Social Icons

Minggu, 30 Desember 2012

ASKEP CIROSIS HEPATIS

BAB I
KONSEP DASAR

Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan, regenerasi sel-sel hati, sehjngga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati (Mansjoer, dkk, 1999: 5O8).Sedangkan menurut Price, dkk (1995: 448) mendefinisikan Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsiktektur hati yang normal oleh lembar- lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. Pendapat senada dikemukakan oleh Noer, dkk (1996: 271) bahwa Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukkan jaringan ikat disertai nodul. Pembentukkan jaringan ikat saja seperti pada payah jantung, obstruksi saluran empedu, juga pembentukkan nodul saja seperti pada sindroma felty dan transformasi nodular parsial bukanlah suatu Sirosis hati.
Penyebab / Faktor Predisposisi
Banyak faktor yang menyebabkan Sirosis hepatis, menurut Lewis, dkk (2000: 1203) dalam bukunya yang berjudul medical surgical nursing dan Price, dkk (1995: 446) dalam buku patofisiologi mengemukakan beberapa faktor pendukung terjadinya penyakit ini, diantaranya:
Alkohol/ Sirosis leannec.
Alkohol merupakan 50 % penyebab dari Sirosis hati. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak secara gradual didalam sel-sel hati. Akumulasi lemak mencerminkan adanya gangguan metabolik termasuk pembentukkan trigliserida secara berlebihan, pemakaiannya berkurang dalam pembentukkan lipoprotein, dan penurunan oksidasi asam lemak. Individu yang mengkonsumsi alkohol secara berlebihan tidak makan secara layak dan gagal mengkonsumsi protein dalam jumlah cukup untuk menghasilkan faktor-faktor lipoprotein yang digunakan untuk transport lemak dan menekan aktivitas dari dehidrogenase alkohol yaitu enzim utama dalam metabolisme alkohol, sedangkan alkohol sendiri dapat menimbulkan efek toksik langsung terhadap hati.
Sirosis postnekrotik
Merupakan akibat akhir dari penyakit hepatitis virus B dan C yang kronis (25 %). Presentase kecil kasus dikarenakan oleh bahan kimia industri, racun, obat-obatan seperti fosfat, kloroform, dan karbon tetraklorida atau jamur beracun.
Sirosis biliaris
Kerusakan sel hati yang dimulai dari sekitar duktus biliaris akan menimbulkan pola Sirosis biliaris. Penyebab Sirosis biliaris yang paling umum adalah obstruksi biliaris posthepatik. Statis empedu menyebabkan penumpukkan empedu didalam massa hati dengan kerusakan sel-sel hati, terbentuk lembar-lembar fibrosa ditepi lobulus, hati membesar, keras, bergranula halus dan berwarna kehijauan. Ikterus selalu menjadi bagian awal dan primer, timbul pruritus, malabsorbsi dan steatorrea.
Cardsiac cirrhsosis
Gagal jantung kanan yang berat, cor pulmonale, perikarditis konstriktif dan insufissiensi trikuspidalis dapat menyebabkan Sirosis hepatik dalam jangka waktu yang panjang. Akhirnya terjadi Sirosis hati.
Penyebab Sirosis hati lain yang dikemukakan oleh Hadi, S (1995: 612) dalam buku gastroenterologi adalah:
Malnutrisi
Kekurangan nutrisi terutama protein hewani dapat menyebabkan Sirosis hepatis. Protein hewani yang memegang peranan penting ialah kholin dan methionin, demikian pula kekurangan vitamin B komplek, tocoferol, cystine dan alfa 1-antitripsin dapat terjadi Sirosis hati.
Penyakit metabolik
Termasuk didalamnya yaitu penyakit wilson dan hemokromatosis. Penyakit wilson ditandai dengan degenerasi basal ganglia otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan (kayser fleisher ring). Penyakit ini diduga disebabkan defisiensi bawaan dari seruloplasmin. Hemokromatosis merupakan kelainan peningkatan absorbsi dari Fe, yang dapat menimbulkan Sirosis hati. 
Penyebab yang tidak diketahui. Sirosis kriptogenik
Penderita ini sebelumnya tidak menunjukkan tanda-tanda hepatitis, alkoholisme. Sedangkan dalam makanannya cukup mengandung protein.
Pathways dan Masalah Keperawatan

Fokus Pengkajian
Data dasar pengkajian menurut Doenges (1999: 544-545) adalah:
Aktivitas/ istirahat.
Gejala    :    Kelemahan, kelelahan.
Tanda    :    Letargi, penurunan massa otot/ tonus.
Sirkulasi
Gejala    :    Riwayat gagal jantung kongestif  kronis, perikarditis, penyakit jantung rematik, kanker.
Tanda    :    Disritmia, bunyi jantung ekstra (S3, S4), distensi vena abdomen.
Eliminasi
Gejala    :    Flatus.
Tanda    :    Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan/ tidak adanya bising usus, faeces warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat.
Makanan/ cairan
Gejala    :    Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/ tidak dapat mencerna, mual, muntah.
Tanda    :    Penurunan berat badan atau peningkatan (cairan), penggunaan jaringan, edema umum, kulit kering, turgor buruk, ikterik, angioma spider, napas berbau/ fetor hsepatikus, perdarahan gusi.

Neurosensoris
Gejala    :    Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan mental.
Tanda    :    Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma, bicara lambat/ tidak jelas, asterik (encephalophati hepatic).
Nyeri dan kenyamanan
Gejala    :    Nyeri tekan abdomen/ nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis perifer.
Tanda    :    Perilaku berhati-hati/ distraksi, fokus pada diri sendiri.
Pernapasan
Gejala    :    Dispnea.
Tanda    :    Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas (asites), hipoksia.
Keamanan
Gejala    :    Pruritus.
Tanda    :    Demam (lebih umum pada Sirosis alkoholik), ekimosis, ikterik, petekie, anggioma spider/ teleangiektasis, eritema palmar.
Seksualitas
Gejala    :    Gangguan menstruasi, impoten.
Tanda    :    Atropi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis).

Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala    :    Riwayat penggunaan alkhohol, riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan pada toksin, trauma hati, perdarahan GI atas, episode perdarahan varices esofageal, penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi hati.
Pemeriksaan diagnostik.
Bilirubun serum    :    Meningkat karena gangguan seluler, ketidakmampuan hati untuk meng-konjugasi, atau obstruksi bilier.
SGOT, SGPT, dan LDH    :    Meningkat karena kerusakan seluler dan mengeluarkan enzim.
Albumin serum    :    Menurun karena penekanan sintesis.
Globulin (IgA dan Ig G)    :    Peningkatan sintesis
Darah lengkap     :    Hb/ Ht dan SDM mungkin menurun karena perdarahan, leukemia mungkin ada sebagai akibat hipersplenisme.
Fibrinogen     :    Menurun.
Blood Ureum Nitrogen    :    Meningkat menunjukkan kerusakan darah/ protein.
Amonia serum    :    Meningkat karena ketidakmampuan untuk berubah amoniak menjadi urea.
Glukosa serum     :    Hipoklikemi diduga mengganggu glikogenesis.
Urobilinogen fekal    :     Menurunkan ekskresi
Urobilinogen urine    :    ada/ tidak ada bertindak sebagai petunjuk untuk membedakan penyakit hati, penyakit hemolitik, dan obstruksi bilier    
HbSAg    :    Dapat positf (tipe B)
Fokus Intervensi
Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (SIADH, penurunan protein plasma, malnutrisi): kelebihan natrium/ masukan cairan (Doenges, 1999 : 548).
Kemungkinan dibuktikan oleh : edema anasarka, peningkatan berat badan, pemasukan melebihi pengeluaran, oliguria, perubahan tekanan darah, reflek hepatojugular positif, gangguan elektrolit.
Tujuan dan kriteria evaluasi:
Menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam batas normal dan tak ada edema.
Intervensi:
Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif timbang berat badan tiap hari.
Awasi tekanan darah, catat JVD (Jugularis Vena Destensi)
Auskultasi paru, catat penurunan, bunyi napas tambahan.
Auskultasi bunyi jantung, catat terjadinya irama gallop
Kaji edema dependen, ukur lingkar abdomen.
Dorong tirah baring bila ada asites
Awasi seri foto dada.
Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.
Berikan obat sesuai indikasi (diuretik, kalium).
Risiko tinggi terhadap pola napas tak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen (asites); penurunan ekspansi paru; akumulasi sekret (Doenges, 1999 : 551)
Tujuan dan kriteria
Mempertahankan pola pernapasan efektif; bebas dispnea dan sianosis dengan nilai gas darah arteri (GDA) dan kapasitas vital dalam rentang normal. 
Intervensi
Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan.
Asuskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi, ronchi.
Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring.
Ubah posisi dengan sering; dorong napas dalam, latihan batuk
Awasi suhu, catat adanya menggigil.
Awasi seri GDA, foto dada.
Beri tambahan O2 sesuai indikasi.       
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan diet tidak adekuat; ketidakmampuan untuk memproses/ mencerna makanan, anoreksia, mudah kenyang (asites; kerusakan metabolisme protein, lemak, glukosa dan kerusakan penyimpanan vitamin (A, D, E, K, C) (Doenges, 1999 : 546 dan Carpenito, 1997 : 446).
Kemungkinan dibuktikan oleh penurunan berat badan, perubahan bunyi dan fungsi usus, tonus otot buruk, ketidakseimbangan dalam pemeriksaan nutrisi.
Tujuan dan kriteria
Menunjukkan peningkatan berat badan progresif mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal, tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.
Intervensi
Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
Timbang berat badan, bandingkan perubahan status cairan, riwayat berat badan, ukuran kulit trisep.
Bantu dan dorong pasien untuk makan, jelaskan alasan tipe diet.
Berikan makan sedikit tapi sering.
Batasi masukan kafein, makanan penghasil gas atau berbumbu dan terlalu panas atau terlalu dingin.
Batasi makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi.
Awasi pemeriksaan laboratorium (albumin, amonia, glukosa).
Konsul dengan ahli diet untuk memberikan diet tinggi kalori, karbohidrat sederhana, rendah lemak, dan tinggi protein sedang, batasi natrium dan cairan bila perlu.
Berikan obat sesuai indikasi (antirematik, tambahan vitamin, enzim pencernaan).
Intolerans aktivitas yang berhubungan dengan gangguan metabolisme nutrien sekunder terhadap disfungsi hepar (Mija Kim, dkk, 1995 : 26) kemungkinan dibuktikan dengan : kelemahan, kelelahan, letargi, penurunan massa otot/ tonus.
Tujuan dan kriteria
Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tadna-tanda vital dalam batas normal selama aktivitas, kelemahan berkurang, tonus/ massa otot meningkat.
Intervasi:
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.
Jelaskan pentingnya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan, berikan kemajuan peningkatan selama masa penyembuhan.
Risiko tinggi terhadap cedera/ hemoragi yang berhubungan dengan profil darah abnormal : gangguan  faktor pembekuan (penurunan produksi protombin, fribinogen, dan faktor VIII, IX dan X : gangguan absorbsi vitamin K; dan pengeluaran tromboplastin); hipertensi portal (Doenges: 1999 – 552).
Tujuan dan kriteria
Mempertahankan homeostatis dengan tanpa pendarahan. Menunjukan perilaku penurunan risiko pendarahan.
Intervensi
Kaji adanya tanda-tanda dan gejala pendarahan gastrointestinal.
Observasi adanya petekie, ekimosis.
Awasi nadi tekanan darah.
Dorong menggunakan sikat gigi, hindari mengejang saat defekasi.
Gunakan jarum kecil untuk infeksi, tekan lebih lam pada bagian bekas suntikan.
Awasi Hb/ Ht dan fakator pembekuan.
Berikan obat sesuai indikasi (pelunak feses, vitamin, tambahan, lavage gaster)
Risiko  tinggi terhadap perubahan proses pikir yang berhubungan dengan perubahan fisiologis : peningkatan kadar amonia serum, ketidakmampuan hati untuk detoksikasi enzim atau obat tertentu (Doenges, 1999: 553).
Tujuan dan kriteria
Mempertahankan tingkat mental atau orientasi, menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk mencegah atau meminimalkan perubahan mental

Intervensi
Observasi perubahan perilaku dan mental (letargi, bingung, peka, rangsang, cenderung tidur, bicara  lambat atau tidak jelas).
Catat terjadinya asterik, fetor hepatikum, aktivitas kejang.
Orientasikan kembali pada waktu, tempat, orang sesuai kebutuhan.
Berikan kenyamanan, lingkungan tenang dan pendekatan lambat.
Pasang pengaman temapt tidur dan beri bantalan bila perlu. Berikan pengawasan ketat.
Kurangi rangsangan provokatif, bertentangan, hindari aktivitas memaksa.
Awasi pemeriksaan laboratorium (amonia, BUN, elektrolit).
Bebaskan atau batasi diet protein, berikan tambahan glukosa.
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi atau status metabolik; akumulasi garam empedu pada kulit; turgor kulit buruk; penonjolan tulang; adanya edema, asites (Doenges, 1999: 550)
Tujuan dan kriteria
Mempertahankan integritas kulit, mengidentifikasi faktor risiko dan menunjukkan perilaku atau teknik untuk mencegah kerusakan kulit.
Intervensi
Lihat permukaan kulit atau titik tekanan secara rutin. Pijat penonjolan tulang atau area yang tertekan.gunakan lotiosn minyak batasi penggunaan sabun untuk mandi.
Ubah posisi pada jadwal teratur, bantu dengan latihan rentang gerak aktif atau pasif.
Tingginkan ekstremitas bawah.
Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan.
Gunting kuku jari hingga pendek.
Berikan perawatan perineal setelah berkemih dan defekasi.
Berikan losion kalamin.
Risiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan hilangnya fungsi sel-sel kupffer dalam menyerang infeksi (Hudak, dkk, 1996: 398).
Tujuan dan kriteria
Klien tidak akan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi, sel darah putih akan tetap dalam batas normal.
Intervensi
Pertahankan teknik aseptik ketika melakukan prosedur.
Pertahankan ssterilisasi jalur invasif dan selang.
Amati lokasi invasif terhadap tanda-tanda infeksi.
Ganti jalur invasif setiap 72 jam.
Pantau suhu tubuh, jumlah SDP dan hasil sinar X dada.
Periksa kultur semua drainase yang mencurigakan.
Berikan antibiotik sesuai pesanan.
Gangguan harga diri atau citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan biofisika atau gangguan penampilan fisik; prognosis yang meragukan; pribadi rentan; perilaku merusak diri (Doenges, 1999: 555).
Kemungkinan dibuktikan oleh : pernyataan perubahan pola hidup, takut penolakan, perasaan negatif tentang diri, perasaan tak berdaya, tidak ada harapan dan tak kuat.
Tujuan dan kriteria
Menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada situasi yang ada, mengidentifikasi perasaan dan metode koping terhadap persepsi diri negatif.
Intervensi
Diskusikan situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah.
Berikan perawatan dengan positif, perilaku bersahabat.
Dorong keluarga atau orang terdekat untuk berpartispasi dalam perawatan.
Bantu pasien atau orang terdekat untuk mengatasi perubahan pada penampilan.
Rujuk pada pelayanan pendukung (konselor, psikiatrik).



