Social Icons

Minggu, 30 Desember 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CAD POST OPERASI CABG

DEFENISI
CAD adalah penyakit pada arteri koroner dimana terjadi penyempitan atau sumbatan pada liang arteri koroner oleh karena proses atherosklerosis. Pada proses artherosklerosis terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner yang sudah terjadi sejak usia muda sampai usia lanjut. Proses ini umumnya normal  pada setiap orang. Terjadinya infark dapat disebabkan beberapa faktor resiko, hal ini tergantung dari individu.

SIRKULASI KORONARIA
Dua arteri koronaria yang melayani miocardium muncul dari sinus katup aorta pada pangkal aorta. Sirkulasi koroner ini terdiri dari arteri koronaria kanan dan arteri koronaria kiri. Arteri koronaria kiri mempunyai dua cabang besar, arteria desendens anterior kiri dan arteria sirkumfleksa kiri. Arteria-arteria ini berjalan melingkari  jantung  dalam dua celah anatomi eksterna : suklus atrioventrikularis, yang melingkari jantung di antara atrium dan ventrikel, dan suklus interventrikularis yang memisahkan kedua ventrikel.
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi otot jantung. Sirkulasi koroner meliput seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Untuk dapat mengetahui akibat-akibat dari penyakit jantung koroner, maka kita harus mengenal terlebih dahulu distribusi arteria koronaria ke otot jantung dan sistem penghantar. Morbiditas dan dan mortalitas pada infark miokardia tergantung pada derajat gangguan fungsi yang ditimbulkannya, baik mekanis maupun elektris.

PATHOGENESIS
Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara aliran darah arteri koronaria dengan kebutuhan miokard. Pada CAD menunjukkan ketidakseimbangan antar aliran darah arterial dan kebutuhan miokardium.
Keseimbangan ini dipengaruhi oleh :
Aliran darah koroner
Kepekaan miokardium terhadap iskhemik
Kadar oksigen dalam darah
Aliran darah arterial yang berkurang hampir selalu disebabkan oleh arteriosklerosis.
Arteriosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteria koronaria sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah mokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti perubahaan vaskuler yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar.Dengan demikian keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen genting, mem bahayakan myokardium distal dan daerah lesi. Lesi yang bermakna  secara klinis, yang dapat menyebabkan iskemi dandisfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75 % lumen pembuluh darah. Langkah akhir prose patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi dengan cara berikut :
Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran  plak.
Perdarahan pada plak ateroma
Pembentukan trombus yang diawali agregrasi trombosit
Embolisasi trombus / fragmen plak
Spsme arteria koronaria
Lesi-lesi arteroskleosis biasanya berkembang pada segmen epikardial proksimal dari arteria koronaria yaitu pada temapat lengkungan yang tajam, percabangan atau perlekatan. Pada tahap lebih lanjut lesi-lesi yang tersebar difus menjadi menonjol.

Download askep selengkapnya klik disini
»»  READMORE...

ASKEP CA REKTUM (TUMOR REKTUM)

BAB II
KONSEP DASAR

A.    Pengertian
Tumor adalah gembung bengkak sebagai akibat radang, cidera, neoplasma, oedema (Ramali, 2000).
Tumor adalah massa padat, besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm (Corwin, 2000).
Tumor merupakan pertumbuhan sel-sel baru (neoplasma), dimana pembelahan sel atau mitosis tidak terkendali oleh tubuh dan tidak memiliki fungsi yang berguna bagi tubuh (Handerson, 1997).
Tumor adalah sel tubuh yang mengalami perubahan (transformasi), sehingga sifat dan kinetiknya berubah sehingga tumbuhnya menjadi autonom liar, tidak terkendali dan terlepas dari koordinasi pertumbuhan normal (Sukardja, 2000).
Menurut Ramali (2000) rectum adalah ujung usus besar sebagai lanjutan usus besar sigmoid (colon sigmoideum) sampai ke dubur.
Menurut Ramali (2000) biopsy adalah pengambilan jaringan dari penderita saraf bedah untuk pemeriksaan mikroskopik.
Menurut Ramali (2000) post berarti awalan yang berarti sesudah, kemudian.
Menurut Sjamsuhidajat (1997) menyatakan kolostomi adalah merupakan kolokutaneostomi yang disebut juga anus preternaturalis yang dibuat untuk sementara atau menetap.
Menurut Ramali (2000) colostomy adalah pembuatan mulut colon antefisial melalui pembedahan dengan menjahitkan dinding usus besar kepada dinding depan perut lalu menorehnya.
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Colostomy Post Biopsy Tumor Rectum adalah suatu pembuatan colon antefisial melalui pembedahan dengan menjahitkan dinding usus besar kepada dinding depan perut lalu menorehnya dengan indikasi dilakukannya pengambilan jaringan massa padat besar lebih dari 2 cm di daerah poros usus untuk pemeriksaan mikroskopik.

