Social Icons

Jumat, 28 Desember 2012

ASKEP TRAUMA TUMPUL ABDOMEN



A.     PENGERTIAN
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 200)

B.       ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.

C.       ANATOMI DAN FISIOLOGI
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah.  Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dab kecil.
Batasan – batasan abdomen. Di atas,  diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.




D.     PATHOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan  dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan  yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan  dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
§  Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
§  Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
§  Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

E.       DAMPAK MASALAH TERHADAP KLIEN
Setiap musibah yang dihadapi seseorang akan selalu menimbulkan dampak masalah baik bio - psiko- social-spiritual yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perubahan pola kehidupan. Dampak dari pre operasi :
a.       Dampak pada fisik :
q  Pola Pernapasan :
Keadaan ventilasi pernapasan terganggu jika terdapat gangguan / instabilitasi cardiovaskuler, respirasi dan kelainan – kelainan neurologis akibat multiple trauma.
Penyebab yang lain adalah  perdarahan didalam rongga abdominal yang menyebabkan distended sehingga menekan diafragma yang akan mempengaruhi ekspansi rongga thoraks.
q  Pada sirkulasi
Perdarahan dalam rongga abdomen karena cidera dari oragan – organ abdominal yang padat maupun berongga atau terputusnya pembuluh darah, sehingga tubuh kehilangan darah dalam waktu singkat yang mengakibatkan shock hipovolemik dimana sisa darah tidak cukup mengisi rongga pembuluh darah.
q  Perubahan perfusi jaringan
Penurunan perfusi jaringan disebabkan karena suplai darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh berkurang / tidak mencukupi kesesuaian kebutuhan akibat dari shock hipovolemic.
q  Penurunan Volume cairan tubuh.
Perdarahan akut akan mempengaruhi keseimbangan cairan di dalam tubuh, dimana cairan intra celluler (ICF), Extracelluler (ECF) diantaranya adalah cairan yang berada di dalam pembuluh darah (IV) dan cairan yang berada di dalam jaringan di antara sel - sel (ISF) akan mengalami defisit atau hipovolemia.
q  Kerusakan Integritas kulit.
Trauma benda tumpul dan tajam akan menimbulkan kerusakan dan terputusnya jaringan  kulit atau yang dibagian dalamnya  diantaranya pembuluh darah, persyarafan dan otot didaerah trauma.
b.      Dampak Psikologis :
Perasaan cemas dan takut akan menyelimuti diri pasien, hal ini disebabkan karena musibah yang dialaminya dan kurangnya informasi tentang tindakan pengobatan dengan jalan pembedahan / operasi.
c.       Dampak Sosial :
Mengingat dana yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan tidak sedikit dan harga obat – obatan yang cukup tinggi, hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan membutuhkan waktu yang amat segera (sempit)

F.       ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Dalam pengkajian pada trauma  abdomen harus berdasarkan prinsip – prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A (Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan trauma abdomen harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.
1.1  Anamnesa
1.1.1        Biodata
1.1.2        Keluhan Utama
-        Keluhan yang dirasakan sakit.
-        Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
1.1.3        Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
-        Penyebab dari traumanya  dikarenakan benda tumpul atau peluru.
-        Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.
-        Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
-        Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
1.1.4        Riwayat Penyakit yang lalu
-        Kemungkinan pasien sebelumnya  pernah menderita gangguan jiwa.
-        Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.
1.1.5   Riwayat psikososial spiritual
-        Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.
-        Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.
-        Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).
1.2  Pemeriksaan Fisik
1.2.1        Sistim Pernapasan
-        Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.
-        Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.
-        Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
-        Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
1.2.2  Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
-        Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan adakah anemis.
-        Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
1.2.3   Sistim Neurologis (B3 = Brain)
-        Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
-        Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak
-        Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
1.2.4   Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)
-        Pada inspeksi :
¨       Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.
¨       Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.
¨       Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.
¨       Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.
-        Pada palpasi :
·         Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.
·         Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
·         Kalau ada  vulnus sebatas mana kedalamannya.
-        Pada perkusi :
§  Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
§  Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen.
-        Pada Auskultasi :
§  Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.
-        Pada rectal toucher :
§  Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.
§  Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.
1.2.5        Sistim Urologi ( B5 = bladder)
-        Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.
-        Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.
-        Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
1.2.6         Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )
¨      Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.
¨      Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.
1.3      Pemeriksaan Penunjang :
1.3.1   Radiologi :
-  Foto BOF (Buick Oversic Foto)
-  Bila perlu thoraks foto.
-  USG (Ultrasonografi)
1.3.2   Laboratorium :
-  Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)
Disini terpenting Hb serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.
-  Urine lengkap (terutama ery dalam urine)
1.3.3   Elektro Kardiogram
-  Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.

