

 III. INTERVENSI
1.      Nyeri berdasarkan proses inflamasi ditandai dengan   :
ü  Mata merasa sakit
ü  Mata merah bengkak
ü  Ekspresi wajah kesakitan
Tujuan :
ü  Rasa sakit berkurang
ü  Ekspresi wajah tampak tenang
ü  Bengkak berkurang
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji tingkat nyeri


2.      Kaji pernyataan verbal dan non verbal tentang nyeri.

3.      Beri kompres basah hangat


4.      Kompres basah dengan NaCL dingin

5.      Beri irigasi


6.      Dorong penggunaaan kaca mata hitam pada cahaya kuat



tingkat nyeri dapat menggambarkan intervensi selanjutnya.

ketidaksesuaian pernyataan verbal dan non verbal memberikan petunjuk derajat nyeri.

Mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan membersihkan mata.

mencegah dan mengurangi edema dan gatal-gatal yang berat

untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zat-zat kimia dari mata.

cahaya yang kuat meyebabkan rasa tak nyaman
2.      Resiko tinggi terhadap cidera b/d penurunan ketajaman penglihatan ditandai dengan   :
ü  Visus menurun
ü  Fotofobi
ü  Adanya flikten
ü  Merasa klilipan

Tujuan
ü  Visus kembali normal
ü  Tidak tampak luka cidera pada tubuh
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji tingkat ketajaman penglihatan


2.      Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar tempat tidur tinggi dan bel samping tempat tidur.
3.      Singkirkan benda-benda yang dapat menimbulkan cidera ( pisau buah )
4.      Beritahu pasien untuk tidak menggaruk mata
kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lamban dan progresif.
memberikan kenyamanan pasien saat membutuhkan bantuan dan mengurangi resiko cidera
memberikan perlidungan terhadap resiko cidera.
mencegah terjadinya cidera mata.

3.      Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan      :
ü  Sering menggaruk mata
ü  Kurang menjaga kebersihan mata
ü  Tidak akurat mengikuti instruksi
Tujuan             :
ü  Infeksi tidak menyebar ke mata sebelahnya
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji pemberian antibiotik setian 30 menit/1jam/2jam dan kaji efek sampingnya setelah pemberian obat
2.      Lakukan tehnik steril saat pemberian obat
3.      Lakukan HE tentang pencegahan dan penularan penyakit
mencegah komplikasi dan penyebaran infeksi ke mata yang tidak terinfeksi.
mencegah infeksi silang
memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri.


4.      Gangguan konsep diri b/d status kesehatannya ditandai dengan             :
ü  Klien menarik diri
ü  Diam dan sering termenung
Tujuan             :
ü  Klien tidak menarik diri
ü  Wajah tanpak ceria
ü  Pasien tampak bersosialisasi
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Ciptakan / pertahankan hubungan terapeutik antara pasien dan perawat

2.      Kaji interaksi antara Pasien dengan keluarga,catat apabila ada perubahan dalam hubungan keluarga.

3.      Dukung penggunaan mekanisme pertahanan



4.      Beri informasi yang benar tentang keadaan kesehatannya
mengenbangkan rasa saling percaya dengan Px dan keluarga Px.
keluarga mungkin secara sadar/tidak memperkuat sikap negatif dan keyakinan pasien atau informasi yang didapat mungkin menghambat dalam penanganan pasien.
konfrontasi pasien terhadap situasi yang nyatadan mengakibatkan peningkatan ansietas dan mengurangi kemampuan untuk mengatasi perubahan konsep diri.
membantu pasien menerima keadaan kesehatannya





DAFTAR PUSTAKA

 Ilyas, Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Balai Penerbit FKUI Jakarta.
Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Hal: 56
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : edisi 3. Jakarta : EGC.
Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC :
Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal – Bedah : volume 2. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar