Rabu, 03 April 2013
Saat Kawin, Kelelawar Juga Melakukan Seks Oral
Maruthupandian J, Marimuthu G / PLOS ONE
Kalong jantan sedang melakukan oral seks pada betinanya pasca
kopulasi yang terekam dalam video yang diunggah oleh peneliti dalam
laporan penelitiannya.
MADURAI, Hasil penelitian terbaru yang dilakukan peneliti dari Madurai Kamaraj
University di India menemukan fakta bahwa kelelawar jantan melakukan
seks oral kepada betinanya untuk membuat waktu perkawinan mereka
berlangsung lebih lama.
Menurut peneliti, perilaku yang disebut cunnilingus
ini dilakukan kelelawar jantan ketika kelelawar betina berhenti
bergerak dan bertujuan untuk merangsang dan melumasi organ reproduksi
pasangannya.
Perilaku ini diketahui peneliti setelah melakukan pengamatan terhadap sebuah koloni beranggotakan 420 ekor kelelawar India (Pteropus giganteus) selama lebih dari 13 bulan menggunakan binokuler dan kamera video.
Perilaku ini diketahui peneliti setelah melakukan pengamatan terhadap sebuah koloni beranggotakan 420 ekor kelelawar India (Pteropus giganteus) selama lebih dari 13 bulan menggunakan binokuler dan kamera video.
Kelelawar
pemakan buah ini merupakan salah satu jenis kelelawar terbesar di
dunia. Selama pengamatan, peneliti menyaksikan 57 kali aktivitas seks,
kopulasi dan oral, yang kebanyakan dilakukan di pagi hari.
"Terlepas dari yang manusia lakukan, ternyata kelelawar juga melakukan oral seks sebagai bagian perilaku sanggama mereka," ujar Ganapathy Marimuthu, peneliti tentang kelelawar di Madurai Kamaraj University di India, seperti dikutip Livescience, Senin (1/4/2013).
"Terlepas dari yang manusia lakukan, ternyata kelelawar juga melakukan oral seks sebagai bagian perilaku sanggama mereka," ujar Ganapathy Marimuthu, peneliti tentang kelelawar di Madurai Kamaraj University di India, seperti dikutip Livescience, Senin (1/4/2013).
Dalam
proses reproduksi, pada awalnya, kelelawar jantan akan merangsang
penisnya hingga mengalami ereksi. Kemudian, dia akan mengejar kelelawar
betina. Sekali menyentuh, betina biasanya melarikan diri. Kelelawar
jantan kemudian mengikuti. Jika berhasil memikat betina, maka pejantan
akan memulai seks oral.
Peneliti juga menemukan fakta bahwa durasi cunnilingus
sebelum kawin akan memengaruhi durasi kopulasi. Semakin lama seks oral
dilakukan, durasi kelelawar jantan untuk melakukan kopulasi semakin
panjang. Hal ini menguntungkan baginya. Artinya, sperma memiliki waktu
lebih lama untuk bergerak.
"Waktu kopulasi yang lebih lama membantu mobilitas sperma. Mobilitas sperma ini akan meningkatkan peluang terjadinya pembuahan," kata Marimuthu.
Aktivitas cunnilingus ini berlangsung kira-kira 50 detik, kemudian dilanjutkan dengan kopulasi selama 10 sampai 20 detik. Setelah kopulasi, kelelawar jantan kembali melakukan cunnilingus untuk 94 sampai 188 detik.
Marimuthu juga mencatat, perilaku seks oral yang dilakukan kelelawar jantan mungkin bertujuan untuk membersihkan vagina pasangannya dari sperma individu lain yang jadi pesaingnya. Perilaku ini seolah memberi kepastian bahwa sperma yang membuahi sel telur bukan milik pesaingnya.
"Waktu kopulasi yang lebih lama membantu mobilitas sperma. Mobilitas sperma ini akan meningkatkan peluang terjadinya pembuahan," kata Marimuthu.
Aktivitas cunnilingus ini berlangsung kira-kira 50 detik, kemudian dilanjutkan dengan kopulasi selama 10 sampai 20 detik. Setelah kopulasi, kelelawar jantan kembali melakukan cunnilingus untuk 94 sampai 188 detik.
Marimuthu juga mencatat, perilaku seks oral yang dilakukan kelelawar jantan mungkin bertujuan untuk membersihkan vagina pasangannya dari sperma individu lain yang jadi pesaingnya. Perilaku ini seolah memberi kepastian bahwa sperma yang membuahi sel telur bukan milik pesaingnya.
"Dalam konteks ini, aktivitas seks oral yang dilakukan kelelawar jantan pasca-hubungan badan adalah perilaku maladaptive.
Hal ini karena, ketika mereka melakukan hal tersebut, ada risiko si
jantan menghilangkan sperma mereka sendiri," tulis peneliti dalam
artikelnya yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE, Kamis (28/3/2013) lalu.
Perilaku
seks oral ini tak hanya dilakukan kelelawar jantan. Pada jenis lain,
dijumpai juga bahwa betina pun melakukan seks oral untuk merangsang
pejantan.
Cek HIV Mandiri Cegah Stigma
Deteksi dini infeksi HIV diyakini menjadi salah satu cara untuk
mencegah penularan dan meningkatkan harapan hidup orang dengan HIV/AIDS.
Karena itu pemeriksaan HIV menjadi penting. Namun karena adanya stigma
pada ODHA di masyarakat, banyak orang yang enggan memeriksakan dirinya.
Dengan pemeriksaan HIV secara mandiri di rumah, kekhawatiran tersebut
bisa dicegah.
Para peneliti menjelaskan bahwa pemeriksaan mandiri
yang dikombinasi dengan konseling dapat meningkatkan angka partisipasi
deteksi dini dan pengobatan. Pada akhirnya hal tersebut akan menurunkan
penularan HIV, virus yang menyebabkan AIDS.
Studi menunjukkan, pemeriksaan mandiri untuk HIV dapat dilakukan di rumah dengan cara mengambil sampel dari gusi. Pemeriksaan ini bersifat non-invasif, nyaman, pribadi, dan dapat menunjukkan hasil dalam 20 menit. Namun hasil tes juga perlu dikonfirmasi dari klinik kesehatan.
Studi yang dimuat dalam jurnal PLoS Medicine ini menganalisa 21 studi sebelumnya. Studi-studi tersebut menyimpulkan bahwa pemeriksaan mandiri dapat menghilangkan ketakutan dan stigma dari masyarakat.
"Sudah tiga puluh tahun epidemi HIV, namun belum ditemukan vaksinnya," ujar penulis utama studi dr. Nitika Pant Pai, peneliti klinis di Research Institute of McGill University Health Center di Montreal.
"Pengobatan sebagai strategi pencegahan sudah berhasil dilakukan, namun skrining HIV masih menjadi masalah, khususnya masalah sosial, yaitu adanya stigma dan diskriminasi," tuturnya.
Menurut badan PBB untuk Masalah HIV/AIDS (UNAIDS), secara global 50 persen orang dengan HIV belum tahu bahwa mereka terinfeksi. Padahal ada sekitar 2,5 juta orang yang terinfeksi setiap tahunnya.
Pant Pai dan timnya menekankan pada pembuat kebijakan di seluruh dunia untuk mempertimbangkan penyediaan pemerikaan mandiri untuk HIV.
"Dunia telah membuat kemajuan yang besar dalam alat medis, obat, dan strategi pencegahan dan penanggulangan HIV, namun belum pada stigma dan diskriminasi," ujar para peneliti.
Studi menunjukkan, pemeriksaan mandiri untuk HIV dapat dilakukan di rumah dengan cara mengambil sampel dari gusi. Pemeriksaan ini bersifat non-invasif, nyaman, pribadi, dan dapat menunjukkan hasil dalam 20 menit. Namun hasil tes juga perlu dikonfirmasi dari klinik kesehatan.
Studi yang dimuat dalam jurnal PLoS Medicine ini menganalisa 21 studi sebelumnya. Studi-studi tersebut menyimpulkan bahwa pemeriksaan mandiri dapat menghilangkan ketakutan dan stigma dari masyarakat.
"Sudah tiga puluh tahun epidemi HIV, namun belum ditemukan vaksinnya," ujar penulis utama studi dr. Nitika Pant Pai, peneliti klinis di Research Institute of McGill University Health Center di Montreal.
"Pengobatan sebagai strategi pencegahan sudah berhasil dilakukan, namun skrining HIV masih menjadi masalah, khususnya masalah sosial, yaitu adanya stigma dan diskriminasi," tuturnya.
Menurut badan PBB untuk Masalah HIV/AIDS (UNAIDS), secara global 50 persen orang dengan HIV belum tahu bahwa mereka terinfeksi. Padahal ada sekitar 2,5 juta orang yang terinfeksi setiap tahunnya.
Pant Pai dan timnya menekankan pada pembuat kebijakan di seluruh dunia untuk mempertimbangkan penyediaan pemerikaan mandiri untuk HIV.
"Dunia telah membuat kemajuan yang besar dalam alat medis, obat, dan strategi pencegahan dan penanggulangan HIV, namun belum pada stigma dan diskriminasi," ujar para peneliti.
Sumber :
Healthday News
Rutin Makan Ikan Bikin Panjang Umur?
Kabar baik bagi Anda penyuka ikan. Sebuah studi teranyar mengatakan, rutin makan ikan yang kaya akan asam lemak omega-3 mungkin dapat memperpanjang umur Anda.
Studi yang dilakukan peneliti dari Amerika Serikat ini menganalisis lebih dari 2.600 orang berusia lanjut. Mereka yang memiliki kadar asam lemak omega-3 yang paling tinggi dalam darahnya rata-rata hidup 2 tahun lebih lama daripada mereka yang kadarnya lebih rendah.
"Studi ini bukan studi suplemen minyak ikan, melainkan studi tentang kadar omega-3 dalam darah yang berkaitan dengan pola makan," ujar peneliti dr Dariush Mozaffarian, profesor epidemologi di Havard School of Public Health di Boston.
Studi yang dipublikasi dalam jurnal Annals of Internal Medicine ini memang belum menunjukkan bukti rutin makan ikan dapat memperpanjang umur, tetapi studi ini menunjukkan ada hubungan antara keduanya.
"Kadar omega-3 dalam darah berhubungan dengan risiko rendah kematian, terutama yang diakibatkan oleh problem kardiovaskular," ujar Mozaffarian.
Asam lemak omega-3 banyak ditemukan dalam ikan salmon, makerel, hering, tenggiri, tuna, dan sarden. Ikan yang kaya protein dan asam lemak sudah banyak diteliti sebelumnya dapat menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung. Namun, untuk kematian akibat penyakit lain, masih belum jelas.
Maka dari itu, Mozaffarian dan timnya pun mengukur kadar asam lemak di dalam darah, bukan asupan ikan dari pola makan seperti yang sudah dilakukan sebelumnya.
Pada awal studi, para peneliti menganalisis sampel darah, aktivitas fisik, dan gaya hidup peserta yang berusia rata-rata 74 tahun. Saat itu, tidak ada peserta yang mengonsumsi suplemen omega-3.
Setelah diikuti selama 16 tahun, sebanyak 1.625 meninggal, yang 570 di antaranya diakibatkan penyakit kardiovaskular. Studi menemukan, semakin tinggi kadar omega-3 dalam darah, semakin rendah risiko kematian.
Alice Lichtentein, direktur dan peneliti senior di Cardiovascular Nutrition Laboratory di Tufts University, Boston, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan, studi ini tidak dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat.
Studi ini, kata dia, tidak dapat menentukan apakah omega-3 secara langsung bertanggung jawab dalam mengurangi risiko kematian atau sebagai indikator dari gaya hidup yang lebih sehat. Namun, orang yang rutin makan ikan biasanya juga penggemar sayur dan buah.
American Heart Association merekomendasikan untuk mengonsumsi lemak dari ikan seperti salmon sekitar 100 gram dua kali seminggu. Meski begitu, menurut Lichtentein, menggantikan ikan dengan suplemen minyak ikan belum tentu memberikan efek yang serupa.
Sumber :
Healthday News
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Sangat Rendah
Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan sosial, pola pendidikan
orangtua kepada remaja tidak berubah. Informasi tentang kesehatan
reproduksi dan seksualitas masih tabu untuk dibicarakan. Akibatnya,
remaja justru mendapat informasi salah yang menjerumuskan mereka.
Pekerja kemanusiaan bidang penanggulangan HIV/AIDS, seksualitas, dan narkoba, Baby Jim Aditya, di Jakarta, Selasa (2/4), mengatakan, saat dorongan seksual muncul, remaja tidak punya kemampuan menghadapi. Risiko dan bahaya yang menyertainya pun tidak dimengerti.
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007 menyebut, pengetahuan remaja tentang akil balig saja masih terbatas. Mereka umumnya hanya tahu fase itu ditandai dengan perubahan bentuk tubuh.
Hanya 24,4 persen laki-laki umur 15-24 tahun yang tahu mimpi basah sebagai tanda balig. Sementara itu, remaja perempuan rentang umur sama yang tahu menstruasi sebagai tanda balig mencapai 76,2 persen.
Namun, hanya 6,4 persen remaja laki-laki dan 4,9 persen remaja perempuan yang tahu akil balig juga akan disertai meningkatnya dorongan seksual.
Menurut Baby, remaja bukannya tak ingin memahami persoalan kesehatan reproduksi dan seksualitas. Namun, ketika mereka bertanya kepada orangtua atau guru, mereka menuduh remaja telah melakukan hal-hal yang ingin diketahui. Banyak pula orang dewasa yang langsung mengelak dengan alasan tak ada gunanya remaja tahu hal itu.
Akibatnya, remaja bertanya kepada kawan. Padahal, mereka umumnya mengalami hal sama. Akibatnya, remaja justru mendapat informasi salah.
”Orang dewasa harus memahami kebutuhan remaja, bukan memaksakan pandangannya pada remaja,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sudibyo Alimoeso mengatakan, banyak orangtua menganggap pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas justru mendorong anak melakukan seks bebas.
”Padahal, penelitian menunjukkan, makin tinggi pengetahuan anak tentang kesehatan reproduksi, makin tinggi pula kemampuannya menghindari risiko,” ujarnya. Sebaliknya, remaja yang tak tahu justru makin terjerumus dalam dorongan seksualnya.
Menurut Sudibyo, saat ini pusat informasi kesehatan remaja (PIKR) sudah ada di 16.000 sekolah lanjutan tingkat atas dan 400 perguruan tinggi se-Indonesia. Namun, keberadaannya kurang dimanfaatkan siswa. Selain itu, kaderisasi kader PIKR masih lemah sehingga keberlangsungan PIKR terganggu. (MZW)
Sumber :
Kompas Cetak
Selasa, 02 April 2013
Tidur Siang Baiknya Tak Terlalu Lama
Dengan aktivitas sederhana seperti tidur siang, produktivitas kerja dan konsentrasi bakal meningkat. Namun, tidur siang juga ada batasnya. Durasi tidur siang yang terlalu lama justru memiliki efek merugikan.
Tidur
yang terlalu lama bisa menimbulkan inersia, terutama bagi yang tidur
lebih dari 10-20 menit. Inersia adalah perasaan pening dan disorientasi
setelah orang bangun dari tidur nyenyak. Keadaan ini bisa berlangsung
beberapa menit sampai setengah jam. Keadaan ini juga bisa terjadi pada
orang dengan jam tidur siang kurang dari 10 menit. Hal ini tentunya
buruk bagi mereka yang harus segera siap bekerja setelah tidur siang.
Tidur
siang yang terlalu lama juga akan berdampak negatif pada jam tidur
malam. Jam tidur siang yang panjang akan menurunkan kualitas tidur malam
seseorang. Karena itu para penderita insomnia disarankan untuk tidak terlalu lama tidur siang.
Tidur
siang sebaiknya hanya dilakukan selama 10-20 menit. Tidur siang selama
10 menit terbukti bisa mengurangi rasa kantuk dan meningkatkan kinerja
yang beraspek kognitif. “Tidur siang dan malam memiliki siklus yang
beda,” kata ahli tidur dr. Andreas Prasadja,
RPSGT dari RS Mitra Kemayoran, Jakarta. Tidur malam baru mencapai lelap
setelah 120 menit. Sedangkan untuk tidur siang hanya butuh 10-20 menit.
Untuk
memaksimalkan jam tidur siang, pastikan suasana sekitar terasa nyaman.
Bagi beberapa orang tidur di tempat asing dan tidak biasa bukanlah
perkara mudah. Bila ini terjadi buatlah diri Anda
senyaman mungkin. Keadaan lingkungan berdampak besar bagi kualitas tidur
seseorang. Apabila memungkinkan sebaiknya suara dan pencahayaan bisa
diminimalisir. Sebelum tidur sebaiknya pastikan juga kenyamanan lokasi
dan tempat tidur.
Sumber :
Senin, 01 April 2013
Jangan Ragu Tidur Siang!
Tidur siang selama ini lebih dianggap penting untuk anak dan balita.
Padahal, manfaat tidur siang sangat penting bagi manusia segala umur.
Tidur siang bisa mengembalikan kewaspadaan, meningkatkan penampilan,
mengurangi kesalahan dan kecelakaan.
Hal ini dibuktikan oleh para peneliti NASA yang menyarankan pilot pesawat militer dan astronotnya tidur siang selama 40 menit. Hasilnya performa awak meningkat jadi 34 persen, sementara kewaspadaan menjadi 100 persen.
Tidur siang bisa langsung meningkatkan kewaspadaan selepas jam tidur, atau beberapa saat kemudian di hari lain. Tidur siang juga memiliki efek positif pada psikologi, yaitu memberi rasa relaks untuk menyegarkan pikiran. Tidur siang yang terjadwal disarankan bagi penderita narcolepsy yang kesulitan mengatur jam tidur dan bangun.
“Namun ingat walau bisa menyimpan energi, tidur siang tidak bisa membayar utang tidur malam,” kata ahli tidur Dr. Andreas Prasadja, RPSGT dari RS. Mitra Kemayoran.
Tidak perlu takut dikatakan pemalas hanya karena tidur siang. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Sleep telah mengkaji manfaat dan lamanya tidur siang yang efektif. Tidur siang selama 10 menit terbukti bisa mengurangi rasa kantuk dan meningkatkan kinerja yang beraspek kognitif. Sedangkan tidur siang yang terlalu lama misalnya lebih dari 30 menit akan menimbulkan inersia, yaitu rasa pusing yang timbul usai tidur.
Para ahli menyarankan seseorang segera tidur siang apabila mengantuk saat menyetir. Tidur selama 20 menit dan minum kafein bisa mengembalikan kewaspadaan. Hal yang sama juga disarankan pada para pekerja shift malam, yang rentan kelelahan dan gangguan kinerja.
Sesuai penelitian yang dilakukan Sleep Medicine and Research Center bersama St. John's Mercy Medical Center dan St. Luke's Hospital di daerah St. Louis USA pada 2006, tidur siang dan konsumsi kafein berdampak besar pada kinerja pekerja dengan giliran kerja malam hari. Zat kafein dan tidur siang merupakan strategi jitu untuk meningkatkan kewaspadaan dan kinerja pada para pekerja shift malam.
Salah satu peneliti, James K. Walsh, PhD mengatakan, memang tidak mudah untuk tetap produktif dalam bekerja saat terjaga di malam hari. Meski begitu, dengan meluangkan waktu tidur siang yang cukup serta kafein, hal itu sangat banyak membantu.
Sumber :
Langganan:
Postingan (Atom)