Social Icons

Minggu, 31 Maret 2013

Punya Banyak Anak Memperpendek Umur

Banyak anak banyak rejeki adalah pameo yang kini sudah mulai ditinggalkan keluarga modern mengingat makin mahalnya biaya hidup dan pendidikan. Menurut para ilmuwan, banyak anak juga bisa berarti memperpendek usia.

Para ilmuwan dari Universitas Gothenberg menggunakan teknik genetik modern untuk meneliti mengenai proses penuaan pada spesies angsa bernacle yang memiliki umur paling panjang. Tim peneliti menyebutkan bahwa ada korelasi langsung antara reproduksi dengan usia harapan hidup.

Kunci untuk memahami kaitan antara dua hal tersebut adalah telomere, tutup pelindung pada ujung kromosom. Panjang pendeknya telomere diyakini akan menunjukkan panjang pendeknya usia.

Angsa yang dipakai dalam penelitian ini bervariasi mulai dari angsa yang masih muda sampai yang berusia lanjut, yakni berumur 22. Setiap angsa diukur telomere-nya pada dua situasi dengan jeda dua tahun.

Di akhir penelitian para peneliti menemukan bahwa angsa bernacle (Branta leucopsis) memiliki telomere yang lebih panjang dibanding spesies burung lainnya. Hal tersebut diyakini karena angsa tersebut memiliki jumlah anak lebih sedikit sehingga mereka punya banyak waktu untuk menjaga fungsi tubuhnya tetap sehat.

"Ada korelasi yang jelas antara reproduksi dan usia pada dunia hewan. Misalnya saja gajah yang punya umur panjang tetapi keturunannya sedikit. Sedangkan tikus umurnya pendek dan memproduksi banyak anak setiap kali hamil," kata Angela Pauliny, salah satu peneliti.

Selain itu diketahui pula ada perbedaan antara perkembangan telomere dengan gender. Pada pria mereka mengembangkan telomere dalam periode yang lama, sedangkan pada wanita siklusnya lebih cepat.



Sumber :
»»  READMORE...

Alat Deteksi Kuman Lebih Cepat







Jakarta, Selama ini, pemeriksaan jenis kuman penyebab infeksi sekaligus uji kepekaan kuman terhadap antibiotik perlu waktu 3-4 hari. Dengan alat pemeriksaan mikrobiologi medik terbaru, deteksi kuman dapat dilakukan kurang dari dua hari, termasuk pengambilan sampel dan persiapan.

Guru Besar Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran UI Amin Soebandrio, di Jakarta, Kamis (28/3), mengatakan, lamanya pemeriksaan kuman menghambat penanganan pasien, memperpanjang waktu perawatan di rumah sakit, meningkatkan biaya perawatan, bahkan bisa mengancam nyawa pasien.

Infeksi bakteri, jamur, atau virus bisa mematikan jika berada di tahap sepsis (keracunan dalam darah). Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus konsultan perawatan intensif dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Frans J Pangalila, mengatakan, setiap tahun lebih dari 6 juta orang di dunia tewas akibat sepsis.

”Laporan Global Sepsis Alliance menyebutkan, setiap 2-3 menit terdapat satu orang yang meninggal akibat sepsis. Data Asia Ventilation Forum sekitar 3 bulan lalu menyebut, tingkat kematian akibat sepsis mencapai lebih dari 80 persen,” ujarnya.

Menurut Pangalila, sepsis bisa terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat jenis karena diberikan oleh tenaga kesehatan tanpa uji laboratorium untuk menentukan jenis kuman. Sepsis juga bisa dipicu penggunaan antibiotik dengan dosis tidak pas atau tidak dihabiskan.

Amin yang juga Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi Bidang Kesehatan dan Obat mengatakan, kini ada Vitek 2 Compact yang dapat mengidentifikasi jenis kuman dan uji kepekaannya terhadap antibiotik dalam 4 jam. Adapun Vitek Mass Spectrophotometry mampu mendeteksi jenis kuman dalam 2 menit.

Meski sangat cepat, dihitung dengan waktu pengambilan sampel, baik darah, urine, maupun tinja, dibutuhkan waktu total kurang dari 2 hari. Kuman dari sampel harus dibiakkan dalam media hingga membentuk koloni untuk diidentifikasi. ”Kedua peralatan sebaiknya digunakan secara simultan,” katanya.

Deteksi kepekaan antibiotik penting dilakukan di Indonesia mengingat tingginya tingkat resistensi antibiotik. Selain dipicu penggunaan antibiotik secara serampangan, resistensi antibiotik juga bisa dipicu oleh paparan aneka zat kimia di alam.

Untuk menghindari resistensi antibiotik, Amin mengingatkan masyarakat dan tenaga kesehatan agar tak mudah mengonsumsi dan memberikan antibiotik. Sejumlah kuman penyebab infeksi bisa mati sendiri dalam beberapa hari tanpa perlu mengonsumsi obat. Kalaupun memberi antibiotik, harus melalui uji laboratorium agar sesuai jenis kuman dan takarannya pas. (MZW)

   

Sumber :
Kompas Cetak
»»  READMORE...

Komplikasi Operasi Pengangkatan Batu Ginjal





Belakangan ini semakin banyak pasien yang mendapatkan prosedur bedah invasif yang minimal untuk menghilangkan batu ginjal. Namun menurut studi teranyar, tingkat komplikasi dari operasi tersebut juga mengalami kenaikan.
Prosedur yang disebut dengan percutaneous nephrolithotomy (PCNL) dilakukan dengan membuat sayatan kecil di punggung dan menggunakan skop berongga untuk mengambil batu ginjal berukuran sedang hingga besar.
Kendati tingkat kematian yang terkait dengan prosedur tersebut tetap rendah dalam 10 tahun masa studi, komplikasi tertentu seperti infeksi darah, mengalami pelonjakan. Studi menemukan bahwa risiko tertinggi mengalami komplikasi terlebih pada mereka yang berusia lanjut dan telah sakit dan dirawat selama beberapa tahun terakhir.
"Kami percaya bahwa penggunakan prosedur ini secara luas pada pasien berusia lanjut dan telah sakit lama mungkin menjadi alasan untuk meningkatkan komplikasi," ujar salah satu peneliti dr. Khurshid Ghani dari Henry Ford Hospital.
Studi yang dimuat dalam Journal of Urology ini menganalisa dari 80.000 pasien yang berusia di atas 18 tahun di Amerika Serikat. Mereka telah mendapatkan prosedur PCNL di antara tahun 1999 hingga 2009. Dalam waktu tersebut, ada peningkatan komplikasi sebanyak 47 persen, terutama di kalangan wanita.
Kehadiran penyakit lain setelah prosedur meningkat pula selama masa studi, dan komplikasi keseluruhan meningkat sekitar 12 persen hingga hampir 16 persen. Catatan khusus untuk infeksi darah meningkat dua kali lipat dari 1,2 persen menjadi 2,4 persen.
Sedangkan tingkat kematian terkait prosedur tidak mengalami perubahan signifikan, dari 0 ke 0,4 persen. Studi menemukan, kematian terjadi pada pasien berusia lanjut.
Sumber :
Healthday News
»»  READMORE...

Kamis, 28 Maret 2013

Fakta Menarik Soal Madu

Madu, hidangan sehat, manis, dan lezat. Kita bahkan dapat bertahan hidup hanya dengan makan madu. Benarkah? Berikut ini beberapa fakta menarik tentang madu seperti dilansir dari All Women Stalk.

Sumber makanan.
Madu merupakan sumber makanan agar seseorang perlu hidup. Di dalamnya mengandung antioksidan, vitamin, mineral, bahkan air.
  
Membuat sehat.
Madu juga mengandung enzim tertentu yang membantu tubuh mencerna makanan dan menjaga sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik. Secara keseluruhan, madu sehat untuk pencernaan, tulang, dan menyeimbangkan berat badan.
  
Menyembuhkan.
Selain sehat, madu juga bersifat penyembuhan. Beberapa kondisi kesehatan yang dapat diobati dengan madu adalah alergi, infeksi, sakit tenggorokan, dan luka bakar.
  
Tidak basi.
Madu dapat disimpan tanpa takut basi.
  
Rasa madu.
Madu memiliki rasa yang berbeda. Itu karena perbedaan bunga yang dihisap oleh lebah. Selain rasa, warna madu juga dibedakan oleh jenis bunga.
  
Jerawat.
Lupakan pembersih mahal yang dijual di pasaran jika kita ingin mencoba menyembuhkan jerawat. Gunakan masker madu dan biarkan selama beberapa menit sebelum dibilas. Jerawat secara bertahap akan berkurang.
  
Kecantikan.
Punya kulit kering? Atau kerutan kecil di daerah mata? Oleskan madu ke wajah. Biarkan selama 30 menit sebelum dibilas dengan air hangat. Madu tidak hanya manjur dari segi kesehatan, tapi juga kecantikan.
  
Parasit.
Ada parasit dalam tubuh yang mampu menyebabkan penyakit berbahaya. Untuk menghilangkannya, cobalah minuman campuran madu, cuka, dan air.
  
Menenangkan.
Jika kita merasa cemas, gugup, atau insomnia, cobalah mengonsumsi madu. Madu memberikan efek menenangkan pada tubuh. Madu juga merupakan suplemen energi yang efektif jika kita merasa lelah.

Sudahkah Anda minum madu hari ini?


Sumber :
»»  READMORE...

Kurang Zat Besi Bisa Jadi Indikator Kanker

Anemia alias kekurangan zat besi bukan cuma terkait dengan gejala mudah letih dan lelah, tapi juga bisa menjadi indikator penyakit kanker. Kendati jarang, namun ada sel kanker yang bisa memakan zat besi dalam darah sehingga menyebabkan seseorang anemia.
Gejala anemia antara lain selalu merasa letih, lesu, sakit kepala, insomnia, hingga berkurangnya nafsu makan. Kelompok ibu hamil dan anak berusia kurang dari dua tahun adalah kelompok yang akan mengalami dampak paling buruk jika menderita anemia karena bisa menganggu tumbuh kembang anak.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Nadia Ayu Mulansari, anemia bukanlah penyakit, melainkan gejala yang harus dicari penyebab dasarnya atau penyakit yang mendasari anemia tersebut.
Anemia, lanjut Nadia, merupakan suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit (sel darah merah) dalam darah yang kurang dari nilai normal. Anemia umumnya disebabkan oleh kehilangan sel darah merah akibat pendarahan saat kecelakaan atau operasi. Menurunnya produksi sel darah merah, dan peningkatan destruksi sel darah merah atau hemolisis juga menyebabkan anemia.
Nadia menuturkan, adanya penyakit kanker yang ditandai oleh anemia bukan hanya kanker yang berhubungan dengan darah seperti leukimia, namun juga kanker lainnya seperti kanker payudara, kanker saluran cerna dan lain-lain.
"Kanker usus misalnya, biasanya terjadi pendarahan di sekitar sel kanker. Itulah yang mengurangi volume darah di tubuh, salah satu penyebab anemia," paparnya dalam acara peluncuran Tanya Anemia Center yang diadakan oleh Sangobion Rabu (27/3/2013) di Jakarta.
Selain penurunan volume darah akibat pendarahan, sel kanker juga bisa merusak zat besi yang mengakibatkan anemia.
Hemblogin merupakan parameter yang menentukan anemia. "Wanita dikatakan mengalami anemia jika hemoglobinnya kurang dari 12, sedangkan pada pria jika kurang dari 13,5," tutur dokter dari Divisi Hematologi-Onkologi Medik ini.
Namun, bukan berarti anemia selalu menjadi indikator kanker. Nadia menegaskan, anemia bisa diartikan seperti demam, yang belum pasti menunjukkan gejala penyakit tertentu, melainkan bisa sangat luas. Maka untuk memastikan apa yang menjadi penyebab anemia, harus dilakukan pemeriksaan dengan tepat.
Selain kanker, anemia dapat menjadi indikator dari penyakit thalasemia, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit jaringan ikat, infeksi kronik, dan gangguan nutrisi.
»»  READMORE...

Brown Sugar Lebih Sehat dari Gula Putih?





Gula dalam berbagai jenisnya merupakan bahan yang sering ditambahkan dalam makanan dan minuman sehari-hari. Jenis gula yang paling banyak dipakai adalah gula pasir yang berasal dari tebu.

Sebagian orang yang peduli pada kesehatan menganggap brown sugar atau raw sugar lebih baik ketimbang gula putih. Mungkin karena rasanya tak semanis gula pasir dan tampilannya lebih alami. Padahal, kandungan mineral dalam brown sugar tidak terlalu banyak.