»»  READMORE...

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS (BATU EMPEDU)

Pengertian :
Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat  pada sal. empedu (Duktus Koledocus ).
Batu Empedu(kolelitiasis) : adanya batu yang terdapat pada kandung empedu.
Radang empedu (Kolesistitis) : adanya radang pada kandung empedu.
Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu.

Penyebab:
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:
Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.
     Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:
Infeksi kandung empedu
Usia yang bertambah
Obesitas
Wanita
Kurang makan sayur
Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2.  Batu pigmen empedu , ada dua macam;
Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
Batu pigmen coklat  :  bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi
3. Batu saluran empedu
Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.

Pathofisiologi :
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu lainnya.
Faktor predisposisi yang penting adalah :
Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
Statis empedu
Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting  pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu .
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi  progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam  saluran empedu dapat memegang peranan sebagian  pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu.

Perjalanan Batu
Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut atau kronik.

Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus obstruktif.

Gejala Klinis
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.


GEJALA AKUT    GEJALA KRONIS      
TANDA :
Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme
Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas
Kandung empedu membesar  dan nyeri
Ikterus ringan
    TANDA:
Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen
Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas      
GEJALA:
Rasa nyeri (kolik empedu) yang
Menetap
Mual dan muntah                   
Febris (38,5°°C)
    GEJALA:
Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan
Nausea dan muntah
Intoleransi dengan makanan berlemak
Flatulensi
Eruktasi (bersendawa)
   


Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium :
Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi  sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin  K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu  ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik)
Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar.
CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice.
Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader.


Daftar Pustaka :

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.
D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.
Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76.
Pengkajian
Aktivitas dan istirahat:
subyektif : kelemahan
Obyektif  : kelelahan
Sirkulasi :
Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
Eliminasi :
Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces
Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine pekat .
Makan / minum (cairan)
Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.
Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.
Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).
Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
Obyektif :
Kegemukan.
Kehilangan berat badan (kurus).
Nyeri/ Kenyamanan :
Subyektif :
Nyeri abdomen menjalar  ke punggung sampai ke bahu.
Nyeri apigastrium setelah makan.
Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
Obyektif :
Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
Respirasi :
Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.
Keamanan :
Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K ).
Belajar mengajar :
Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah.

Prioritas Perawatan :
Meningkatkan fungsi pernafasan.
Mencegah komplikasi.
Memberi informasi/pengetahuan tentang penyakit, prosedur, prognosa dan pengobatan

Tujuan Asuhan Perawatan :
Ventilasi/oksigenasi yang adekwat.
Mencegah/mengurangi komplikasi.
Mengerti tentang proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan pengobatan

Diagnosa Perawatan:
Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan nyeri, kerusakan otot, kelemahan/ kelelahan, ditandai dengan :
Takipneu
Perubahan pernafasan
Penurunan vital kapasitas.
Pernafasan tambahan
Batuk terus menerus

Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan :
Kehilangan cairan dari nasogastrik.
Muntah.
Pembatasan intake
Gangguan koagulasi, contoh : protrombon menurun, waktu beku lama.

Penurunan integritas kulit/jaringan sehubungan dengan 
Pemasanagan drainase T Tube.
Perubahan metabolisme.
Pengaruh bahan kimia (empedu)
  ditandai dengan :
adanya gangguan kulit.

Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan, sehubugan dengan :
Menanyakan kembali tentang imformasi.
Mis Interpretasi imformasi.
Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi.
            ditandai :  . pernyataan yang salah.
                              . permintaan terhadap informasi.
                              . Tidak mengikuti instruksi.

Daftar Pustaka :

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.
D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.
Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76.

»»  READMORE...

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN NYERI DADA

A.    PENGERTIAN
·         Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain)
·         Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme miokard.
·         Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit (Himawan, 1996)

B.     ETIOLOGI
Nyeri Dada:
a.       Cardial
-          Koroner
-          Non Koroner
b.      Non Cardial
-          Pleural
-          Gastrointestinal
-          Neural
-          Psikogenik (Abdurrahman N, 1999)


C.     TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :
-          Nyeri ulu hati
-          Sakit kepala
-          Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung
-          Diaforesis / keringat dingin
-          Sesak nafas
-          Takikardi
-          Kulit pucat
-          Sulit tidur (insomnia)
-          Mual, Muntah, Anoreksia
-          Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri
-          Kelemahan
-          Wajah tegang, m erintih, menangis
-          Perubahan kesadaran

D.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       EKG 12 lead selama episode nyeri
-          Takhikardi / disritmia
-          Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi / depresi, Q Patologis
b.      Laboratorium
-          Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH
-          Fungsi hati : SGOT, SGPT
-          Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin
-          Profil Lipid : LDL, HDL
c.       Foto Thorax
d.      Echocardiografi
e.       Kateterisasi jantung

download askep selengkapnya klik disini
»»  READMORE...

Askep Cidera otak berat

LAPORAN PENDAHULUAN
CIDERA KEPALA
PENGERTIAN
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.
Cidera otak primer:
Adalah kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari trauma. Pada cidera primer dapat terjadi: memar otak, laserasi.
Cidera otak sekunder:
Adalah kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia, metabolisme, fisiologi yang timbul setelah trauma.
Proses-proses fisiologi yang abnormal:
-          Kejang-kejang
-          Gangguan saluran nafas
-          Tekanan intrakranial meningkat yang dapat disebabkan oleh karena:
·         edema fokal atau difusi
·         hematoma epidural
·         hematoma subdural
·         hematoma intraserebral
·         over hidrasi
-          Sepsis/septik syok
-          Anemia
-          Shock
Proses fisiologis yang abnormal ini lebih memperberat kerusakan cidera otak dan sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.

Download askep selengkapnya klik disini
»»  READMORE...

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER



CANCER

DEFINISI
1.      Cancer is a disease that attacks the basic life process of the cell, altering the cell genome (the total genetic complement of the cell) and leading to wild and spreading growth of the cancereous cells.
The cause of the altered genome is mutation of one or  more genes ; or  mutation of a large segment of a DNA strand containing  many genes or loss of large segments of chromosomes (Guyton, 1981).

2.      Cancer is not a single disease with one cause ; rather it is a group  of distinct desease with different causes, manifestations, treatments and prognosis (Brunner).

EPIDEMIOLOGI

Ø  Ã¥ pasien kanker ­ di Amerika, Eropa, Asia
Ø  Kulit hitam > kulit putih
Ø  Vegetarian < non vegetarian
Ø  Faktor penyebab utama : Lingkungan : sosial

§  Fisik : radiasi, perlukaan/lecet
§  Kimia : makanan, industri, farmasi, rokok
§  Genetik : payudara, uterus
§  Virus : umumnya pada binatang

Karakteristik dari neoplasma
Benigna

Malignant

1.      Grow Slowly
2.      Usually encapsuled
3.      Grow by expandion; do not infiltrate surrounding tissues

4.      Do not spread but remain localized

5.      Do not tend to recur  when removed  surgically

6.      Cell usually closely resemble those of normal tissue from which they arise
7.      Produce minimal tissue destruction

8.      Do not produce typical cahexia

9.      Do not cause death to host except when located in areas where they produce pressure or obstruction to vital organ
1.      Grow rapidly
2.      Rarely encapsuled
3.      Infiltrate surrounding tissues; tumor process extended out in all direction; poorly differentiated from normal tissue
4.      Spread via lymph stream and/or blood and set up secondary tumor in distant sites
5.      Frequently tend to recur after surgical removal as a result of infiltration into surrounding tissue
6.      Cell usually do not resemble those of normal tissue from which they are arise
7.      Produce extensive tissue destruction as result of infiltration and metastatic lession
8.      Produce typical cancer cachexia-anemia, weakness, loss weight and so on
9.      Always cause death unless removed surgically before they metastasize
·         From Bouchard, R., and Owens, N. F.; Nursing care of the cancer patient, 3rd ed., St. Louis,  1976, The C.V. Mosby Co.

Types of tumors
Type of cell or tissue
Benign tumor
Malignant tumor
Epithelium
Skin, outer layers
Skin, pigmented layer (melanoblast)
Glandular epithelium

Papilloma
Nevus

Adenoma

Squamous cell carcinoma
Malignant melanoma

Adenocarcinoma
Muscle
Myoma
Myosarcoma
Connective tissue
Fibroblast
Cartilage
Bone
Fatty tissue

Fibroma
Chondroma
Osteoma
Lipoma

Fibrosarcoma
Chondrosarcoma
Osteosarcoma
Liposarcoma
Endothelial tissue
Blood vessels
Lymph vessels

Hemangioma
Lymphangioma

Hemangiomasarcoma
Lymphangiosarcoma
Nerve tissue
Neuroglia
Medullary epithelium

Astrocytoma

Glioblastoma
Medulloblastoma
Lymphoid and hematopoetic tissue
Lymphosit

Myelocytes


Lymphosarcoma
Lymphatic leukemia
Multiple myeloma
Myeloid leukemia


JENIS/LOKASI KANKER
1.      Payudara
2.      Kolon rektum
3.      Laring
4.      Paru
5.      Leukemia
6.      Pankreas
7.      Prostat
8.      Gaster
9.      Uterus
10.  Serviks
11.  Lain : Hodgkin’s, Thyroid dll

PROMOTIF, PREVENTIF – PENDIDIKAN KESEHATAN
C  Þ     Change in bowel or bladder habits
A   Þ     A sore that does not heal
U   Þ     Unusual bleeding or discharge
T    Þ     Thickening or lump in the breast & etc
I     Þ     Indigestion or dificulty in swallowing
O   Þ     Obvious change in wart or mole
N   Þ     Nagging cough or hoarsenes

PERAN PERAWAT
Promotif s.d rehabilitatif
1.      Memberi dukungan  klien Þ prosedur diagnostik
2.      Mengenali kebutuhan psiko sosial dan spiritual
3.      Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi klien
4.      Memberi bantuan bagi klien yang mendapat pengobatan anti kanker/terhadap keganasan
5.      Membantu klien fase penyembuhan/rehabiltasi
6.      Membantu klien untuk tindak lanjut pengobatan
7.      Berpartisipasi dalam koleksi data penelitian/registrasi kanker



DIAGNOSTIK
1.      Riwayat keperawatan & penyakit, sosial, pemeriksaan fisik
2.      Biopsi Þ patologis
3.      Pemeriksaan darah, darah lengkap, thrombosit, kimia darah: elektrolit & LFT & BUN & chreatinin
4.      Imaging : foto toraks, scan-nuklir, CT-scan, MRI.

MANAJEMEN : PENDEKATAN MULTI DISIPLIN
Tindakan pengobatan : pembedahan, kemotherapi, radiasi, imunotherapi, atau kombinasi
Jenis pembedahan :
1.      Biopsi
2.      Rekontruksi
3.      Paliatif
4.      Adjuvant
5.      Pembedahan primer otak
6.      Reseksi metastasis
7.      Profilaksis : polip
8.      Kuratif

KEMOTHERAPI
Penggunaan obat anti kanker yang bertujuan mematikan sel kanker
Indikasi dan prinsip :
1.      Sebanyak mungkin mematikan sel kanker seminimal mungkin mengganggu sel normal
2.      Dapat digunakan untuk : pengobatan, pengendalian, paliatif
3.      Jangan diberikan jika bahaya/komplikasinya lebih besar dari manfaatnya
4.      Obat kemotherapi umumnya sangat toksik Þ teliti/cermat evaluasi kondisi pasien
5.      Obat dapat diberikan melalui berbagai cara
ß
Tindakan pengamanan ditujukan :
1.      Pengamanan diri dengan mengurangi eksposur inhalasi
2.      Pengaman diri mengurangi eksposur kontak kulit
3.      Pengamanan diri mengurangi eksposur melalui makanan/oral
4.      Pembuangan secara aman alat/bekas yang digunakan, urine, muntah (ekskresi cairan tubuh)

KOMPLIKASI KEMOTHERAPI
§  Efek samping :
-          nausea, vomiting
-          alopecia
-          rasa (pengecap) menurun
-          mucositis
§  toksik
-          hematologik : depresi sumsum tulang, anemia
-          ginjal, hepar

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A.     Sistem Integumen
1.      Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2.      Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3.      Perhatikan pigmentasi kulit
4.      Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah

B.     Sistem Gastrointestinalis
1.      Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi
2.      Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3.      Kaji diare & konstipasi
4.      Kaji anoreksia
5.      Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

C.     Sistem Hematopoetik
1.      Kaji Netropenia
§  Kaji tanda infeksi
§  Auskultasi paru
§  Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
§  Kaji suhu
2.      Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat
3.      Kaji Anemia
§  Warna kulit, capilarry refill
§  Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

D.     Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
1.      Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif – terutama bleomisin
2.      Kaji tanda CHF
3.      Lakukan pemeriksaan EKG

E.      Sistem Neuromuskular
1.      Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2.      Perhatikan adanya parestesia
3.      Evaluasi refleks
4.      Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5.      Kaji gangguan pendengaran
6.      Diskusikan ADL

F.      Sistem genitourinari
1.      Kaji frekwensi BAK
2.      Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3.      Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4.      Monitor BUN, kreatinin

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia
2.      Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia
3.      Lemah berhubungan dengan anemia
4.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek samping
5.      Perubahan selaput mukosa berhubungan dengan stomatitis
6.      Perubahan gambaran diri berhubungan dengan alopecia

INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Mencegah infeksi
2.      Mencegah perdarahan
3.      Mengurangi kelelahan
4.      Meningkatkan nutrisi
5.      Mengurangi stomatitis
6.      Meningkatkan koping pada perubahan gambaran diri

THERAPI RADIASI
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi & getaran ion. Dapat menimbulkan kerusakan molekul sel dan perubahan biokimia : mematikan sel kanker

Jenis therapi radiasi :
§  Teletherapi : cobalt, lineacc
§  Brakhitherapi : dosis tinggi lebih terlokalisasi
§  Intra operative radioterapi, hipertermia

Pertimbangan klinis :
§  Indikasi : digunakan tersendiri atau kombinasi
§  Perencanaan pengobatan

Komplikasi :
Komplikasi tergantung dari lokasi, jenis radiasi, dosis, status kesehatan klien
1.      Efek samping akut 1 – 6 bulan
-          eritema
-          lemah & lunglai
-          nausea, muntah, diare
-          oral : kering, mucositis, xerostomia
-          dispnoe, pnemonia
-          sistitis
2.      Efek samping kronis > dari 6 bulan
-          Kulit : fibrosis, kehitaman permanen atropi
-          Gastro intestinal : fibrosis, obstruksi, ulkus, striktur
-          Oral : xerostomia, pengecapan menurun, caries gigi
-          Paru : fibrosis
-          Ginjal : nefritis, fibrosis
-          Kanker lain 5 – 7% leukemia

Pengkajian
1.      Sistem terkait
2.      Emosi/psikologis klien

Intervensi Keperawatan
1.      Mempertahankan perawatan kulit secara optimal
-          informasikan tentang reaksi kulit
-          jangan menggunakan lotion, minyak kosmetik pada lokasi therapi hanya tepung maizena
-          hindari, penekanan, penggosokan, garuk
2.      Memastikan terlindungi dari efek radiasi


           
»»  READMORE...