2.        Diagnosa Keperawatan
Adapun masalah perawatan yang actual maupun potensial pada penderita pre operatis trauma tumpul abdomen adalah sebagai berikut :
2.1        Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.
2.2        Perubahan perfusi jaringan sehubngan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.
2.3        Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.
2.4        Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.
2.5        Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya informasi / informasi inadquat yang itandai dengan pasien bertanya tentang dampak dari musibah yang dialami dan akibat dari pembedahan.
3.       Perencanaan
3.1   Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.
Tujuan :
ü  Keseimbangan cairan tubuh teratasi.
ü  Sirkulasi dinamik (perdarahan) dapat diatasi.
Kriteria Hasil :
ü  Cairan yang keluar seimbang , tidak didapat gejala – gejala dehidrasi.
ü  Perdarahan yang keluar dapat berhenti, tidak didapat anemis, Hb diatas 80 gr %
ü  Tanda vital dalam batas normal.
ü  Perkusi : Tidak didapatkan distensi abdomen.
Rencana Tindakan :
1)      Kaji tentang cairan perdarahan yang keluar adakah gambaran klinik hipovolemic
2)      Jelaskan tentang sebab – akibat dari kekurangan cairan / perdarahan serta tindakan yang akan kita lakukan.
3)      Observasi gejala – gejala vital, suhu, nadi,  tensi, respirasi dan kesadaran pasien setiap 15 menit atau 30 menit.
4)      Batasi pergerakan yang tidak berguna dan menambah perdarahan yang keluar.
5)      Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan :
§  Pemberian cairan infus (RL) sesuai dengan kondisi.
§  Menghentikan perdarahan bila didapat trauma tajam dengan jalan didrug (ditekan) atau diklem / ligasi.
§  Pemasangan magslang dan katheter + uro – bag.
§  Pemberian transfusi bila Hb kurang dari 8 gr %.
§  Pemasangan lingkar abdomen.
§  Pemeriksaan EKG.
6)      Kolaborasi dengan tim radiology dalam pemeriksaan (BOF) dan foto thoraks.
7)      Kolaborasi dengan tim analis dalam pemeriksaan (DL : darah lengkap) (Hb serial) dan urine lengkap.
8)      Monitoring setiap tindakan perawatan / medis yang dilakukan serta catat dilembar observasi.
9)      Monitoring cairan yang masuk dan keluar serta perdarahan yang keluar dan catat dilembar observasi.
10)  Motivasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan perawatan / medis selanjutnya.
3.2  Perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari  3  detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.
Tujuan :
§  Tidak terjadi / mempertahankan perfusi jaringan dalam kondisi normal.
Kriteria hasil :
§  Status haemodinamik dalam kondisi normal dan stabil.
§  Suhu dan warna kulit bagian akral hangat dan kemerahan.
§  Capillary reffil kurang dari 3 detik.
§  Produksi urine lebih dari 30 ml/jam.
Rencana Tindakan
1)      Kaji dan monitoring kondisi pasien termasuk Airway, Breathing dan Circulation serta kontrol adanya perdarahan.
2)      Lakukan pemeriksaan Glasgow Coma scale (GCS) dan pupil.
3)      Observasi tanda – tanda vital setiap 15 menit.
4)      Lakukan pemeriksaan Capillary reffil, warna kulit dan kehangatan bagian akral.
5)      Kolaborasi dalam pemberian cairan infus.
6)      Monitoring input dan out put terutama produksi urine.
3.3  Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.
Tujuan :
-        Rasa nyeri yang dialami klien berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
-        Klien mengatakan nyerinya berkurang atau hilang.
-        Klien nampak tidak menyeringai kesakitan.
-        Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
1)      Kaji tentang kualitas, intensitas dan penyebaran nyeri.
2)      Beri penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri, serta jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan.
3)      Berikan posisi pasien yang nyaman dan hindari pergerakan yang dapat menimbulkan rangsangan nyeri.
4)      Berikan tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalan tarik napas panjang dan dikeluarkan secara perlahan – lahan.
5)      Observasi tanda – tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.


