Social Icons

Selasa, 09 April 2013

Apakah Manusia Perlu Tuhan untuk Menjadi Bermoral?

 
Alejandro Gonzales/USA Today Ilustrasi. Frans de Wall, ahli primata Emory University mengatakan, manusia tak perlu Tuhan untuk punya moralitas.

Mana yang lebih tepat? Apakah manusia bermoral karena percaya Tuhan atau manusia percaya Tuhan karena manusia bermoral. Hingga kini, jawaban pasti pertanyaan itu masih menjadi perdebatan.

Frans de Waal, ahli primata ternama dunia, biolog di Emory University dan Direktur Living Links Center di Yerkes Primate Center di Atlanta, mencoba memberi uraian untuk menuju pada jawaban akan pertanyaan tersebut lewat bukunya, The Bonobo and the Atheist.

Agamawan dan kaum pemeluk agama yang taat pastinya akan menjawab bahwa manusia bermoral karena percaya Tuhan. Namun, De Waal menjawab sebaliknya. Menurutnya, manusia percaya Tuhan karena manusia bermoral.

Jawaban De Waal didasarkan atas hasil penelitian selama bertahun-tahun pada perilaku primata besar seperti simpanse dan bonobo. Ia menunjukkan bahwa moralitas berkembang sebelum manusia dan kebudayaan manusia berkembang.

Penelitian menunjukkan bahwa primata besar memiliki empati. Mereka memiliki rasa keadilan, mereka bisa memelihara dan peduli satu sama lain serta mampu berbagi dengan individu lain yang kurang beruntung.

Karakter primata yang menyerupai sifat manusia tersebut membuat De Waal berpikir bahwa primata pun punya akar moralitas. Walaupun, memang, primata selain manusia belum bisa dikatakan bermoral; primata punya penyusun utama moralitas.

Dalam bukunya, De Waal menuliskan, "Ada sedikit bukti bahwa hewan menilai kesesuaian suatu aksi yang tak secara langsung berdampak pada dirinya. Dalam perilaku ini, kita pun mengenal nilai yang sama."

"Saya mengambil petunjuk-petunjuk kepedulian pada komunitas ini sebagai tanda bahwa penyusun utama moralitas lebih tua dari kemanusiaan, dan kita tidak perlu Tuhan untuk menjelaskan bagaimana kita bisa sampai pada posisi kita sekarang," tulis De Waal seperti dikutip ABC News, Senin (8/4/2013).

De Waal yang juga seorang ateis menegaskan, moralitas berkembang dari proses perkembangan spesies manusia itu sendiri, bukan diberikan oleh Tuhan. Ia mengungkapkan tanda lain adanya moralitas pada primata. Salah satunya, primata selain manusia juga bisa merasa bersalah.

Kasus tersebut dijumpai pada bonobo bernama Lody di Kebun Binatang Milwaukee County. Bonobo itu menggigit tangan dokter hewan yang memberikannya vitamin. Akibat gigitan, dokter hewan tersebut kehilangan satu jari.

Mendengar teriakan sang dokter saat jarinya digigit, Lody menengok ke atas dan terkejut. Ia lalu melepaskan tangan yang sudah kehilangan satu jari itu. Hari berikutnya, saat dokter hewan kembali menengoknya, Lody lari ke sebuah sudut, menundukkan kepala dan melingkarkan tangan di tubuhnya.

Yang mengejutkan, 15 tahun setelah berpisah dengan dokter hewan itu, Lody tetap mengenalinya dan mengingat kesalahannya. Saat dokter hewan itu berdiri di kerumunan, Lody berlari ke dokter itu seraya melihat tangan kiri sang dokter. Lody terus melihat tangan dan wajah dokter itu.

Apa yang dilakukan Lody menjadi bukti adanya bibit-bobot moralitas pada hewan. Apakah Lody merasa malu? Atau, apakah dia takut akan pembalasan? Yang jelas, apa yang dilakukan Lody adalah bukti bahwa dia merasa bersalah, sekaligus menjadi tanda bahwa ia punya bibit moralitas.

Berkali-kali, para ahli primata juga mendokumentasikan rasa bersalah, sedih, dan iba saat pada individu lain yang sekarat, pada ibu kera yang kehilangan anaknya, serta memelihara anakan yang kehilangan orangtuanya.

"Beberapa orang mengatakan, hewan adalah diri mereka sendiri, sementara manusia mengikuti sesuatu yang ideal, tapi itu terbukti salah. Bukan karena kita tak punya sesuatu yang ideal tetapi karena mereka pun memilikinya," tulis De Waal.

Ada satu kasus menarik. Bonobo pun tahu cara mencegah perang. Koloni bonobo kadang berkumpul saat dua pejantan akan berperang. Yang menarik, saat perang telah siap dimulai, bonobo betina yang ada di sekitarnya justru mulai bercinta dengan sesama ataupun lawan jenisnya.

Dalam sudut pandang manusia, apa yang dilakukan bonobo itu bisa disebut orgy. Lalu, apakah orgy adalah wujud moral? Pastinya, bagi manusia, hal itu tidak bermoral. Namun mungkin, bonobo hanya menyadari bahwa memang lebih baik bercinta daripada berperang.



Sumber :
ABCNews
»»  READMORE...

Kadar Merkuri dalam Ikan Picu Diabetes


Satu lagi alasan untuk mewaspadai makanan laut yang terpapar logam merkuri. Sebuah studi baru menemukan, paparan merkuri yang tinggi dapat meningkatkan risiko menderita diabetes di kemudian hari.

Ini merupakan temuan pertama yang menghubungkan kandungan merkuri dengan diabetes pada manusia. Maka, temuan ini pun memberi peringatan untuk lebih waspadai lagi dalam mengonsumsi makanan laut. Ikan dan kerang merupakan sumber makanan laut yang rentan terkontaminasi merkuri.

Para peneliti mencatat, hampir semua ikan dan kerang laut mengandung merkuri akibat kontaminasi merkuri di laut. Namun, ikan dan kerang juga merupakan sumber protein dan nutrien penting lainnya seperti magnesium dan asam lemak omega-3.

Studi ini meneliti sekitar 3.900 pria dan wanita dengan usia 20 hingga 32 tahun. Mereka tidak menderita diabetes di tahun 1987 dan dikuti hingga tahun 2005. Selama masa studi, mereka juga menjalani pemeriksaan diabetes. Selain itu, mereka juga mendapatkan pengukuran kadar merkuri di kuku jempol kaki.

Hubungan antara kadar merkuri dengan risiko diabetes tipe 2 muncul ketika para peneliti melacak gaya hidup para peserta, termasuk faktor asupan makanan.

Dibanding dengan yang lain, peserta yang memiliki kadar merkuri tinggi justru memiliki gaya hidup yang lebih baik. Mereka memiliki kadar lemak tubuh yang lebih sedikit, ukuran pinggang yang lebih langsung, dan lebih banyak olahraga. Mereka juga diketahui mengonsumsi ikan lebih banyak.

Ka He, pakar epidemiologi di Indiana University School of Public Health, yang memimpin riset ini mengatakan bahwa studi ini menekankan pentingnya  memilih makanan laut dengan kandungan merkuri yang rendah.  Tipe makanan laut dengan kandungan merkuri rendah dapat dijumpai pada udang, salmon, dan catfish, sedangkan ikan cucut dan hiu memiliki kadar merkuri yang tinggi.

Meskipun telah menemukan hubungan antara kadar merkuri yang tinggi dengan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari, studi yang dimuat baru-baru ini dalam jurnal Diabetes Care tersebut belum membuktikan adanya hubungan sebab-akibat.

Sumber :
HealthDay News
»»  READMORE...

Kecenderungan Berjudi Berubah Seiring Usia

 
Judi patologis atau kecanduan berjudi merujuk pada ketidakmampuan menolak keinginan untuk berjudi. Kecanduan berjudi mengarah pada konsekuensi pribadi maupun sosial yang merugikan.

Kajian terbaru para peneliti di Bellvitge University Hospital di Barcelona Spanyol menemukan adanya hubungan antara usia dengan kebiasaan berjudi. Judi patologis cenderung lebih banyak ditemukan pada kaum dewasa usia muda ketimbang dewasa berusia tua.

Kecanduan berjudi memiliki ciri-ciri dan  kriteria antara lain, berjudi lebih lama dari yang sudah direncanakan, berjudi hingga uang habis, berpikir berjudi membuat tidak bisa tidur, menggunakan uang tabungan untuk berjudi, meminjam uang untuk berjudi, melakukan tindakan kriminal guna mendapatkan uang untuk berjudi, merasa depresi karena kekalahan berjudi, dan merasa menyesal setelah berjudi.

Tim peneliti yang diketuai oleh Susana Jimenez-Murcia menganalisa sebanyak 2.300 pasien dengan usia 17 hingga 36 tahun. Para peneliti mempelajari ciri-ciri kepribadian yang akan berubah menjadi faktor risiko saat mereka bertambah usia.

"Satu-satunya faktor kepribadian yang tidak dibedakan dari usia adalah kemampuan untuk mengambil kendali untuk hidup kita, guna konsisten meraih tujuan," ujar Jiminez.

Faktor tersebut, lanjut Jiminez, rendah pada mereka yang kecanduan berjudi, sehingga mungkin bisa menjadi kunci untuk pengobatan dan pencegahan pada kelainan tersebut.

Studi yang dimuat dalam Journal of Gambling Studies ini menunjukkan bahwa pasien antara usia 17 dan 35 bertindak impulsif dan berjudi untuk merangsang euforia.

Di sisi lain, pasien yang berusia antara usia 55 dan 86 cenderung berperilaku lebih bertanggung jawab. Mereka cenderung untuk menghindari perilaku yang berbahaya, lebih merasa cemas dan khawatir.

"Mereka yang berusia lebih tua tidak berjudi untuk mendapatkan penghargaan atau kemenangan seperti yang dilakukan orang yang lebih muda. Namun mereka berjudi untuk mengatur tahapan emosi yang negatif," tutur Jimenez.

Menurut Jimenez, orang yang lebih tua cenderung berjudi untuk menghilangkan rasa kesepian, ketidakpuasan, atau ketidaknyamanan fisik.

Sumber :
»»  READMORE...

Jus Buah Bisa Gantikan Lemak pada Cokelat


Cokelat merupakan salah satu jenis camilan yang paling digemari. Namun tak jarang, para penggemar makanan manis satu ini merasa khawatir akan kandungan kalori dan lemaknya. Terutama bagi mereka yang sedang menjalani program penurunan berat badan.

Sebuah trobosan baru yang dilakukan para peneliti asal University of Warwick. Mereka mengatakan, 50 persen lemak dalam cokelat dapat digantikan oleh jus jeruk dan cranberry. Para peneliti menambahkan, mengganti lemak cokelat dengan jus buah tidak akan mengubah tekstur cokelat yang keras namun juga lumer di mulut. Bahkan, juga tidak mengubah rasanya.

Meski demikian, teknologi ini masih memiliki kelemahan yaitu menghasilkan cokelat yang mengandung sedikit rasa jus buah. Namun para peneliti mengatakan, hal tersebut dapat diminimalisasi dengan mengganti jus buah dengan air dan sejumlah kecil vitamin C.

Pemimpin riset dr. Stefan Bon mengatakan, semua orang suka cokelat, namun sayangnya kandungan lemaknya tinggi. "Kandungan lemak pada cokelat menjadikan tekstur cokelat sangat unik. Lembut dan lumer di mulut, tapi juga keras untuk dipatahkan dengan tangan," ujar Bon.

"Kami menemukan cara untuk menjaga tekstur khas cokelat namun dengan kandungan lemak yang lebih rendah," imbuhnya.

Sayangnya, Bon dan timnya belum tertarik untuk memproduksi cokelat rendah lemak ini besar-besaran dalam waktu dekat.  "Itu tergantung pada industri makan yang mau memanfaatkan temuan kami untuk cokelat yang lebih sehat," ujar Bon.

Sumber :
»»  READMORE...

Dikembangkan, Alat Baru Atasi Problem "Ngorok"

Ada kabar baik bagi mereka yang masih mencari solusi dalam menghentikan kebiasaan mendengkur? Ilmuwan menemukan sebuah metode baru dalam mengatasi masalah ngorok. Para ahli menggunakan suatu alat yang dinamakan "chin stroker". Alat ini merangsang otot-otot di bawah dagu dengan kejutan listrik kecil. Rangsangan ini diyakini efektif dalam membantu meringankan gejala sleep apnea.

Sleep apnea
merupakan henti napas saat tidur yang dicirikan dengan mendengkur. Suara dengkuran disebabkan oleh udara yang mengalir pada saluran napas yang sempit. Penyempitan saluran napas terjadi karena adanya gerakan lidah yang menutup tenggorokan. Selain lidah, jaringan lunak lainnya di tenggorokan juga dapat mengendur sehingga menutup saluran nafas.

Sumbatan pada saluran nafas akan menghentikan napas dan tanpa sadar mengakibatkan orang tersebut terbangun untuk membuka kembali saluran. Itulah yang menyebabkan tidur menjadi tidak pulas dan menurunkan kualitasnya. Kurang tidur telah banyak dikaitkan dengan risiko penyakit jantung, hipertensi, hingga penurunan produktivitas.

Sleep apnea terjadi pada 4 persen populasi orang paruh baya. Faktor risiko dari sleep apnea adalah kegemukan dan konsumsi obat-obatan tertentu seperti obat tidur. Kondisi ini juga banyak terjadi pada wanita menopause. Perubahan hormonal pada wanita menopause akan membuat otot tenggorokan lebih rileks daripada biasanya.

Chin stoker saat ini masih dikembangkan dan diuji coba di Guy's and St Thomas' NHS Foundation Trust di London. Teknik ini dikenal sebagai stimulasi listrik transkutan berkelanjutan ditujukan  untuk dapat merangsang otot-otot yang mengendalikan lidah dan jaringan lain di tenggorokan, sehingga tidak lagi menutupi saluran napas. Lantaran saluran napas tidak tertutup, maka tidak akan ada dengkuran.

Elektroda ditempatkan pada kedua sisi tenggorokan tepat di bawah rahang. Elektroda akan memberikan kejutan listrik kecil yang menyebabkan otot berkontraksi, menarik terbuka jalan napas.

Sebuah studi yang telah dilakukan sebelumnya melibatkan 33 pasien sleep apnea. Penggunaan teknik ini selama 10 menit di malam hari pada otot Genioglossus, yaitu otot yang membentang dari dagu ke lidah, dapat membantu memperluas saluran napas.

Studi lain kecil, dengan enam pasien, di Tohoku University School of Medicine di Jepang menemukan penggunaan alat dapat membantu memperbaiki 50 persen dari gejala.

Saat ini para dokter di Guy's and St Thomas' telah mengembangkan versi baru dari alat tersebut. Alat ini memungkinkan untuk mendeteksi adanya suara dengkuran dan secara otomatis memberikan ledakan arus listrik hingga bernapas kembali normal.

Arus listrik didesain tidak menyakitkan, sehingga tidak sampai membangunkan pasien. Alat ini sedang diuji coba pada sekitar 50 pasien.

Sumber :
»»  READMORE...

"Ukuran" Tetap Penting Buat Wanita

Perdebatan mengenai sejauh mana pengaruh ukuran organ seksual lelaki terhadap minat dan kepuasan pasangan bukanlah hal yang baru. Para ilmuwan melalui hasil kajian teranyar memunculkan sebuah teori yang menegaskan bahwa "ukuran" dapat meningkatkan daya tarik pria di mata pasangan.

Seperti yang dimuat dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, peneliti berkesimpulan bahwa ukuran Mr.P  menjadi salah satu faktor penting dan daya tarik bagi para kaum Hawa dalam memilih pasangan. Hal tersebut sama pentingnya dengan faktor tinggi badan.

Bukannya bermaksud membuat para pria khawatir, namun studi ini justru memberi pencerahan soal proses evolusi pada manusia. Studi ini menunjukkan fakta bahwa manusia memiliki ukuran penis yang relatif besar dibanding ukuran tubuhnya.

Pimpinan studi Brian Mautz dari University of Ottawa, Kanada, mengatakan, ukuran penis memang penting. Tetapi, tinggi dan bentuk tubuh juga tak kalah penting. Semuanya berperan untuk menjadikan penampilan seorang pria menjadi sempurna di mata pasangannya.

Mautz beserta rekannya di Australian National University melakukan studi untuk lebih memahami dan mengerti bagaimana evolusi telah mempengaruhi perkembangan penis manusia. Tidak seperti mamalia lain, ukuran penis manusia terlihat dengan jelas, setidaknya ketika mereka dalam kondisi tanpa busana-  dan proses evolusi telah berpihak kepada pria dengan ukuran organ seksual lebih besar.

Studi ini melibatkan 105 wanita Australia heteroseksual berusia rata-rata 26 tahun. Mereka dimintai pendapat mengenai 53 gambar pria hasil rekayasa komputer dengan tinggi, bentuk badan serta ukuran penis yang bervariasi. Para wanita ini diharuskan membuat peringkat gambar pria tersebut berdasarkan daya tariknya.

Ukuran dan proposi dari gambar pria ni didasarkan atas hasil kajian yang melibatkan 1.000 pria Italia. Ukuran organ seksual pria paling panjang dalam gambar tersebut setara dengan 5,1 inci.

Hasil kajian menemukan, semakin besar "ukuran", semakin tinggi daya tarik gambar pria di mata para wanita. Bahkan pria dengan ukuran paling pendek pun masih dinilai setidaknya menarik di mata responden. Penambahan ukuran 1 sentimeter setara dengan  1-persen meningkatnya daya tarik. Ini lebih kompleks," kata Mautz.

Penelitian sebelumnya menghubungkan faktor tinggi badan dengan perbedaan positif pada kehidupan pria. Mautz mencatat, pria jangkung cenderung memiliki peluang lebih besar mencapai posisi atau jabatan penting dan memiliki pasangan yang lebih banyak.

Riset terbaru ini tidak mempertimbangkan beragam faktor yang dapat mempengaruhi keputusan wanita modern dalam memilih  pasangan, misalnya kepribadian, kesejahteraan atau daya tarik pria. Namun begitu, peneiti berspekulasi, ketertarikan wanita pada ukuran organ seksual  memainkan peran terhadap evolusi tubuh manusia. Pria dengan organ seksual yang besar berpeluang mendapatkan lebih banyak anak dan mewariskan sifat-sifatnya karena mereka lebih banyak menarik minat para wanita.

Sai Gaddam, ahli saraf yang telah menulis tentang psikologi dan biologi dari seksualitas manusia dan tidak terlibat pada studi ini mengatakan, metode studi ini cukup berguna untuk menentukan faktor yang membuat pria menjadi menarik di mata wanita.

"Namun membuat penilaian estetika dengan hanya melibatkan 105 wanita untuk melihat gambar saja belum cukup untuk bisa membuktikan faktor memilih pasangan," imbuhnya.


Sumber :
Healthday News
»»  READMORE...

Senin, 08 April 2013

Obat Baru Kanker Payudara Perpanjang Umur Pasien

Sebuah obat baru untuk kanker payudara dengan nama generik Kadcyla telah disetujui oleh badan pengawas obat dan makanan AS (FDA). Obat tersebut diklaim mampu meningkatkan harapan hidup pasien stadium lanjut hingga enam bulan lebih lama.
Kadcyla menargetkan pada sel-sel tumor, tanpa merusak sel-sel yang sehat. Obat ini dapat membantu meningkatkan usia harapan hidup secara lebih berkualitas. Salah satu pasien, Lisa Canales (50), yang telah berjuang melawan kanker payudara selama 15 tahun merasakan adanya perbaikan sejak mendapatkan obat Kadcyla.

"Cara yang baik untuk menjelaskan mekanisme obat ini ialah dengan perumpamaan; jika kita ingin mematikan satu lampu pada langit-langit, kita harus mematikan semua lampu. Namun dengan obat ini, kita dapat pergi pada satu lampu yang ingin kita matikan tanpa mematikan lainnya," tutur dr. Marc Citron, Direktur pelayanan kanker di ProHealth Care Associates.

Citron mengatakan, obat ini dapat memberikan keuntungan lebih baik daripada pengobatan yang sebelumnya. Hal ini karena obat ini dapat menunda perkembangan sel kanker selama beberapa bulan. Kadcyla memberikan pengobatan lebih baik dengan efek samping yang lebih kecil.

"Pengobatan ini luar biasa, karena dapat memberikan saya kesempatan untuk melakukan hal-hal yang saya perlu kerjakan. Saya tidak punya waktu untuk merasa buruk, karena saya telah menghabiskan 16 tahun waktu saya dengan kanker," ujar Canales.

Obat ini digunakan terutama untuk kanker pada pada stadium penyebaran atau metastasis dengan gen Human Epidermal-growth factor Receptor-2 (HER-2) positif. HER-2 positif adalah suatu protein yang diproduksi oleh gen yang potensial menyebabkan kanker. Penggunaan Kadcyla dikombinasikan dengan obat Herceptin (trastuzumab) dan juga kemoterapi taxane.

Dokter berharap penggunaan Kadcyla dapat semakin luas untuk melawan kanker payudara di masa mendatang.

"Obat ini sedang diperiksa untuk digunakan pada stadium kanker payudara yang lebih awal, baik pada pasien sebelum operasi, dan pasien sesudah operasi. Secara umum, bila suatu obat efektif untuk kanker stadium akhir, maka akan lebih efektif untuk stadium sebelumnya," papar Citron.



Sumber :
»»  READMORE...