Social Icons

Rabu, 19 Desember 2012

Obat Nyamuk Aman dari Ekstrak Zodia

SMA Negeri 2 Kudus/Novan Obat Nyamuk Ekstrak Zodia

KOMPAS.com - Obat nyamuk dengan bahan kimia bisa mengganggu kesehatan jika digunakan dalam jangka waktu lama. Sebagai upaya mencari alternatif, dua siswa SMA Negeri 2 Kudus, Dian Hayuningtyas Prihananti dan Cahyaningtyas Suci Ba’dzazani, membuat obat nyamuk dari tanaman zodia (Evodia suaveolens).

Tumbuhan dari suku jeruk-jerukan (Rutaceae) itu merupakan tanaman endemik Indonesia asal Papua. Penduduk Papua memanfaatkan tanaman itu untuk mengusir nyamuk dengan cara mengusapkan perasan daun zodia ke kulit.

Kini, tanaman itu tersebar hampir di seluruh Nusantara. Banyak orang menanam zodia di halaman rumah atau ruangan dengan pot sebagai tanaman hias ataupun tanaman ”pengusir nyamuk”.

Menurut Dian, nyamuk menjadi masalah keseharian. Nyamuk membuat tidur tidak nyenyak dan dapat menyebarkan beragam penyakit mulai dari demam berdarah, chikungunya, filariasis, hingga malaria.

Untuk mengatasi, umumnya orang menggunakan obat nyamuk berbahan kimia. Baik itu obat nyamuk cair yang disemprotkan, obat oles, obat nyamuk bakar, maupun obat nyamuk padat yang dipanasi menggunakan pemanas elektrik.

”Lama-lama, obat nyamuk berbahan kimia dapat mengganggu kesehatan karena mengandung pestisida,” kata Dian.

Merujuk pada penelitian Indonesian Pharmaceutical Watch tahun 2001, obat nyamuk yang beredar di pasaran mengandung senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, antara lain dikhlorvos (2,2-dichlorovinyl dimethyl phosphate/DDVP), yang dapat merusak sistem saraf, mengganggu sistem pernapasan, dan kerja jantung. Senyawa kimia lain yang ditemukan adalah propoxur (karbamat). Jika terhirup atau terserap tubuh manusia, senyawa kimia itu dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan pusing, sakit, kepala, serta berpengaruh buruk pada hati dan sistem reproduksi.

Berlatar keprihatinan itu, Dian dan Suci, siswa kelas XII IPA, membuat penelitian ”Ekstrak Zodia dengan Pemanas Otomatis untuk Memberantas Nyamuk”. Tujuannya sederhana, mengusir dan memberantas nyamuk dengan alat dan bahan baku yang ramah lingkungan.

Bahan bakunya, tanaman zodia, diambil dari halaman rumah dan sekolah. Dian dan Suci berupaya mengekstrak tanaman itu dipadukan dengan alat pemanas elektrik.

Daun zodia sebanyak 10 gram dicampur air 100 mililiter dan diblender. Hasilnya didestilasi menggunakan alat suling untuk menghasilkan ekstrak zodia.

Dari barang bekas

Dian dan Suci juga membuat alat pemanas elektrik menggunakan barang bekas. Bahan itu antara lain kaleng bekas susu, tali sumbu, tempat bedak, dan botol transparan bekas obat dikombinasikan dengan bola lampu 5 watt, sakelar, dan rangkaian lampu otomatis (LDR).

Ekstrak zodia yang ditaruh dalam botol transparan dihubungkan dengan tali sumbu yang mampu menyerap ekstrak zodia menuju pemanas, berupa lampu yang diletakkan di dalam kaleng bekas susu.

”Setelah terkena panas, ekstrak zodia akan menguap. Untuk menghilangkan bau kurang sedap, ekstrak itu dicampur dengan cengkeh,” kata Dian yang pernah meraih perunggu dalam World Mathematics Team Championship 2011 di Beijing, China.

