Social Icons

Senin, 01 April 2013

Ikan Amfibi Langka Ditemukan di Yogyakarta




Gatot Nugroho Susanto Andamia heteroptera

YOGYAKARTA, Ragam fauna samudra Indonesia bertambah dengan ditemukannya dua generasi dari ikan rockskipper di pesisir selatan Yogyakarta. Keduanya, Andamia dan Alticus, ditemukan tahun 2012 oleh peneliti muda, Gatot Nugroho Susanto.

Rockskipper, atau biasa disebut cathal oleh warga lokal, terdiri dari tiga generasi yaitu, Alticus, Andamia, dan Entomacrodus. Namun, karena dianggap tidak memiliki nilai ekonomi, ikan amfibi ini belum banyak diteliti.

Jenis dari Andamia yang ditemukan di pesisir Yogyakarta adalah Andamia heteroptera yang terakhir kali ditemukan pada tahun 1857 di Ambon. Adapun dari Alticus, yang ditemukan bersamaan, kemungkinan adalah jenis baru.

Gatot mengatakan bahwa Andamia heteroptera yang terdapat di pesisir selatan Gunung Kidul memang sudah ada sejak dulu. Spesies langka ini memilih tinggal di struktur batuan gunung api karena memiliki permukaan yang halus sehingga memudahkan pergerakannya.

"Pergerakan mereka menggunakan sirip pelvik, sirip pektoral, dan sucker disk (pelebaran bibir bawah) menyebabkan ikan ini harus menempel ke substratnya. Hal ini menyebabkan rockskipper memerlukan substrat yang halus untuk mempermudah pergerakannya," ujar Gatot dalam surelnya, Rabu (26/3/2013).

Bagi mata yang tidak awas, rockskipper mirip anak ular yang menempel di batu. Habitat bebatuan memang penting karena rockskipper hidup di batuan dan tidak pernah berada di air.

Ikan ini hanya memanfaatkan cipratan air laut untuk membasahi badannya dan akan menjauhi air dengan cara memanjat batuan ke arah yang lebih tinggi. "Ikan ini lebih banyak menggunakan kulit dibandingkan insang untuk bernapas," tambah Gatot, lulusan Pascasarjana Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.

Andamia heteroptera pertama kali ditemukan oleh Bleeker tahun 1857 di perairan Ambon. Namun demikian, masih jarangnya penelitian jenis ini menyebabkan informasi sebaran di daerah lain belum pernah dilakukan. Ini berdampak pada kurangnya penelitian mengenai rockskipper.

Penelitian terakhir mengenai Andamia heteroptera hanya dilakukan oleh Rao dan Hora tahun 1938 di Kepulauan Andaman dan hingga sekarang belum ada penelitian kembali, baik di Kepulauan Andaman maupun Indonesia.

"Perlu adanya tindakan langsung untuk mendata dan mengetahui informasi biologi jenis ikan ini. Penelitian saya diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi kekayaan hayati di Indonesia," papar Gatot.
 

Sumber :
National Geographic Indonesia
»»  READMORE...

Obesitas Juga Dipicu Gas dalam Perut

Terlalu banyak makan dan kurang bergerak sering kali disebut sebagai penyebab utama obesitas atau kegemukan. Namun para peneliti mengklaim, obesitas juga dapat disebabkan ketidakseimbangan gas di dalam organ pencernaan.

Sebuah studi baru menemukan, seseorang yang nafasnya yang memiliki konsentrasi tinggi hidrogen dan zat metan lebih besar kemungkinannya memiliki indeks massa tubuh serta persentase lemak tubuh yang lebih tinggi.

Para dokter di Cedars-Sinai Hospital di Los Angeles mengembangkan metode tes nafas untuk mengidentifikasi mikroorganisme dalam lambung. Tes nafas ini dapat memastikan apakah seseorang berpeluang lebih besar mengalami obesitas.

"Ini adalah studi skala besar pertama yang menunjukkan hubungan antara produksi gas dan berat badan. Hasil ini dapat menjadi bukti penting selanjutnya untuk mengerti banyak penyebab obesitas," ujar pemimpin penelitian Ruchi Mathur, direktur Diabetes Outpatient Treatment and Education Centre di Cedars-Sinai.

Studi yang dipublikasi dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism ini menganalisa nafas  792 orang, dan menemukan ada 4 pola atau bentuk nafas. Empat pola tersebut antara lain: nafas normal; konsentrasi metan lebih tinggi; kadar hidrogen lebih tinggi; dan kadar metan dan hidrogen lebih tinggi.

Peserta yang memiliki napas bentuk ke empat yaitu dengan kadar metan dan hidrogen yang lebih tinggi memiliki indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh yang secara signifikan lebih tinggi pula.

Kandungan metan dikaitkan dengan mikroorganisme yang disebut Methanobrevibacter smithii. Mikroorganisme ini paling bertanggungjawab dalam pembentukan gas metan dalam tubuh manusia.

Dalam jumlah normal, keberadaan mikroorganisme ini berfungsi untuk membantu konversi makanan menjadi energi. "Namun dalam jumlah yang berlebihan, mikrooganisme ini menciptakan ketidakseimbangan gas dan memicu penambahan berat badan," tutur Mathur.

Sedangkan keberadaan mikroorganisme yang memproduksi hidrogen dalam jumlah normal akan membantu penyerapan nutrisi dari makanan. Namun jika jumlahnya berlebihan, mereka dapat memicu penyerapan kalori berlebihan dari makanan sehingga menyebabkan kegemukan.

Sumber :
»»  READMORE...

Fosil Makhluk Setengah Manusia Pertama Ditemukan




Daily Mail Homo neanderthalensis

ROMA, Fosil rahang bawah berusia antara 30.000-40.000 tahun ditemukan di Riparo di Mezzena, Monti Lessini, Italia. Ilmuwan memercayai fosil tersebut adalah makhluk hibrida antara manusia dan Neanderthal, alias setengah manusia, pertama yang berhasil ditemukan.

Jika analisis lebih lanjut mengonfirmasi pendapat ilmuwan itu, maka temuan ini memperkuat teori pernah adanya perkawinan antara manusia dan Neanderthal pada masa lalu. Sejauh ini, bukti genetik menunjukkan bahwa manusia Eropa dan Asia memiliki 1-4 persen DNA Neanderthal.

Silvana Condemi, antropolog dari University of Ai Marseille dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Perancis (CNRS), mengatakan, rahang bawah fosil yang baru saja ditemukan mengindikasikan adanya kemiripan dengan manusia dan Neanderthal.

"Dari morfologi rahang bawah, wajah individu Mezzena tampak seperti makhkuk antara Neanderthal yang mengalami reduksi rahang bawah (tak punya dagu) dan manusia modern yang punya rahang bawah menonjol dan dagu yang berkembang," kata Condemi seperti dikutip Discovery, Rabu (27/3/2013).

Condemi menggunakan analisis DNA dan pencitraan 3D untuk mengungkap kemiripan tersebut. DNA pada organ sel yang bertugas untuk memproduksi energi, mitokondria, diteliti.

Analisis DNA mitokondria individu Mezzena mengungkap, DNA pada bagian tersebut sesuai dengan Neanderthal. Karena DNA mitokondria diturunkan lewat ibu, ilmuwan menduga individu Mezzena adalah Neanderthal perempuan yang kawin dengan Homo sapiens laki-laki.

Menurut ilmuwan, Neanderthal telah tinggal di Mezzena selama 200.000 tahun. Mereka telah berjaya dengan kebudayaannya, disebut Mousterian. Beberapa artefak menunjukkan bukti kebudayaan mereka, antara lain alat batu berupa kapak.

Manusia sendiri diduga mulai hidup di gua-gua Italia sekitar 45.000 tahun lalu. Selama beberapa ribu tahun, manusia dan Neanderthal berbagi wilayah, saling berkompetisi, tetapi sekaligus juga berhubungan seksual.

Pertemuan dan reproduksi seksual antara Neanderthal dan manusia modern bukanlah hal yang mudah.
Hubungan seksual antara keduanya juga bukan sesuatu yang dikehendaki kedua belah pihak. Fosil di Mezzena diduga adalah korban perkosaan manusia modern pada masa lalu.

Ian Tattersall, pakar fosil manusia dan Neanderthal dari American Museum of Natural History, mengungkapkan bahwa temuan baru ini menarik dan perlu dipelajari lebih lanjut. Kebudayaan Neanderthal dan makhluk pure Neanderthal akhirnya punah 35.000-30.000 tahun lalu.
Sumber :
DISCOVERY
»»  READMORE...

Cegah Stres dan Penyakit dengan Musik






google.com

Studi yang diketuai oleh Profesor Daniel K. Levitin dari Departemen Psikologi McGill University menganalisa ratusan studi mengenai bagaimana pengaruh musik dalam tubuh. Secara garis besar ada dua area yang mendapat manfaat besar dari musik, yaitu sistem imun dan keadaan mental dalam mengurangi stres.

"Kami menemukan bukti yang kuat bahwa intervensi musik memiliki peran penting untuk kesehatan, mulai dari kamar operasi sampai klinik keluarga," ujar Levitin.

