Kata "vaksin" mungkin lebih identik dengan suntikan untuk anak-anak
atau pencegah penyakit flu. Padahal, ada beberapa jenis vaksin yang
mampu mencegah kanker.
Bukan hanya itu, beberapa riset kini juga diarahkan untuk memanfaatkan kekuatan sistem imun tubuh dalam mengembangkan vaksin pelawan kanker. "Pada intinya, penggunaan vaksin untuk kanker adalah tujuan akhir dari personalisasi pengobatan," kata Dr.Linda Liu, dari Universitas California, Los Angeles, yang aktif dalam studi tentang vaksin kanker otak.
Dr.Jeffrey Hardacre yang sedang meneliti vaksin kanker pankreas menguatkan pendapat Liu. "Menggunakan sistem imun adalah cara yang paling potensial untuk melawan kanker," katanya.
Vaksin kanker dikembangkan dalam dua tipe, yakni pencegahan dan pengobatan. Vaksin pencegah, disebut juga dengan prophylactic, akan mencegah kanker sebelum terjadinya. Sementara sebagai pengobatan, disebut juga dengan vaksin terapeutik, ditargetkan pada kanker yang sudah diderita supaya tidak kambuh kembali setelah pengobatan.
Saat ini U.S Food and Drug Administration (FDA) sudah menyetujui beberapa vaksin pencegah kanker, yang bisa mencegah beberapa tipe kanker serviks dan kanker liver. Vaksin itu bekerja seperti vaksin standar, yakni melatih sistem imun tubuh untuk mengenali virus yang memicu perkembangan kanker.
Vaksin yang pertama kali disetujui adalah pencegah hepatitis B dan telah diketahui mencegah kanker liver yang disebabkan oleh virus tersebut. Nantinya vaksin tersebut tersedia dalam dua jenis, ada yang perlu diberikan dua kali, namun ada juga produsen yang membuatnya dalam empat dosis.
Selain itu terdapat pula dua jenis vaksin untuk mencegah kanker serviks. Vaksin itu, Gardasil dan Cervarix, mencegah infeksi dua jenis virus human pappillomavirus (HPV) yang menyebabkan 70 persen kanker serviks. Karena HPV juga bisa ditularkan lewat hubungan seksual, vaksin ini lebih efektif jika diberikan pada remaja sebelum mereka aktif secara seksual.
Para pakar yakin kanker-kanker yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit adalah kandidat yang baik untuk vaksin preventif, termasuk kanker limfoma, nasofaring, kaposi sarkoma, leukemia sel-T, kanker lambung, dan kanker kandung kemih.
Sementara itu vaksin pengobatan didesain untuk menggunakan sistem imun tubuh mengejar sel kanker target yang tidak bisa dihancurkan oleh terapi lain. Cara ini sebenarnya tidak mudah karena sel kanker sangat mudah beradaptasi dan bisa berkembang dalam cara yang tak bisa dideteksi oleh sistem imun tubuh.
Vaksin pengobatan juga ditujukan untuk melatih sistem imun mengenali sel kanker sebagai sel asing lalu menyerangnya.
Vaksin pengobatan pertama, Provenge, untuk mengobati kanker prostat yang sudah menyebar. Vaksin ini mendapat persetujuan FDA di tahun 2010. Menurut U.S National Cancer Institute, vaksin ini dibuat khusus untuk tiap kanker secara individual.
Riset mengenai vaksin pengobatan terus dilakukan untuk berbagai jenis kanker, misalnya kanker otak, kandung kemih, payudara, serviks, ginjal, paru, kulit, pankreas dan kanker prostat, limfoma, leukemia, dan myeloma.
Liau dan timnya saat ini melakukan uji klinis tahap dua pada pasien kanker otak jenis glioblastomas. Vaksin ini, seperti halnya vaksin kanker prostat, menggunakan sel kanker di tubuh pasien sendiri untuk mengembangkan vaksin yang unik dan spesifik dengan kanker di tubuhnya.
"Secara umum usia harapan hidup pasien dalam 5 tahun kurang dari 5 persen. Rata-rata pasien kanker gliblastoma hanya bisa bertahan dua tahun. Dengan vaksin ini ada pasien yang sanggup bertahap 8-10 tahun dan ada satu yang sampai 12 tahun. Namun tidak semua orang memiliki respon sama. Yang kami temukan di sini mungkin ada subtipe genetik yang lebih menerima vaksin," kata Liau.
Kita tunggu saja perkembangan riset-riset tersebut, semoga kelak akan tercipta vaksin yang sangup mencegah kanker.
Sumber :
Healthday News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar