Social Icons

Senin, 11 Maret 2013

Kebiasaan Ini Bantu Cegah Kanker Kolorektal

Kanker kolorektal atau dikenal juga dengan kanker usus bawah merupakan salah satu jenis kanker yang mematikan. Namun, para ahli mengatakan bahwa kanker ini dapat dicegah dengan melakukan beberapa kebiasaan baik.

"Kanker kolorektal dapat dicegah secara signifikan dengan skrining dan deteksi dini," ujar James Yoo, asisten profesor bedah di David Geffen School of Medicine di University of California, Los Angeles, dalam sebuah rilis berita universitas.

Yoo memberikan beberapa poin untuk mengurangi risiko kanker kolorektal:

- Lakukan skrining kanker kolorektal di awal usia 50 tahun jika Anda termasuk orang dengan risiko normal. Namun jika Anda termasuk dalam orang yang berisiko tinggi, yaitu memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker kolorektal atau jenis kanker usus lainnya, lakukan skrining sebelum usia 50 tahun.

- Makan 25 hingga 30 gram serat setiap hari dari buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan roti atau sereal gandum utuh. Anda juga perlu memiliki pola makan rendah lemak karena kanker kolorektal telah dikaitkan dengan pola makan tinggi lemak jenuh. Selain itu, pastikan makanan yang dimakan mengandung asam folat, misalnya daun-daunan berwarna hijau.

- Jika Anda pengonsumsi alkohol, maka batasi konsumsi alkohol Anda. Hentikan merokok. Konsumsi alkohol yang dikombinasikan dengan tembakau dikaitkan dengan kanker kolorektal dan berbagai jenis kanker usus lainnya.

- Berolahragalah paling tidak 20 menit, tiga sampai empat hari setiap minggu. Aktivitas fisik ringan seperti berjalan, berkebun, atau naik tangga dapat membantu menurunkan risiko dari kanker kolorektal.

- Konsultasikan pada dokter jika Anda melihat ada gejala, seperti adanya darah di feses/kotoran, perubahan di usus, turun berat badan, bentuk feses tidak seperti biasanya, sakit perut, atau gejala pencernaan lain.

- Jaga berat badan Anda tetap ideal. Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal.



Sumber :
Healthday News
»»  READMORE...

Berpikir Positif Pengaruhi Kadar Kolestrol?


Berpikir positif selain dapat membantu memperbaiki kesehatan jiwa, ternyata juga dapat meningkatkan kadar kolesterol "baik" High Density Lipoprotein (HDL), menurunkan kadar trigliserida dan molekul lemak yang perperan dalam pengerasan pembuluh arteri.

Penelitian terbaru para ahli dari Havard School of Public Health mengindikasikan, bahwa orang usia paruh baya yang berpikir positif terhadap hidupnya memiliki kadar HDL lebih baik yang melindungi jantung, sekaligus menurunkan kadar kolesterol "jahat" low density lipoprotein (LDL).

Menurut para peneliti, salah satu alasannya mungkin berhubungan dengan kecenderungan orang yang berpikir positif untuk memiliki berat badan yang terjaga serta pola makan yang sehat.

Para peneliti menganalisa data dari 990 orang berusia antara 40 sampai 70 tahun yang telah diwawancara dan diperiksa di laboratorium. Berdasarkan hasil wawancara, peserta dapat dinilai tingkat optimisme-nya yang diberi skala 6 sampai 30 berdasarkan pendapat mereka menilai beberapa kalimat.

Orang dengan rasa optimistis tinggi memiliki kadar HDL yang tinggi pula. Untuk setiap kenaikan lima poin dalam skala optimisme yang telah dibuat, HDL dalam darah meningkat satu miligram per desiliter. Para peneliti mengatakan, jumlah tersebut akan menurunkan tiga persen risiko penyakit jantung. Sebagai perbandingan, olahraga rutin dapat menurunkan risiko penyakit jantung sebanyak 6 persen.

Ketua penulis studi Julia Boeh mengatakan, hasil studi ini menambah bukti bahwa kesehatan jiwa dan fisik saling berkaitan, dan melihat dunia dengan optimisme memiliki manfaat bagi kesehatan.

Franz Messerli, ahli kardiologi dari St. Luke's-Roosevelt Hospital di New York yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa, "masih meragukan untuk mengatakan optimisme menyebabkan perubahan di kadar kolesterol. Mungkin keduanya dapat dikaitkan dengan variabel ketiga yaitu gaya hidup.

Peneliti dari Havard sebenarnya pun telah meneliti faktor gaya hidup seperti konsumsi alkohol, pola makan, dan berat badan yang dikaitkan dengan optimisme serta lemak dalam darah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa orang yang memiliki optimisme memiliki kecenderungan untuk memiliki gaya hidup yang lebih baik sehingga berpengaruh terhadap kadar lemak di dalam tubuhnya.



Sumber :
»»  READMORE...

Niacin Tak Bantu Pengobatan Sakit Jantung




Jika Anda sedang menjalani pengobatan perunan kolesterol dengan obat statin, maka sebaiknya tidak mengonsumsi vitamin niacin. Sebuah studi baru mengindikasikan bahwa mengombinasikan statin dan niacin tidak akan memberikan keuntungan bagi tubuh Anda, melainkan memperbesar efek samping.

Sebuah studi besar tentang niacin pada hampir 26.000 orang penderita penyakit jantung menunjukkan hasil yang mengecewakan. Pasien yang diberi vitamin B sekaligus dengan statin menunjukkan tidak ada penurunan dari kematian akibat penyakit jantung, serangan jantung, stroke, atau kebutuhan operasi bypass atau angioplasty.

Studi ini juga menemukan bahwa orang yang mengonsumsi niacin memiliki kemungkinan lebih untuk pendarahan dan/atau infeksi daripada mereka yang mengonsumsi plasebo. Demikian yang dilaporkan dalam pertemuan tahunan American College of Cardiology, di San Francisco.

"Kami kecewa dengan hasil ini karena tidak menunuukkan keuntungan untuk pasien kami," kata ketua penulis studi Jane Armitage, profesor di University of Oxford di Inggris.

Armitage mengatakan, niacin telah digunakan selama bertahun-tahun dan dipercaya dapat membantu pasien untuk mencegah serangan jantung dan stroke, namun kini ternyata efeknya berkebalikan ketika digunakan beserta pengobatan umum.

Studi baru yang diterbitkan dalam European Heart Journal ini melibatkan pasien dengan penyempitan arteri. Mereka diberikan baik 2 gram niacin dan 40 miligram plasebo. Di samping itu, mereka sedang menjalani pengobatan dengan statin.

Selain tidak memberikan keuntungan kesehatan, pemberian niacin tidak juga mengurangi kematian akibat penyakit jantung. Dalam penelitian ini, sebanyak ditemukan 13,2 persen kasus pada orang yang mengonsumsi niacin, dan 13,7 persen pada orang yang mengonsumsi plasebo.

Dengan mengombinasikan statin dan niacin, efek samping juga lebih mungkin terjadi. Di akhir studi ini, sebanyak 25 persen pasien yang mengonsumsi niacin dan lapopiprant menghentikan pengobatannya, dibandingkan dengan 17 persen pasien yang mengonsumsi plasebo.

"Alasan utama pasien menghentikan pengobatan adalah adanya kontraindikasi, seperti gatal, ruam, gangguan pencernaan, diare, diabetes dan masalah otot," kata Armitage. "Penghentian pengobatan 4 kali lebih mungkin pada pasien yang mengalami gangguan kulit. dan 2 kali lebih mungkin pada pasien yang mengalami gangguan pencernaan," jelasnya.


Sumber :
Healthday News
»»  READMORE...

Minggu, 10 Maret 2013

Jalan Kaki Rutin Baik untuk Pasien Stroke

Berjalan kaki secara rutin dapat meningkatkan kesehatan pasien stroke baik dari sisi fisik, mobilitas, maupun kualitas hidupnya. Demikian diungkapkan sebuah studi baru yang dimuat dalam jurnal Stroke.

Studi ini melibatkan 128 orang penderita stroke di Jamaika yang dibagi tiga kelompok berbeda. Kelompok pertama melakukan latihan berupa berjalan kaki rutin selama tiga kali seminggu, kelompok kedua menerima pijatan terapeutik, dan kelompok ketiga tidak mendapatkan keduanya.

Hasilnya, kelompok pertama mengalami peningkatan kualitas hidup berdasarkan kesehatan fisik sebanyak hampir 17 persen. Mereka dapat berjalan 18 persen lebih jauh dalam tes daya tahan dan memiliki denyut jantung 1,5 persen lebih rendah. Sedangkan grup kedua memiliki denyut jantung yang hampir 7 persen lebih tinggi.

"Berjalan kaki adalah cara yang sangat baik untuk aktif kembali setelah stroke. Berjalan merupakan kegiatan yang tidak asing, tidak mahal, dan mudah," ujar ketua studi Carron Gordon, yang juga dosen di departemen fisioterapi University of West Indies Jamaika.

Gordon menambahkan, berjalan kaki dapat membantu dalam mengontrol tekanan darah, menurunkan kadar lemak, dan menjaga berat badan yang semuanya merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler.

Oleh sebab itu pula, para dokter diharapkan dapat menyarankan pasien stroke untuk melakukan latihan berjalan dengan rutin. Pascaserangan stroke, pasien biasanya menjadi lemah dan takut untuk melakukan aktivitas fisik karena takut terjatuh. Padahal, hal ini membuat mereka kesulitan untuk menjaga hubungan sosial dan kembali melakukan aktivitas rutin sehari-hari.

Karena itulah, peran orang terdekat sangat penting untuk meyakinkan para penderita stroke untuk kembali aktif berjalan. Untuk memulai latihan berjalan, orang terdekat pasien dapat menemani, hingga perlahan-lahan pasien menjadi lebih percaya diri untuk dapat melakukan latihan tersebut sendiri secara rutin.

Pria dan wanita peserta studi ini menderita stroke enam hingga 24 bulan sebelum studi ini dimulai dan dapat berjalan sendiri tidak ataupun dengan alat bantu. Usia rata-rata dari peserta adalah 64 tahun. Selain baik untuk penderita stroke, berjalan juga baik untuk menghindari stroke. Orang perlu berjalan paling tidak 150 menit perhari, dan 75 menit perminggu untuk aktivitas fisik berat.

Kombinasi keduanya pun bisa dilakukan. Demikian saran dari American Heart Association. Sedangkan bagi penderita stroke, 20 hingga 60 menit diperlukan untuk latihan aerobik, dilakukan tiga sampai tujuh hari seminggu.


Sumber :
Healthday News
»»  READMORE...

3 Rambu Penting Berlatih Yoga

Selama ini, gerakan yoga selalu menitikberatkan pada aktivitas meditasi di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indera dan tubuh secara keseluruhan.

Sebenarnya ada tiga aspek utama pada latihan yoga yang dapat membantu Anda berada pada titik lebih dalam dan rileks. Berikut adalah hal-hal yang perlu Anda perhatikan untuk mendukung kelancaran latihan yoga :

* Amati  otot yang tegang

Ketika Anda dalam posisi yang benar-benar butuh keseimbangan penuh, Anda bisa fokus memperhatikan bagian mana saja dari tubuh Anda yang mengalami tegang. Pembiaran, hanya akan membuat latihan yoga berantakan dan bahkan bisa melukai diri sendiri dengan akibat latihan yang terlalu keras.

* Pengaturan nafas

Ada beberapa jenis pranayama (latihan pernapasan) yang mengharuskan Anda menahan napas. Selama latihan yoga, Anda harus fokus saat menghirup dan menghembuskan napas. Ketika melakukan gerakan yang menantang dan harus menahan napas, mungkin Anda akan sedikit merasa pusing atau sakit kepala. Jika Anda kesulitan, ulangi kembali gerakan yang sama dan atur napas secara konsisten untuk mendukung postur tubuh.

