NASA
Jambul di wilayah ekuator Iapetus yang direkam oleh wahana antariksa Cassini.
SAN FRANSISCO, KOMPAS.com
- Salah satu bulan planet Saturnus, Iapetus, memiliki bentuk yang aneh.
Iapetus memiliki jambul, alias formasi gunung, yang menjulang setinggi
19,2 km dari permukaan di wilayah ekuator. Sampai saat ini, sebab
musabab munculnya jambul itu masih jadi teka-teki.
Sebelumnya, ilmuwan berpendapat bahwa jambul itu muncul akibat aktivitas tektonik pada bulan itu sendiri. Alternatif lain adalah adanya benda langit serupa bulan yang mengembara terlalu dekat dengan Iapetus dan justru mengalami disintegrasi dan membentuk formasi gunung.
Dalam pertemuan tahunan American Geophysical Union yang diadakan di San Fransisco, Selasa (5/12/2012), Gabriel Tobie dari University of Nantes di Perancis menjelaskan teori baru tentang pembentukan jambul tersebut. Teori ini sedikit berbeda dengan yang sebelumnya.
Menurut Tobie, segera setelah terbentuk, Iapetus berputar pada porosnya dengan kecepatan sekali selama 6 jam. Namun setelah berusia 10 juta tahun, objek berukuran 800 - 1040 km menumbuk permukaan bulan itu dan 'tertanam' di dalamnya.
Tumbukan itu mengubah rotasi Iapetus. Periode rotasi Iapetus menjadi lebih lambat, menjadi 30 jam per putaran. Perubahan yang tiba-tiba itu menyebabkan kerak bulan itu terdeformasi. bagin kutub jadi lebih mendatar. Sementara bagian ekuatornya seperti dicubit hingga membentuk formasi gunung.
"Adalah mungkin bahwa satu tumbukan bisa mengubah rotasi Iapetus. Kita bisa menghasilkan puncak tersebut jika suatu benda langit memang bergerak sangat cepat sebelumnya," kata Tobie seperti dikutip oleh Wired Science, Selasa lalu.
Meskipun teori itu menarik, banyak ilmuwan menyikapinya dengan skeptis. Perubahan putaran benda langit takkan terjadi sebegitu mudah. Selain itu, simulasi mungkin belum memperhitungkan interior bulan dengan tepat. Pada akhirnya, si jambul tetap teka-teki.
Sebelumnya, ilmuwan berpendapat bahwa jambul itu muncul akibat aktivitas tektonik pada bulan itu sendiri. Alternatif lain adalah adanya benda langit serupa bulan yang mengembara terlalu dekat dengan Iapetus dan justru mengalami disintegrasi dan membentuk formasi gunung.
Dalam pertemuan tahunan American Geophysical Union yang diadakan di San Fransisco, Selasa (5/12/2012), Gabriel Tobie dari University of Nantes di Perancis menjelaskan teori baru tentang pembentukan jambul tersebut. Teori ini sedikit berbeda dengan yang sebelumnya.
Menurut Tobie, segera setelah terbentuk, Iapetus berputar pada porosnya dengan kecepatan sekali selama 6 jam. Namun setelah berusia 10 juta tahun, objek berukuran 800 - 1040 km menumbuk permukaan bulan itu dan 'tertanam' di dalamnya.
Tumbukan itu mengubah rotasi Iapetus. Periode rotasi Iapetus menjadi lebih lambat, menjadi 30 jam per putaran. Perubahan yang tiba-tiba itu menyebabkan kerak bulan itu terdeformasi. bagin kutub jadi lebih mendatar. Sementara bagian ekuatornya seperti dicubit hingga membentuk formasi gunung.
"Adalah mungkin bahwa satu tumbukan bisa mengubah rotasi Iapetus. Kita bisa menghasilkan puncak tersebut jika suatu benda langit memang bergerak sangat cepat sebelumnya," kata Tobie seperti dikutip oleh Wired Science, Selasa lalu.
Meskipun teori itu menarik, banyak ilmuwan menyikapinya dengan skeptis. Perubahan putaran benda langit takkan terjadi sebegitu mudah. Selain itu, simulasi mungkin belum memperhitungkan interior bulan dengan tepat. Pada akhirnya, si jambul tetap teka-teki.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar