Social Icons

Senin, 03 Desember 2012

Tidur Lebih Efektif Redakan Rasa Sakit

dailymail.co.uk

KOMPAS.com – Tidur ternyata memberi manfaat lebih besar dibandingkan sejenis obat painkiller bernama codeine dalam meredakan rasa sakit. Menurut sebuah studi terbaru, memperbanyak waktu tidur dapat meningkatkan tingkat kesadaran pada siang hari dan dapat berarti juga mengurangi rasa sensitivitas pada rasa sakit.

“Hasil penelitian kami menunjukkan pentingnya tidur yang cukup ketika sedang mengalami kondisi nyeri kronis atau ketika dalam persiapan untuk bedah elektif. Penurunan sensitivitas rasa sakit dengan tidur cukup mengejutkan, karena lebih besar dari efek yang ditimbulkan saat mengonsumsi codeine,” tambah ungkap ketua penelitian Timothy Roehrs.

Temuan terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep ini melibatkan 18 orang dewasa dalam keadaan sehat, bebas rasa sakit, dan memiliki kecenderungan sedikit tidur yang secara acak dibagi menjadi dua kondisi. Kelompok pertama selama empat malam harus memperpanjang waktu tidur dengan tidur setidaknya selama 10 jam setiap malam sedangkan kelompok lainnya tetap dengan waktu tidur normal.

Tes dilakukan secara objektif dengan multiple sleep patency test untuk mengukur kesadaran di siang hari, dan radiant heat stimulus untuk mengukur sensitivitas terhadap rasa sakit.

Setelah dilakukan tes, maka para peneliti mengatakan bahwa kelompok dengan tidur lebih banyak sekitar 1,8 jam setiap malam menunjukkan peningkatan kesadaran di siang hari dan lebih tidak sensitif terhadap rasa sakit dibandingkan kelompok yang jam tidurnya lebih sedikit.

Para peneliti mengatakan bahwa relawan yang jam tidurnya diperpanjang mampu menahan jari mereka pada sumber panas radiasi sebesar 25 persen lebih lama, dibandingkan dengan relawan dengan jam tidur normal. Para peneliti mengatakan bahwa peningkatan pengurangan rasa sakit dari memperlama jam tidur ini lebih besar daripada ketika relawan diberikan 60 mg codeine..

Para peneliti mengatakan bahwa studi terbaru ini adalah studi yang pertama untuk menunjukkan bahwa memperpanjang tidur dapat mengurangi sensitivitas rasa sakit. Selain itu peneliti juga mengungkapkan sensitivitas terhadap rasa sakit didasari pada rasa kantuk.

Sumber :
»»  READMORE...

Darah di Malam Pertama Tanda Perawan?

shutterstock


KOMPAS.com - Masih perawan atau tidaknya seorang perempuan sebenarnya tidak bisa dinilai dari adanya darah ketika berhubungan seksual di malam pertama.

Perawan menurut pengertian medis berarti seseorang yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Oleh karena itu sangat sulit, bahkan tidak mungkin, untuk menentukan apakah seseorang sudah pernah melakukan hubungan seks atau tidak hanya dengan melihat robekan hymen atau selaput dara.

"Rupanya pada masa lalu seorang perempuan di malam pertama selalu ada darah. Itu karena pada masa itu belum ada masa perkenalan apalagi pacaran sehingga seorang perempuan merasa tidak siap melakukan hubungan seks dan menyebabkan ada darah," jelas Prof .Wimpie Pangkahila, Sp.And, seksolog dari Universitas Udayana, Bali, ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (4/12/12).

Wimpie menjelaskan, bila rangsangan yang didapatkan oleh seorang perempuan cukup, maka penetrasi saat hubungan seksual akan berjalan nyaman sehingga tidak akan menyebabkan rasa sakit atau noda darah.

"Robekan hymen tidak harus terjadi karena hubungan seksual, bisa juga karena masturbasi menggunakan jari atau terjatuh dan ada benda padat yang mengenai vagina," ungkap ketua umum Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) ini.