Brown sugar adalah gula pasir yang diberi molasses atau gula tetes tebu. Dalam proses pembuatan gula, perasan air tebu diuapkan untuk menghasilkan kristal atau gula murni. Pada tahap ini, setelah evaporasi, gula secara teknis masih mentah karena belum dihaluskan atau disuling. Namun, gula mentah tersebut harus dibersihkan sebelum dijual.

Brown sugar atau turbinado sugar adalah gula yang tidak diproses sampai selesai, sehingga komponen dari perasan tebunya masih tertinggal. Untuk memberikan rasa manis ditambahkan molasses atau tetes tebu.

Aroma brown sugar lebih wangi dibanding gula pasir sehingga umumnya gula jenis ini banyak dipakai untuk membuat kue atau cake.

Tampilan raw sugar atau brown sugar yang kasar dibanding dengan gula pasir membuat produk ini tampak lebih organik. Tampilan yang alami tersebut sering dikaitkan dengan sesuatu yang sehat.

Baik raw sugar atau brown sugar mengandung mineral lebih banyak dibanding dengan gula putih, tetapi hal itu karena adanya tambahan gula tetes tebu. Brown sugar dan raw sugar mengandung 5-10 persen molasses.

Meski brown sugar mengandung kalsium, potasium, zat besi, dan magnesium, namun jumlahnya dianggap terlalu sedikit untuk memberikan manfaat kesehatan. Satu sendok teh brown sugar hanya mengandung 0.02 miligram zat besi. Padahal orang dewasa membutuhkan sekitar 8 miligram zat besi.

Perbedaan dalam komposisi energi yang dimiliki gula pasir dengan brown sugar juga dianggap tidak signifikan. Dalam penelitian terhadap tikus yang diberi brown sugar juga tidak menunjukkan perbedaan dalam komposisi tubuh dan metabolisme energi. Ini berarti belum terbukti brown sugar lebih baik untuk mereka yang ingin membatasi asupan kalorinya.
Sumber :
LiveStrong
»»  READMORE...

Aman Bekerja Selama Hamil

 
Selama kehamilan sehat, tak ada alasan untuk memilih mengurangi kegiatan. Sebuah studi baru menyatakan bahwa bekerja selama hamil tidak meningkatkan risiko kelahiran prematur ataupun memiliki bayi dengan berat lahir rendah.

Para peneliti dari University of Minnesota menganalisa data dari hampir 1.600 wanita yang melahirkan di tahun 2005. Sebagian dari wanita tersebut bekerja baik penuh ataupun paruh waktu selama kehamilan, sedangkan yang lain tidak. Hasilnya mereka tidak menemukan perbedaan pada laju kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah pada kedua kelompok ibu hamil tersebut.

Menurut studi yang baru-baru ini dipublikasi dalam jurnal Women's Health Issues ini, kendati bekerja saat hamil tidak  berpengaruh, namun faktor-faktor risiko yang sudah diketahui seperti gaya hidup tidak sehat, usia ibu, kehamilan pertama atau lebih dari empat, ras, dan keturunan masih sangat mempengaruhi terjadinya kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah.

"Penelitian utamanya menunjukkan hubungan antara karakteristik pekerjaan tertentu, seperti pekerja yang membutuhkan aktivitas fisik berat dengan jam kerja yang panjang akan berpengaruh buruk bagi kehamilan dan sangat berbeda hasilnya untuk kelahiran daripada bagi mereka yang tidak bekerja," ujar Ketua Penelitian Katy Backes Kozhimannil, dari divisi health policy and management dalam sebuah rilis.

Para peneliti mengatakan hasil temuan ini seharusnya bukan difokuskan pada bekerja atau tidaknya wanita saat hamil, tetapi pada karakteristik pekerjaannya, terutama pada mereka yang berrisiko tinggi.

"Temuan kami menegaskan kembali pentingnya diskusi tentang mengambil keputusan hamil ketika bekerja, mengingat ada tantangan tersendiri yang harus mereka hadapi," ujar Kozhimannil.

Kozhimannil mencatat bahwa saat ini sedang diadakan kongres Pregnant Worker Fairness Act untuk mendapatkan cara terbaik dalam mempromosikan kehamilan yang sehat di antara ibu bekerja.


Sumber :
Healthday News
»»  READMORE...