Namun yang lebih penting, lanjut Levitin, telah ditemukan mekanisme neurokimia yang dipengaruhi musik memberikan efek terbesar untuk 4 hal, yaitu manajemen mood, stres, imunitas, dan ikatan sosial.

Berikut beberapa kesimpulan dari telaah:

- Mendengarkan musik jauh lebih baik ketimbang obat untuk mengurangi stres sebelum operasi.

- Orang yang mendengarkan musik memiliki kenaikan tingkat imunoglobulin A, yaitu antibodi yang ada pada jaringan mukosa dan membantu mencegah infeksi.

- Orang yang mendengar musik memiliki jumlah sel imun yang disebut sebagai "pembunuh sel alami" lebih banyak. Sel imun tersebut berguna untuk melawan bakteri, sel infeksi, dan sel kanker.

- Mendengarkan musik dapat mengurangi kadar kortisol pada tubuh. Kortisol merupakan hormon stres yang memiliki banyak efek psikologis negatif dan dapat memicu obesitas.

 


Sumber :
»»  READMORE...

Terlalu Banyak Vaksin Tak Memicu Autisme

Meski para orangtua selalu khawatir akan banyaknya vaksin yang diterima anak mereka di usia dini, namun penelitian menunjukkan bahwa vaksin, bahkan yang diberikan bersamaan dalam satu hari, tidak meningkatkan risiko autisme.

Dalam survei tahun 2011, hampir sepertiga orangtua mengaku cemas karena anak mereka mendapatkan begitu banyak vaksin sebelum berusia 2 tahun. Bahkan tak jarang ada vaksin ganda yang harus diberikan dalam satu hari.

Pada enam bulan pertama usia bayi, ia akan menerima sekitar 19 dosis dari enam jenis vaksin berbeda. Di usia 6 tahun, rata-rata seorang anak menerima 25 dosis dari 10 jenis vaksin.

Beberapa penelitian sebelumnya tidak menemukan kaitan antara jumlah vaksin yang diterima anak dan risiko gangguan saraf. Memang dalam studi tersebut tidak disebutkan secara spesifik risiko autisme.

Pada studi terbaru yang dipimpin Dr.Frank DeStefano dari Center for Disease Control and Prevention, para peneliti maju selangkah dengan melihat kaitan antara paparan antigen (protein dalam vaksin yang merangsang sistem imun tubuh) dengan risiko anak terkena autisme.

Tim peneliti lebih memilih untuk melihat paparan antigen daripada jumlah vaksin yang diterima anak karena sebenarnya yang jadi kecemasan orangtua adalah anak mendapat stimulasi imunologi lebih banyak dari yang sistem imun mereka bisa tangani.

Menurut DeStefano, jumlah vaksin tidak bisa menjadi alat ukur dari respon imunologi karena vaksin mengandung berbagai jenis antigen dan beberapa antigen itu memberi perlindungan lebih dari satu penyakit.

Ia dan timnya menganalisa informasi dari 250 anak dengan autisme dan 750 anak tanpa autisme, yang lahir antara tahun 1994 dan 1999.

Anak dengan autisme terpapar antigen dalam jumlah yang sama dengan anak tanpa autisme di usia 3 bulan, 7 bulan, dan 2 tahun. Tidak ada perbedaan antara dua kelompok itu dalam total jumlah antigen yang diterima dalam satu hari.

"Kecemasan orangtua bahwa anak mereka mendapat terlalu banyak vaksin sebelum usia 2 tahun atau diberi vaksin terlalu banyak saat kunjungan ke dokter ternyata tidak meningkatkan risiko autisme," tulis peneliti dalam Journal of Pediatrics.

Sebenarnya setiap hari anak juga terpapar banyak virus dan patogen yang merangsang kekebalan tubuh mereka, seperti halnya cara kerja vaksin. Dengan kata lain sebenarnya dalam sehari pun anak mendapat ribuan kali vaksinasi.

Kendati jumlah vaksin yang diterima anak saat ini lebih banyak daripada anak di era tahun 1990-an, namun vaksin generasi terbaru memiliki antigen lebih sedikit. Jadi anak di era tahun 1990an mendapat antigen antara 3000 sampai 15.250 sebelum berusia 2 tahun, anak generasi sekarang hanya menerima sekitar 315 antigen.


Sumber :
FOX NEWS
»»  READMORE...

Mengapa Balita Gemar Melempar Barang?






Melempar adalah keterampilan yang baru dikuasai dan senang dilakukan anak berusia 18 bulan sampai 3 tahun. Keterampilan ini perlu kemampuan motorik yang baik serta koordinasi tangan dan mata.
Untuk meningkatkan keterampilan tersebut perlu praktek berulang-ulang. Tak heran jika si kecil sangat senang melakukannya.