Pemeriksaan fisik untuk mengetahui selaput dara menurut Wimpie adalah sesuatu yang sia-sia dan tidak berguna. "Banyak masyarakat kita yang masih percaya mitos dan memerlukan pendidikan seks yang benar," katanya.

»»  READMORE...

Vaksin RNA, Harapan Baru Melawan Flu

shutterstock

Ilustrasi.


KOMPAS.com -  Sebuah vaksin flu baru yang terbuat dari messenger RNA (mRNA) sedang dikembangkan para ahli di Jerman. Kelebihan vaksin yang terbuat dari RNA ini yaitu dapat diproduksi dengan cepat.

Vaksin RNA terbuat dari materi genetik yang mengendalikan produksi protein. Tidak seperti vaksin tradisional, vaksin RNA dapat diproduksi secara besar dengan waktu yang relatif cepat untuk menghentikan penyakit yang menyebar luas.

Menurut para peneliti, vaksin yang beredar di pasaran saat ini bekerja dengan cara menginstruksikan sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dua jenis protein virus yang disebut HA dan NA. Namun, kedua protein ini senantiasa berkembang, sehingga vaksin baru selalu dibutuhkan. Peneliti percaya, kunci utama dari terciptanya vaksin abadi untuk melawan beragam jenis virus flu adalah dengan menyasar sesuatu yang takkan berubah.

Studi terdahulu telah menunjukkan, vaksin flu yang selama ini ada menyasar target untuk jenis protein lain yang tidak cepat berubah seperti NA dan HA. Sedangkan vaksin baru ini lebih canggih dan berkerja berdasakan proses RNA dalam memproduksi protein NA dan HA itu sendiri, terlepas dari strain virusnya.

Seperti yang dimuat dalam jurnal Nature Biotechnology, vaksin baru ini hanya terbuat dari mRNA, yang merupakan molekul single-stranded yang membawa informasi pada sel untuk membuat protein. Saat diinjeksikan dalam tubuh, vaksin RNA akan dideteksi oleh sel imun tubuh yang akan mengubah vaksin menjadi protein.

Peneliti menjelaskan protein dapat dikenali sebagai materi asing di dalam tubuh sehingga dapat menjadi pemicu bagi respon imun agar lebih aktif ketika yang masuk ke dalam tubuh adalah virus.

Vaksin RNA juga dinilai peneliti lebih baik daripada vaksin DNA karena tidak memicu risiko kesalahan genetik pada manusia.

Para peneliti juga menambahkan, kelebihan dari vaksin RNA yaitu tidak perlu disimpan di tempat dingin. Karena vaksin ini dapat berubah bentuk menjadi bentuk bubuk beku, sehingga tidak perlu lagi disimpan di tempat dingin. Jika vaksin ini bisa bekerja pada manusia, maka sebaiknya diberikan sejak masa kanak-kanak untuk menjaga terhindar dari segala virus flu.

Sumber :
»»  READMORE...

Ikan Langka, Tak Bermata dan Tak Bersisik

M Kottelat Draconectes narinosus

QUANG NINH, KOMPAS.com - Ilmuwan dari Flora Fauna International menemukan spesies ikan langka baru di wilayah Ha Long Bay, provinsi Quang Ninh, Vietnam. Ikan itu unik karena tak memiliki mata dan sisik.

Spesies itu dinamai Draconectes narinosus. nama diambil dari paduan bahasa Yunani dan Latin. Kata "Deacon" berarti naga sementara "nectes" berarti perenang. "Narinosus" dalam bahasa Latin berarti tulang hidung besar. Jadi, spesies itu adalah ikan naga yang punya hidung besar.

D. narinosus adalah ikan gua. Karakter tanpa mata dan sisik merupakan salah satu adaptasi untuk hidup di lingkungan gua yang gelap. Ikan ini hanya hidup di air tawar gua, walaupun letak gua berdekatan dengan lautan.