B.    Etiologi
Menurut Sabiston (1995) mengatakan penyebab tumor sulit diketahui. Faktor yang mendukung adanya genetika usia, jenis kelamin, respon kekebalan, virus.
Menurut Ester (2001) mengatakan faktor-faktor pencetusnya adalah hereditas, masukan lemak, penyakit inflamasi usus dan homoseksualitas.
Menurut Sukardja (2000) faktor yang mempengaruhi kecepatan tumbuh tumor adalah:
1.    Faktor penderita
a.    Umur
Pada anak-anak tumbuh dengan cepat
b.    Jenis Kelamin
Beberapa jenis tumor pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon.
c.    Penyakit
Beberapa penyakit tertentu dapat mempengaruhi kecepatan tumbuh tumor seperti pada diabetes.
2.    Faktor tumor
a.    Jenis tumor
Jenis tumor umumnya disebut berdasarkan nama organ tempat tumor itu pertama kali tumbuh.
b.    Asal sel tumor
Asal sel dapat dari jaringan epitel, jaringan mesenchim, jaringan embrional atau campuran.
c.    Sifat tumor
1)    Tumor jinak    :    Tumbuh pelan-pelan dalam waktu tahunan.
2)    Tumor insitu    :    Umumnya tumbuh dengan pelan sampai mencapai stadium invasif.
3)    Tumor ganas    :     Tumbuh dengan cepat dalam waktu bulanan.
4)    Tumor yang sifatnya tidak tentu atau tidak jelas.
d.    Derajat kegawatan/keganasan
Derajat I    :    -    Derajat keganasan rendah
        -    Kanker tumbuh pelan-pelan
        -    Waktu tahunan dan lambat mengadakan metastase
Derajat II    :    -    Derajat keganasan sedang
        -    Kecepatan tumbuh biasa-biasa saja, antara kecepatan pada derajat keganasan rendah dan tinggi dalam waktu bulanan.
Derajat III    :    -    Derajat keganasan tinggi
        -    Kanker tumbuh cepat dalam waktu mingguan atau bulanan dan cepat mengadakan metastase
3.    Faktor lingkungan
a.    Ruang tempat tumbuh
Dibatasi oleh barier alamiah tumbuh seperti fascia, periosteum, rongga tubuh dan sebagainya yang akan membatasi besar dan kepadatan jaringan.
b.    Pasokan darah
Tumor masih cukup mendapat makanan dari perfusi darah normal yang telah ada bila tumor tumbuh dengan cepat dan telah besar dan memerlukan pembuluh darah terdiri untuk memasok makanan, oksigen dan membuang sampahnya.
c.    Penyakit-penyakit tertentu
Pada penyakit-penyakit tertentu seperti diabetes.
(Sukardja, 2000, hal 79 – 82)

C.    Patofisiologi
Secara klinik tumor dibedakan atas golongan neoplasma misalnya kista, radang atau hipertropi. Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak, neoplasma atau kanker terjadi karena timbul dan berkembangbiaknya jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil merusaknya (destruktif) dapat menyebar ke bagian lain tubuh. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansi) dan umumnya tidak bermetastasis.
Kira-kira 60% sampai dengan 70% tumor terjadi pada rectum, area rektosigmoid atau kolonsigmoid. Tipe pertumbuhan tergantung pada daerah asal, karsinoma di sisi kiri cenderung tumbuh mengitari usus, mengelilinginya dan menimbulkan massa bulk, polipoid dan berjamur. Mayoritas kanker ini adalah adenokarsinoma, tipe lain masuk menembus usus dan menyebabkan abses, peritonitis, invasi organ sekitarnya dan perdarahan. Tumor-tumor ini cenderung tumbuh dengan lambat dan tetap asimtomatik untuk periode waktu yang lama (Ester, 2000, hal 134).
Tumor rectum memerlukan reseksi abdominal-perineal, dengan pembentukan kolostomi permanen atau ujung kolostomi kolon yang terkena dan seluruh rectum dieksisi dan anus ditutup. Teknik pembedahan terbaru memungkinkan tumor sigmoid diangkat dengan meninggalkan sfingter utuh, ini memungkinkan eliminasi usus dipertahankan (Engram, 1998, hal 136).