6)      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik bilamana dibutuhkan, (lihat penyebab utama)
3.4  Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.
Tujuan :
-    Kecemasan dapat diatasi.
Kriteria hasil :
-        Klien mengatakan tidak cemas.
-        Ekspresi wajah klien tampak tenang dan tidak gelisah.
-        Klien dapat menggunakan koping mekanisme yang efektif secara fisik – psiko untuk mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
1)      Indetifikasi tingkat kecemasan dan persepsi klien seperti takut dan cemas serta rasa kekhawatirannya.
2)      Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap musibah yang dihadapi dan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan.
3)      Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
4)      Berikan perhatian dan menjawab semua pertanyaan klien untuk membantu mengungkapkan perasaannya.
5)      Observasi tanda – tanda kecemasan baik verbal dan non verbal.
6)      Berikan penjelasan setiap tindakan persiapan pembedahan sesuai dengan prosedur.
7)      Berikan dorongan moral dan sentuhan therapeutic.
8)      Berikan penjelasan dengan menggunakan bahasa yang sederhana tentang pengobatan pembedahan dan tujuan tindakan tersebut kepada klien beserta keluarga.
3.5  Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang sebab dan akibat dari trauma serta dampak dari pembedahan yang ditandai dengan pasien / keluarga sering bertanya dari petugas yang satu ke petugas yang lain, klien / keluarga nampak belum kooperatif.
Tujuan :
-        Klien / keluarga mengerti dan memahami tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
Kriteria hasil :
-        Klien / keluarga memahami prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.
-        Klien kooperatif setiap tindakan yang terkait dengan persiapan pembedahan.
Rencana Tindakan :
1)      Kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga.
2)      Jelaskan secara sederhana tentang pengobatan yang dilakukan dengan jalan pembedahan.
3)      Diskusikan tentang hal – hal yang berhubungan dengan prosedur pembedahan dan proses penyembuhan.
4)      Berikan perhatian dan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
5)      Anjurkan klien untuk berpartisipasi selama dalam perawatan.
6)      Lakukan check list untuk persiapan pre operasi antara lain informed consent, alat/obat dan persiapan darah untuk transfusi.
4.       Pelaksanaan Perawatan
Dalam pelaksanaan sesuai dengan rencana perawatan dengan modifikasi sesuai dengan kondisi pasien dan kondisi ruangan dan asuhan perawatan yang telah dilakukan di tulis pada lembar catata perawatan sesuai dengan tanggal, jam, serta tanda tangan, nama yang melakukan.
5.        Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana perawatan dilakukan serta ssat pasien pindah dari IRD, sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan criteria keberhasilan pada tujuan rencana perawatan. Dengan demikian evaluasi dapat dilakukan sesuai dengan criteria / sasaran secara rinci di tulis pada lembar catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R  (data Subyek, Obyek, Assesment, Implemetasi, Evaluasi dan Revisi.). Dari catatan perkembangan ini seorang perawat dapat mengetahui beberapa hal antara lain :
1. Apakah datanya sudah relevan dengan kondisi saat ini.
2.     Apakah ada data tambahan selama melaksanakan intervensi (perencanaan perawatan).
3. Adakah tujuan perencanaan yang belum tercapai.
4. Tujuan perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai.
5. Apakah perlu adanya perubahan dalam perencanaan perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

1.                                      American Callege Of Surgeons. 1997. Advced Trauma Life Suport (ATLS) for Doctors, Edition 6, Amerika Serikat.

2.                                       Departemen Kesehatan RI. 1990. Pusat Diklat Tenaga Kesehatan, Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Depkes RI.

3.                                      Horison’ s. Gangguan Saluran Pencernaan, Edisi 9 Terjemahan Adji Dharma, EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

4.                                      Dolan T. Joant. 1991. Critical Care Nursing Clinical Management Through The Nursing Proces, New York. Amerika Serikat, FA Davis Company. Philadephia.

5.                                      Doenges E. Marilyn. Et  All. 1987. Nursing Care Plans,  Edition 2, Company Philadephia.

6.                                      Wolf. Weitzel. Fuest. 1984. Dasar – Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta. PT Gunung Agung.
»»  READMORE...