Ikan jenis ini tepatnya ditemukan di Van Gio Island, bagian dari ekosistem karst yang terdapat di Ha Long Bay. Lebar wilayah Van Gio Island hanya 400 meter. Danau air tawar di dalam gua tempat ikan ini ditemukan juga hanya 200 meter dari lautan.

Diberitakan Livescience, Sabtu (1/12/2012), D. narinosus juga merupakan genus baru. Ilmuwan belum mengetahui apakah ada ikan di sekitarnya yang layak dikategorikan dalam genus yang sama. Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Revue suisse de Zoologie.
Sumber :
LiveScience
»»  READMORE...

Adakah "Krakatau" di Venus?

ESA/AOES Ilustrasi gunung api di planet Venus.

PARIS, KOMPAS.com — Para astrofisikawan sebelumnya meyakini bahwa Venus hanya memiliki gunung api yang telah mati selama jutaan tahun. Namun, riset terbaru memunculkan perdebatan bahwa saudara "perempuan" Bumi itu juga memiliki gunung aktif seperti Krakatau ataupun Merapi.

Bukti yang mengarah pada vulkanisme di Venus didapatkan dari pengamatan Venus Express, wahana antariksa yang mengorbit planet kedua terdekat dari Matahari itu sejak 2006. Hasil pengamatan wahana tersebut, yang telah dianalisis oleh ilmuwan, dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience, Senin (3/12/2012).

Venus Express mendapati adanya gas sulfur dioksida (SO2), gas yang dihasilkan oleh gunung api aktif di Bumi, sesaat setelah kedatangannya di Venus 6 tahun lalu. Konsentrasi SO2 kemudian turun setelah beberapa saat, dan kini 10 kali lebih rendah dari tahun 2006.

"Jika Anda melihat adanya kenaikan konsentrasi sulfur dioksida di atmosfer, Anda tahu bahwa sesuatu telah membawanya ke atas, sebab molekul individual SO2 akan terdegradasi oleh sinar Matahari setelah beberapa hari," kata Emanuel Marq dari European Space Agency, seperti dikutip AFP, Senin.

Wahana milik badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sebelumnya, Pioneer Venus, pada tahun 1980-an juga mendeteksi adanya kenaikan konsentrasi SO2 di Venus. Wahana itu menjalankan misinya pada tahun 1978-1992.

Kenaikan kadar SO2 memang menjadi petunjuk adanya vulkanisme. Namun sayangnya, semua belum bisa dipastikan. Kenaikan SO2 juga menjadi gejala lain, yaitu adanya badai yang mengocok gas beracun tersebut di atmosfer Venus.

Fenomena badai itu terjadi karena perbedaan waktu rotasi Venus dengan kecepatan angin. Venus berotasi pada sumbunya sendiri selama 243 hari Bumi. Sementara itu, kecepatan anginnya jauh lebih cepat sehingga hanya butuh 4 hari Bumi untuk berembus mengelilingi Venus.

"Erupsi vulkanik bisa menjadi seperti piston yang meningkatkan kadar sulfur dioksida, tetapi keanehan pada sirkulasi planet yang belum kita ketahui dengan pasti juga bisa mencampur gas menghasilkan fenomena yang sama," ungkap Jean-Loup Bertaux, peneliti pada instrumen SPICAV yang ada pada wahana Venus Express.

Venus semula dianggap saudara Bumi dan bisa mendukung kehidupan. Namun, hasil penelitian pada tahun 1970 menunjukkan bahwa atmosfer Venus tinggi kadar karbon dioksida dan tekanan 90 kali di Bumi. Suhu planet ini mencapai 457 derajat Celsius.
Sumber :
AFP
»»  READMORE...

Fosil Manusia Purba Ditemukan di Takengon

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi

MEDAN, KOMPAS.com — Balai Arkeologi Medan kembali menemukan kerangka manusia purba di sebuah ceruk Mendale, Takengon, Gayo, Aceh Tengah. Kerangka manusia yang diperkirakan hidup pada tahun 300 Masehi itu diduga berasal dari Thailand. 


Temuan ini bernilai karena mematahkan teori Austronesia. Sebelumnya diyakini bahwa nenek moyang penduduk Indonesia barat berasal dari Austronesia. 