Pelajaran lain yang didapat si kecil dengan melempar adalah semua yang jatuh ke lantai tidak bisa naik kembali. Ia belum mengenal gravitasi, tapi ia sudah memahami efek tersebut. Jika bola dilempar akan memantul, jika kue dilempar akan remuk, dan sebagainya.

Namun kesenangannya melempar tersebut bisa membuat kita pusing karena rumah jadi berantakan. Tetapi jika aksi melemparnya tidak membahayakan diri atau orang lain, sebaiknya Anda tidak menghukum si kecil.

Yang sebaiknya dilakukan orangtua adalah membimbing anak, apa yang harus dibatasi dan dimana ia boleh melempar. Anda bisa mencoba kiat ini:

- Apa yang boleh dilempar
Si kecil dengan cepat akan mengetahui apa yang tidak boleh dilempar jika tersedia banyak benda lain yang boleh, malah didukung, untuk dilemparkan. Saat ini sudah cukup banyak mainan lempar-lemparan yang bisa dipilih. Ia akan semakin senang jika Anda mau melakukannya bersama.

Pesan yang akan diterimanya adalah ia boleh melempar benda yang tepat di waktu yang tepat. "Saat ia melempar benda yang tak semestinya, misalnya sepatu, dengan tenang ambil dari tangannya. Katakan, "sepatu bukan untuk dilempar. Bola boleh".

- Jangan terpancing emosi
Terkadang anak melempar benda yang tak semestinya hanya untuk menarik perhatian orangtuanya. Jika memungkinkan, abaikan ulahnya. Jika ia berhasil menarik perhatian Anda dengan melempar, ia akan melakukannya lagi.

- Rapikan bersama
Jangan suruh anak untuk membereskan semua yang ia lempar. Tugas itu terlalu berlebihan untuk anak seusianya. Ajak si kecil untuk membereskan mainan bersama Anda. Misalnya dengan mengajaknya lomba membereskan mainan.

- Temani saat makan
Di usia ini anak cenderung berantakan saat makan. Anda bisa mengurangi kebiasaan itu dengan duduk menemaninya saat makan. Manfaatkan waktu tersebut untuk mengajarinya agar ia tidak melemparkan makanannya. Ajak anak ngobrol untuk meningkatkan kemampuan bicaranya.

Sumber :
»»  READMORE...

Botak di Usia Muda Beresiko Kanker Prostat






Kebotakan pada pria umumnya terjadi di atas usia 50 tahun. Namun jika Anda mengalaminya lebih cepat, waspadailah adanya peningkatan risiko kanker prostat.

Sebuah studi terbaru terhadap pria Afrika-Amerika menunjukkan tingginya risiko kanker prostat pada pria yang mengalami kebotakan. Penelitian serupa terhadap pria Kaukasia menunjukkan hal yang sama.

Penelitian terbaru ini dilakukan pada pria Afrika-Amerika karena mereka merupakan kelompok pria yang paling banyak menderita kanker prostat di Amerika. Risiko kematiannya juga sekitar dua kali lipat.

Para partisipan dalam studi tersebut terdiri dari 318 pria penderita kanker prostat dan 219 pria yang sehat. Mereka diwawancara mengenai diagnosa kanker prostat dan ada tidaknya kebotakan yang dialami di usia 30 tahun.

Secara umum, pria yang menderita kebotakan memiliki risiko sampai 69 persen terkena kanker prostat, sementara pria yang menderita kebotakan di bagian dahi risikonya enam kali lebih besar terkena kanker prostat di usia 60 tahun dibanding pria yang tidak botak.

Jenis kebotakan diketahui memiliki pengaruh yang berbeda. Pria dengan kebotakan seluruh kepala (frontal hair loss) memiliki risiko lebih besar dibanding pria dengan kebotakan di bagian puncak kepala atau ubun-ubun. Hal ini berbeda dengan studi sebelumnya yang menyimpulkan tak ada perbedaan risiko pada jenis kebotakan yang berbeda.

Mengapa botak terkait dengan risiko kanker prostat memang belum jelas. Tetapi para ahli yakin hal itu karena faktor perubahan hormonal. Pemecahan hormon pria, dihydrotestosteron (DHT) terkait dengan peningkatan risiko kanker prostat dan juga penipisan folikel rambut.

Tingginya kasus kanker prostat pada pria Afrika-Amerika juga menunjukkan adanya faktor genetik. Namun hal tersebut masih terus didalami oleh para peneliti.

Sumber :
»»  READMORE...