D.    Pathways Keperawatan






















E.    Manifestasi Klinik dan Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sukardja (2000) keadaan umum dan penampilan penderita umumnya baik. Keluhan penderita dengan tumor non neoplasma dapat berupa:
1.    Tumor
2.    Tekanan atau desakan oleh tumor
3.    Obstruksi saluran tubuh
4.    Perdarahan
5.    Gangguan hormon
Menurut Ester (2000) manifestasi klinik tumor rectum adalah:
1.    Konstipasi
2.    Diare
3.    Melena
4.    Kelemahan fisik
5.    Malaise
6.    Penurunan berat badan
Sedangkan pemeriksaan penunjang pada tumor rectum menurut Sukardja (2000) adalah:
1.    Pemeriksaan makroskopik
2.    Pemeriksaan histologik
3.    Biopsy
4.    Pemeriksaan darah tepi
5.    Pemeriksaan hormon dan enzim
6.    Pemeriksaan sitologi
F.    Fokus Keperawatan
1.    Data dasar pengkajian pasien menurut Doengoes (1999, hal 997 – 999) adalah:
a.    Aktivitas/istirahat
Gejala:
1)    Kelemahan atau keletihan
2)    Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur.
b.    Sirkulasi
Gejala:
1)    Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja
2)    Perubahan pada tekanan darah
c.    Integritas ego
Gejala:
1)    Faktor stress dan cara mengatasi stress
2)    Masalah tentang perubahan dalam penampilan
3)    Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya
Tanda:
Menyangkal, menarik diri, marah
d.    Eliminasi
Gejala:
1)    Perubahan pada pola defekasi
2)    Perubahan eliminasi urinarius
Tanda:
Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
e.    Makanan/cairan
Gejala:
1)    Kebiasaan diit buruk
2)    Anoreksia
3)    Intoleransi aktivitas
4)    Perubahan pada berat badan
Tanda:
Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, oedema
f.    Neurosensori
Gejala:
Pusing, sinkope
g.    Nyeri/kenyamanan
Gejala:
Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi
h.    Pernapasan
Gejala:
Merokok
i.    Keamanan
Gejala:
1)    Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
2)    Pemajanan matahari lama
Tanda:
1)    Demam
2)    Ruam kulit, ulserasi
j.    Seksualitas
Gejala:
1)    Masalah seksual
2)    Pasangan seks multiple
k.    Interaksi sosial
Gejala:
1)    Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
2)    Riwayat perkawinan
l.    Penyuluhan/pembelajaran
1)    Riwayat kanker pada keluarga
2)    Riwayat pengobatan
2.    Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Colostomy Post Biopsy Tumor Rectum, penulis mengambil literatur diagnosa keperawatan Doengoes (2000) maka diagnosa aktual dan potensial yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:
a.    Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan.
b.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit.
c.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
d.    Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosis, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
3.    Perencanaan Keperawatan
a.    Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan    :    Melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, menunjukkan ekspresi wajah rileks.
Rencana tindakan :
1)    Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0 – 10)
Rasional    :    Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya infeksi, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.
2)    Berikan tindakan kenyamanan
Rasional    :    Meningkatkan relaksasi, menurunkan ketegangan otot dan kelelahan umum.
3)    Ubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif
Rasional    :    Gerakan dan latihan menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan otot.
4)    Motivasi ekspresikan perasaan nyeri
Rasional    :    Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping.
b.    Kerusakan integritas kulit berhubungan interupsi mekanis pada kulit
Tujuan    :    Mencapai penyembuhan luka.
Rencana tindakan :
1)    Berikan penguatan balutan awal/penggantian sesuai indikasi
Rasional    :    Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi.
2)    Lepaskan perekat (sesuai arah rambut) dan pembalut pada waktu mengganti
Rasional    :    Mengurangi resiko trauma kulit dan gangguan pada luka.
3)    Gunakan perekat yang halus untuk menutup luka yang membutuhkan pergantian balutan yang sering
Rasional    :    Menurunkan resiko terjadinya trauma kulit dan memberikan perlindungan tambahan untuk kulit atau jaringan halus.
4)    Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka
Rasional    :    Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari proses penyembuhan.
c.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan    :    Menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas, mampu melakukan aktivitas.
Rencana tindakan :
1)    Motivasi partisipasi pasien dalam aktivitas sesuai kemampuan individu
Rasional    :    Meningkatkan kemandirian.
2)    Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh ketidaknyamanan
Rasional    :    Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri tentang keterbatasan fisik, memerlukan intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
3)    Bantu pasien dalam rentang gerak aktif/pasif
Rasional    :    Meningkatkan aliran darah ke otot untuk meningkatkan tonus otot.
d.    Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit yang rusak
Tujuan    :    Mengidentifikasi faktor resiko dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
Rencana tindakan :
1)    Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat
Rasional    :    Pasien yang mengalami pembedahan beresiko untuk syok bedah atau septik sehubungan dengan manipulasi/ instrumentasi.
2)    Lakukan pencucian tangan dan perawatan luka aseptik
Rasional    :    Menurunkan resiko penyebaran infeksi.
3)    Observasi daerah luka operasi
Rasional    :    Adanya luka meningkatkan resiko untuk infeksi yang diindikasikan dengan eritema.
4)    Ganti balutan dengan sering membersihkan dan mengeringkan kulit
Rasional    :    Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan media untuk pertumbuhan bakteri.
5)    Berikan antibiotik
Rasional    :    Mungkin diberikan secara provilaktif atau menurunkan jumlah organisme untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya.
e.    Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosis, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan    :    Mengatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan, melakukan pola hidup dan berpartisipasi pada program pengobatan.
Rencana tindakan :
1)    Kaji proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang
Rasional    :    Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
2)    Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi dan pemasukan cairan yang adekuat
Rasional    :    Memberikan nutrisi optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk meningkatkan regenerasi jaringan/proses penyembuhan.
3)    Tinjau ulang untuk menunjukkan perawatan luka/balutan
Rasional    :    Meningkatkan kompetensi perawatan diri dan meningkatkan kemandirian.