Koordinator Peneliti Balai Arkeologi Medan Ketut Wiradnyana, Senin (26/11/2012), menuturkan, fosil kerangka manusia itu ditemukan pada Sabtu (24/11/2012). Di dekat fosil ditemukan perhiasan dari kulit kerang dan pecahan gerabah bercat merah yang gambarnya mirip gerabah dari Banchiang, Thailand. 



Bangsa Austronesia yang diperkirakan pernah bermigrasi ke Gayo atau wilayah Indonesia barat lain, antara lain, dari Filipina dan Taiwan melalui Sulawesi. Dengan temuan fosil manusia purba ini, pada periode 4.400 sebelum Masehi hingga 300 Masehi, diperkirakan ada manusia dari Thailand yang bermigrasi ke Gayo. 



Fosil manusia purba terbaru yang ditemukan Balai Arkeologi Medan di Takengon diperkirakan mempunyai religi yang sama dengan fosil berusia 4.400 tahun sebelum Masehi yang ditemukan di ceruk Mendale. Hal ini tampak pada cara penguburan, yaitu kaki terlipat. Kedalaman penguburan 25 sentimeter dari permukaan tanah (di atas lapisan neolitik). 



Hingga saat ini, Balai Arkeologi Medan telah menemukan sembilan kerangka manusia purba di Takengon. Enam kerangka ditemukan di goa di Ujung Karang, Takengon, dan tiga lain di sebuah ceruk di Mendale. (HAN)

Sumber :
Kompas Ceta
»»  READMORE...

Indonesia Berpeluang Jadi Pusat Fisika Teori Internasiol

Ilustrasi Fisika Teori

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia berpeluang menjadi markas Pusat Fisika Teori International (International Center for Theoretical Physics/ ICTP) di kawasan Asia Timur.

"International Atomic Energy Agency (IAEA) dan ICTP menilai Indonesia layak. Ini sesuatu yang membanggakan," kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Djarot Wisnubroto, di sela lokakarya bertema "Entrepreneurship Physicists and Engineers from Far Eastern Developing Countries" di Jakarta, Senin (3/12/2012).

Menurut Djarot, penilaian kelayakan tersebut dilakukan berdasarkan keberadaan infrastruktur keilmuan, seperti laboratorium serta kemampuan sumber daya manusia.

"Dorongan ini disampaikan melalui Batan karena kami telah memiliki hubungan kerja sama erat dengan IAEA dan cukup sering menggelar kegiatan regional di bidang ketenaganukliran," katanya.

Menurut dia, rencana untuk menjadi markas Pusat Fisika Teori Internasional tersebut sudah mendapat dukungan dari Kementerian Riset dan Teknologi, universitas, dan lembaga-lembaga penelitian.

Djarot mengatakan, posisi Indonesia di bidang ilmu fisika akan makin diperhitungkan bila menjadi markas Pusat Fisika Teori Internasional di tingkat regional.

Menurut Deputi Bidang Penelitian Dasar dan Terapan Batan, Anhar Riza Antariksawan, pembentukan ICTP Regional Asia Timur di Indonesia akan sangat menguntungkan, termasuk di antaranya meningkatkan interaksi ilmuwan dalam negeri dengan ilmuwan internasional.

"Indonesia akan menjadi magnet bagi ilmuwan mancanegara karena banyak kegiatan yang digelar," tambahnya.

ICTP merupakan lembaga keilmuwan nirlaba yang dibentuk tahun1964 di Trieste, Italia, atas prakarsa Dr Abdus Salam, pemenang Nobel bidang Fisika dari Pakistan, serta kemudian mendapat dukungan dari fisikawan dunia dan Pemerintah Italia.

Perkembangan sains dan teknologi yang pesat berdampak pada peningkatan kegiatan ICTP sehingga organisasi itu kemudian membangun ICTP Regional Amerika Selatan di Sao Paulo, Brasil, yang memulai kegiatannya pada 2012.
Sumber :
AN
T
»»  READMORE...