* Hindari gerakan yang tidak perlu

Tujuan dari latihan yoga adalah menghubungkan antara napas dan gerakan tubuh. Ketika tubuh Anda membuat gerakan tambahan yang tidak perlu, hal itu justru akan mengganggu program latihan Anda.


Sumber :
»»  READMORE...

Depresi Ada Kaitannya dengan Kebutaan






Depresi kerap dikaitkan dengan berbagai macam penyakit. Sebuah penelitian terbaru menghubungkan depresi dengan risiko kebutaan. Riset yang dipublikasi dalam jurnal JAMA Ophthalmology ini menyatakan, mereka yang mengalami depresi berisiko lebih besar untuk menderita kebutaan.

Para peneliti menganalisa data lebih dari 10.000 orang dewasa berusia 20 tahun dan berpartisipasi dalam survei National Health and Nutrition Amerika Serikat antara tahun 2005 dan 2008.

Berdasarkan hasil survei, di antara orang yang menderita depresi, sebanyak 11 persen melaporkan bahwa mereka mengalami kebutaan, dan 5 persen melaporkan mereka tidak mengalaminya.

Setelah menelaah beberapa faktor, diantaranya usia, jenis kelamin, dan keadaan kesehatan secara umum, para peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara orang yang dilaporkan mengalami kebutaan dan depresi. Meskipun, studi ini tidak menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat di antara keduanya.

"Studi ini menunjukkan adanya informasi lebih jauh tentang hubungan antara depresi dan kebutaan pada orang dewasa dengan berbagai tingkatan usia," ujar Xinzhi Zhang, dari National Institute of Health Amerika Serikat.

Para peneliti menyimpulkan, perlu adanya pengenalan dan perawatan lebih baik bagi orang yang menderita depresi yang melaporkan adanya penurunan kemampuan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari akibat menderita kebutaan.

Sumber :
Healthday News
»»  READMORE...

Meraih Bahagia Lewat olahraga

Segala yang berkaitan dengan aktivitas fisik seperti olahraga selalu dikaitkan dengan program penurunan berat badan atau pencegahan penyakit. Namun, ini kurang lengkap. Olahraga sebenarnya juga meningkatkan rasa bahagia.

Bagi mereka yang rutin berolahraga, tentu akrab dengan perasaan nyaman dan bahagia yang memenuhi hati setelah selesai olahraga. Saat berolahraga akan terjadi pelepasan endorfin sehingga kita pun merasa tenang.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam the American Journal of Epidemiology, diketahui aktivitas olahraga secara rutin sangat berpengaruh besar pada kebahagiaan seseorang.

Tim peneliti dari Kanada menganalisa data dari 8 National Population Health Survey dengan periode 15 tahun untuk mengetahui kaitan antara level aktivitas fisik dengan kebahagiaan.

Dalam jangka pendek, olahraga memang terkait dengan kebahagiaan, karena orang yang bahagia biasanya senang berolahraga.

Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan, perubahan kebiasaan, misalnya dari tidak berolahraga menjadi aktif berolahraga akan berpengaruh pada mood seseorang dalam jangka panjang. Singkatnya, membangun kebiasaan berolahraga bisa menjadi investasi bagi rasa bahagia di masa depan.

Selain itu, orang yang rajin berolahraga juga cenderung lebih awet muda sehingga mereka pun lebih bahagia.

Olahraga, seperti joging atau berlari, akan memperlancar sirkulasi oksigen dan peredaran darah. Dengan darah yang lancar, nutrisi ke seluruh jaringan kulit tidak terhambat. Selain kesegaran sel-sel terpelihara, hal itu juga membantu mengaktifkan produksi kolagen untuk melembabkan kulit.



Sumber :
msnbc
»»  READMORE...