ASKEP VENTRIKEL SEPTUM DEFEK

A.    DEFINISI
Defek Septum Ventrikel adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya.

B.    KLASIFIKASI
1.    Klasifikasi Defek Septum Ventrikel berdasarkan kelainan Hemodinamik
§    Defek kecil dengan tahanan paru normal
§    Defek sedang dengan tahahan vaskuler paru normal
§    Defek besar dengan hipertensi pulmonal hiperkinetik
§    Defek besar dengan penyakit obstruksivaskuler paru
2.    Klasifikasi  Defek Septum Ventrikel berdasarkan letak anatomis
§    Defek didaerah pars membranasea septum, yang disebut defek membran atau lebih baik perimembran (karena hampir selalu mengenai jaringan di sekitarnya). Berdasarkan perluasan (ekstensi) defeknya, defek peri membran ini dibagi lagi menjadi yang dengan perluasan ke outlet, dengan perluasan ke inlet, dan defek peri membran dengan perluasan ke daerah trabekuler.
§    Defek muskuler, yang dapat dibagi lagi menjadi : defek muskuler inlet, defek muskuler outlet dan defek muskuler trabekuler.
§    Defek subarterial, terletak tepat dibawah kedua katup aorta dan arteri pulmonalis, karena itu disebut pula doubly committed subarterial VSD. Defek ini dahulu disebut defek suprakristal, karena letaknya diatas supraventrikularis. Yang terpenting pada defek ini adalah bahwa katup aorta dan katup arteri pulmonalis terletak pada ketinggian yang sama, dengan defek septum ventrikel tepat berada di bawah katup tersebut. (dalam keadaan normal katup pulmonal lebih tinggi daripada katup aorta, sehingga pada defek perimembran lubang terletak tepat di bawah katup aorta namun jauh dari katup pulmonal)

C.    ETIOLOGI
Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multifaktor. Faktor yang berpengaruh adalah :
1.    Faktor eksogen    : ibu mengkonsumsi beberapa jenis obat penenang dan jamu. Penyakit ibu (penderita rubella, ibu menderita IDDM) dan Ibu hamil dengan alkoholik.
2.    Faktor endogen    :  penyakit genetik (Sindrom Down), anak yang lahir sebelumnya menderita PJB, ayah dan ibu menderita PJB dan lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

D.    GAMBARAN KLINIS
1.    VDS Kecil
a.    Biasanya asimtomatik
b.    Defek kecil 5 – 10 mm
c.    Tidak ada gangguan tumbang
d.    Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising pansistolik yang menjalar keseluruh tubuh prekardium dan berakhir pada waktu diastolik karena terjadi penurunan VSD
2.    VSD Sedang
a.    Sesak nafas pada saat aktivitas
b.    Defek 5 – 10 mm
c.    BB sukar naik sehingga tumbang terganggu
d.    Takipnoe
e.    Retraksi
f.    Bentuk dada normal
g.    Bising pansistolik

E.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
§    Auskultasi jantung à mur-mur pansistolik keras dan kasar , umumnya paling jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum
§    Pantau tekanan darah
§    Foto rontgen toraks à hipertrofi ventrikel kiri
§    Elektrocardiografi
§    Echocardiogram à hipertrofi ventrikel kiri
§    MRI

E.    KOMPLIKASI
§    Gagal jantung
§    Endokarditis
§    Insufisiensi aorta
§    Stenosis pulmonal
§    Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif)

F.    PENATALAKSANAAN MEDIS
§    Pembedahan :
ð    menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonary bypass
ð    pembedahan Pulmonal Arteri Bunding (PAB) atau penutupan defek untuk mengurangi aliran ke paru.
§    Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
§    Pemberian vasopresor atau vasodilator :
1.    Dopamin ( intropin )
Memiliki efek inotropik positif pada miocard, menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan  sistolik serta tekanan nadi , sedikit sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan diastolik ;digunakan untuk gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal)
2.    Isopreterenol ( isuprel )
Memiliki efek inotropik positif pada miocard, menyebabkan peningkatan curah jantung : menurunan tekanan diastolik dan tekanan rata-rata sambil meningkatkan tekanan sisitolik.

ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam diagnosa keperawatan, perlu dilakukan pengkajian data dari hasil :
·    Anamnesa
·    Inspeksi
·    Palpasi
·    Perkusi
Dari hasil pengkajian tersebut, data yang diperoleh adalah masalah yang dialami klien
·    Penyebab timbulnya keluhan
·    Informasi tentang kelainan struktur dan fungsi jantung atau pembuluh darah
·    Informasi tentang kekuatan jantung dan aktivitas klien yang tidak memperberat kerja jantung

Anamnesa
Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam melakukan anamnesa adalah :
1.    Riwayat perkawinan
Pengkajian apakah anak ini diinginkan atau tidak, karena apabila anak tersebut tidak diinginkan kemungkinan selama hamil ibu telah menggunakan obat-obat yang bertujuan untuk menggugurkan kandungannya
2.    Riwayat kehamilan
Apakah selama hamil ibu pernah menderita penyakit yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin, seperti hipertensi, diabetus melitus atau penyakit virus seperti rubella khususnya bila terserang pada kehamilan trisemester pertama.
3.    Riwayat keperawatan
Respon fisiologis terhadap defek ( sianosisi, aktivitas terbatas )
4.    Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung: nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan ( mur-mur ), edema tungkai dan hepatomegali )
5.    Kaji adanya tanda-tanda hipoxia kronis : clubbing finger
6.    Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
7.    Apakah diantara keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
8.    Apakah ibu atau ayah perokok (terutama selama hamil)
9.    Apakah ibu atau ayah pernah menderita penyakit kelamin (seperti sipilis)
10.    Sebelum hamil apakah ibu mengikuti KB dan bentuk KB yang pernah digunakan
11.    Obat-obat apa saja yang pernah dimakan ibu selama hamil
12.    Untuk anak sendiri apakah pernah menderita penyakit demam reumatik
13.    Apakah ada kesulitan dalam pemberian makan atau minum khususnya pada bayi
14.    Obat-obat apa saja yang pernah dimakan anak