4)    Rekomendasi rencana/latihan progresif
Rasional    :    Meningkatkan pengembalian ke fungsi normal dan meningkatkan perasaan sehat.
»»  READMORE...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KARSINOMA RECTI

I. KONSEP MEDIS 

A.       Pengertian

Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.


B.        Insidens dan Faktor Risiko

Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya menyerang Recti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai berikut:

1.      Kebiasaan diet rendah serat.

2.      Polyposis familial

3.      Ulcerasi colitis

4.      Deversi colitis

 

C.       Patofisiologi

Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker kolorektal.

Tumor-tumor pada Recti dan kolon asendens merupakan lesi yang pada umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik, hematogenik atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat terkena.

Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3 fase. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan lama sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun-tahun juga. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata. Karena keluhan dan gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak sering, penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.

D.       Gambaran Klinis

Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.

Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan obstruksi sehingga terjadi obstipasi.


E.        Diagnosis Banding

1.      Kolitis ulserosa
2.      Penyakit Chron
3.      Kolitis karena amuba atau shigella
4.      Kolitis iskemik pada lansia
5.      Divertikel kolon

F.        Prosedur Diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan:

1.      Anamnesis yang teliti, meliputi:

§  Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun konstipasi (change of bowel habit)

§  Perdarahan per anum

§  Penurunan berat badan
§  Faktor predisposisi:
o   Riwayat kanker dalam keluarga
o   Riwayat polip usus
o   Riwayat kolitis ulserosa
o   Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)
o   Uretero-sigmoidostomi
o   Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)

2.      Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:

§  Status gizi

§  Anemia

§  Benjolan/massa di abdomen
§  Nyeri tekan
§  Pembesaran kelenjar limfe
§  Pembesaran hati/limpa
§  Colok rektum(rectal toucher)

3.      Pemeriksaan laboratorium

4.      Pemeriksaan radiologis

5.      Endoskopi dan biopsi

6.      Ultrasonografi

Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut dalam fokus pengkajian keperawatan.

G.       Pengobatan

Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1.   Pilihan utama adalah pembedahan
2.   Radiasi pasca bedah diberikan jika:
a. sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
b. ada metastasis ke kelenjar limfe regional
c.    masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis jauh.
(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3.   Obat sitostatika diberikan bila:
a. inoperabel
b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
1.   Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut. Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus.
2.   Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
3.   Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.

           

II.          FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A.       Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1.         Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-       Kelemahan, kelelahan/keletihan
-       Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
-       Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2.         Sirkulasi:
Gejala:
-   Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
-       Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3.         Integritas ego:
Gejala:
-       Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
-       Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
-       Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
-       Menyangkal, menarik diri, marah.
4.         Eliminasi:
Gejala:
-       Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
-       Perubahan bising usus, distensi abdomen
-       Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5.         Makanan/cairan:
Gejala:
-       Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
-       Anoreksia, mual, muntah
-       Intoleransi makanan
Tanda:
-       Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6.         Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
-       Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
7.         Keamanan:
Gejala:
-       Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
-       Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8.         Interaksi sosial
Gejala:
-       Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
-       Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9.         Penyuluhan/pembelajaran:
-       Riwayat kanker dalam keluarga
-       Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
-       Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
-       Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

B.        Tes Diagnostik

Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan
Tujuan/Interpretasi Hasil

1.   Pemeriksaan laboratorium:

§  Tinja

 

§  CEA (Carcino-embryonic anti-gen)

 





2.   Pemeriksaan radiologis




3.   Endoskopi dan biopsi





4.   Ultrasonografi




Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja (makroskopis/mikroskopis)
Kurang bermakna untuk diagnosis awal karena hasilnya yang tidak spesifik serta dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi bermanfaat dalam mengevaluasi dampak terapi dan kemungkinan residif atau metastase.

Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda (double contrast) untuk melihat gambaran lesi secara radiologis.

Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat kelainan struktur dari rektum sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis tumor secara patologi-anatomis.

Diperlukan untuk mengtahui adanya metastasis ke hati.





C.       Prioritas Keperawatan

1.   Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2.   Meningkatkan kenyamanan
3.   Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4.   Mencegah komplikasi
5.   Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.

III.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.         Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
§  Peningkatan bunyi usus/peristaltik
§  Peningkatan defekasi cair
§  Perubahan warna feses
§  Nyeri/kram abdomen
2.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
§  Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
§  Peningkatan bunyi usus
§  Konjungtiva dan membran mukosa pucat
§  Mual, muntah, diare
3.         Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)
Ditandai dengan:
§  Eksaserbasi penyakit tahap akut
§  Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
§  Iritabel
§  Fokus perhatian menyempit
4.         Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)
Ditandai dengan:
§  Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
§  Menyatakan diri tidak berharga
§  Depresi dan ketergantungan
5.         Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
§  Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
§  Tidak akurat mengikuti instruksi
§  Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

IV.    INTERVENSI KEPERAWATAN

1.         Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah defekasi).

2.   Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral.

3.   Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetus-kan diare.


4.   Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.

5.   Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.

6.   Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid).




Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda sehingga perlu diantisipasi dengan menyiapkan keperluan klien.


Mencegah timbulnya maslah kekurangan cairan.

Membantu klien menghindari agen pencetus diare.



Menilai perkembangan maslah.


Mengantisipasi tanda-tanda bahaya perforasi dan peritonitis yang memerlukan tindakan kedaruratan.

Antibiotika untuk membunuh/menghambat pertumbuhan agen patogen biologik, antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus dan menurunkan sekresi digestif, kortikosteroid untuk menurunkan proses inflamasi.



2.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.



INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi


2.   Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).

3.   Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)

4.   Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)



5.   Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.



Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.

Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.

Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan.


Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.

Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.






3.         Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma).

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.



2.   Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.


3.   Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini.

4.   Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan ketenangan lingkungan.

5.   Kolaborasi pemberian obat sedatif.


6.   Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.


Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.

Mengidentifikasi faktor pencetus/pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.

Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.

Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.


Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.

Menilai perkembangan masalah klien.



4.         Koping individu tak efektif (koping menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat).

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Bantu klien mengembangkan strategi pemecahan masalah yang sesuai didasarkan pada kekuatan pribadi dan pengalamannya.

2.   Mobilisasi dukungan emosional dari orang lain (keluarga, teman, tokoh agama, penderita kanker lainnya)

3.   Kolaborasi terapi medis/keperawatan psikiatri bila klien mengalami depresi/agresi yang ekstrim.


4.   Kaji fase penolakan-penerimaan klien terhadap penyakitnya (sesuai teori Kubler-Ross)


Penderita kanker tahap dini dapat hidup survive dengan mengikuti  program terapi yang tepat dan dengan pengaturan diet dan aktivitas yang sesuai

Dukungan SO dapat membantu meningkatkan spirit klien untuk mengikuti program terapi.

Terapi psikiatri mungkin diperlukan pada keadaan depresi/agresi yang berat dan lama sehingga dapat memperburuk keadaan kesehatan klien.

Menilai perkembangan masalah klien.




5.         Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan/kesiapan  belajar klien.

2.   Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab/faktor risiko, dan dampak penyakit terhadap perubahan status kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-peran dan pola interaksi sosial klien.

3.   Jelaskan tentang terapi pembedahan, radiasi dan kemoterapi serta efek samping yang dapat terjadi

4.   Tekankan pentingnya mempertahan-kan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat.

Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien.


Meningkatkan pengetahuan klien tentang masalah yang dialaminya.




Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien untuk mengikuti program terapi.


Penderita kanker yang mengikuti program terapi yang tepat dengan status gizi yang adekuat meningkatkan kualitas hidupnya. 


 

 




































DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
»»  READMORE...