Diagnosa Keperawatan
1.    Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung.
Tujuan : meningkatkan curah jantung
Kriteria Hasil : anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi :
ð    Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.
ð    Tegakkan derajad sinosis ( sirkumoral, membran mukosa, clubbing)
ð    Monitor tanda-tanda CHF ( gelisah, takikardi, tacipnea, sesak, lelah saat minum susu, periorbotal edema, oliguri dan hepatomegali )
ð    Berkolaborasi dalam pemberian digoxin sesuai order dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toxisitas.
ð    Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload
ð    Berikan diuretik sesuai indikasi


2.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.
Tujuan : meningkatkan resisitensi pembuluh paru
Kriteria Hasil : anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
Intervensi :
ð    Monitor kualitas dan irama pernafasan
ð    Atur posisi anak dengan posisi fowler
ð    Hindari anak dari orang yang terinfeksi
ð    Berikan istirahat yang cukup
ð    Berikan nutrisi yang optimal
ð    Berikan oksigen jika ada indikasi
3.    Tidak toleransi terhadap aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplay oksigen ke sel.
Tujuan : mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Kriteria Hasil : anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat dan anak akan berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh seusianya
Intervensi :
ð    Ijinkan anak untuk sering beristirahat dan hindari gangguan pada saat tidur
ð    Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan
ð    Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak
ð    Berikan periode istirahat setelah melakuakan aktivitas
ð    Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin
ð    Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan kecemasan pada anak.
4.    Perubahan pertumbuhan dan perkembanganberhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Tujuan : mempertahankan pertumbuhan berat badan yang sesuai
Kriteria Hasil : anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan
Intervensi :
ð    Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
ð    Monitor tinggi dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak
5.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
Tujuan : mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
Kriteria Hasil : anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
Intervensi :
ð    Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama
ð    Catat intake dan output secara benar
ð    Berikan makanan dengan porsi kesil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan
ð    Hindari kegiatan perawatan yang tidak perlu
ð    Pertahankan nutrisi dengan mencegah kekurangan kalium, natrium dan memberikan zat gizi
ð    Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
ð    Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi.
6.    Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan.
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi
Kriteria Hasil : anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi :
ð    Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
ð    Berikan istirahat yang adekuat
ð    Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal

7.    Perubahan peran orangtua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap peyakit anak.
Tujuan : memberikan dukungan pada orang tua
Kriteria Hasil : orang tua akan mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak denan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan
Intervensi :
ð    Ajarkan orang tua untuk mengeskpresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilana pengbatan
ð    Eksplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka dan perasaan tidak mampu
ð    Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas
ð    Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
ð    Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga yang lain dalam perawatan anak.

Perencanaan pemulangan
1.    Kontrol sesuai waktu yang ditentukan
2.    Jelaskan aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuia dengan usia dan kondisi penyakit
3.    Mengajarkan keterampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
ð    Tehnik pemberian obat
ð    Tehnik pemberian makanan
ð    Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal ynag mencemaskan
ð    Tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan





SUMBER PUSTAKA

Suriadi, Rita yuliani, (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak, jakarta : CV. Sagung Seto .
Heni Rokhaeni, Elly Purnamasari, (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, jakarta : Pusat Kesehatan jantung dan Pembuluh Darah Nasional “ Harapan Kita “.
Corwin, Elizabeth J, (200). Buku Saku Patofisiologi, alih bahasa Brahm U Pendit jakarta : EGC
Markum A.H, (1991), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI.
Doenges, Marilynn E, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong, (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC.
Nettina, Sandra M, (2001). Pedoman Praktik Keperawatan, alih bahasa Setiawan,Sari Kurnianingsih, Monica Ester, jakarta : EGC.
Carpenito Linda Juall, (1997). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 6, jakarta.
M. Tucker, martin, (1998). Standart Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi.Edisi V. Volume 3. Jakarta. EGC.
»»  READMORE...