Ampuh

Untuk membuktikan keampuhan obat nyamuk berbahan ekstrak zodia, Dian dan Suci menguji pada dua tabung berisi nyamuk. Dalam tempo sehari, nyamuk dalam tabung yang diberi obat nyamuk mati semua. Adapun pada tabung yang tidak diberi obat nyamuk hanya ada dua nyamuk yang mati dalam tempo lima hari.

Guru pendamping Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Dwi Purbo Laksono mengatakan, ekstrak zodia tidak berbahaya bagi kesehatan manusia karena tidak mengandung racun.

Merujuk pada penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Kementerian Pertanian, minyak yang disuling dari daun tanaman zodia mengandung linalool (46 persen) dan a-pinene (13,26 persen). Linalool dikenal sebagai pengusir nyamuk.
Sumber :
Kompas Cetak
»»  READMORE...

Ini Dua Tempat Bebas Kiamat Maya

AFP Bugarach

KOMPAS.com  Ke mana manusia harus berlindung dan menyelamatkan diri saat kiamat tiba? Menurut isu kiamat 21/12/2012 yang muncul dari kesalahan interpretasi kalender suku Maya, ada dua tempat yang bisa dijadikan perlindungan, yaitu Desa Bugarach di Perancis dan Desa Sirince di Turki.

Bugarach terletak di wilayah Pyrénées. Desa ini lengkapnya disebut Pic de Bugarach. Hanya dihuni oleh sekitar 180 orang, sebagian besar penduduk di wilayah ini adalah para petani dan karyawan pensiunan.

Diberitakan Torronto Star, Rabu (19/12/2012), berdasarkan rumor (yang tentu saja tak benar), desa ini akan mengalami transformasi menjadi bahtera Nuh saat kiamat. Armada alien akan menjemput semua orang di wilayah ini dan membawanya ke tempat di antariksa yang aman.

Sementara itu, Sirince terletak di dekat kota Ephesus di Yunani. Penduduk desa ini kurang dari 1.000 orang. Seperti umumnya desa, warga Sirince juga mengandalkan pertanian dalam kehidupan ekonominya.

Menurut rumor kiamat 2012, seperti diberitakan International Business Times, Jumat (14/12/2012), Sirince bisa menjadi tempat menyelamatkan diri karena merupakan tempat suci, dekat dengan lokasi Bunda Maria di surga.

Meski berita bahwa dua desa itu bia jadi perlindungan saat kiamat palsu, tetapi tetap saja banyak orang yang berdatangan, setidaknya untuk wisata. Jumlah wisatawan meningkat drastis sehingga harga hotel yang semula sekitar Rp 540.000 meningkat menjadi belasan juta rupiah.

Bugarach juga ramai dikunjungi jurnalis yang ingin meliput. "Ini pertama kali kami kedatangan 200 wartawan dari seluruh dunia. Ini menakjubkan," kata Patrice Etienne, pemilik satu-satunya toko di Bugarach.

Di Bugarach, ramainya turis dan wartawan yang bertanya banyak hal malah membuat lelah. Jika beberapa kalangan tak mengharapkan tanggal 21 Desember 2012 tiba, warga Bugarach justru ingin tanggal itu cepat lewat agar mereka bisa kembali hidup normal.
Editor :
yunan
»»  READMORE...

Big Freeze, Skenario Kiamat Semesta Paling Mungkin

mysticpolitics

KOMPAS.com - Ada skenario akhir semesta yang disebut Big Freeze. Skenario ini kadang juga disebut "Heat Death" atau matinya panas alias energi. Dalam teori ini, kiamat terjadi sebagai konsekuensi karena proses mengembangnya semesta yang tanpa batas.

Istilah Heat Death yang menjadi nama lain teori ini berasal dari gagasan bahwa dalam sistem yang terisolasi, entropi atau sederhananya terkait dengan energi per satuan temperatur, akan terus meningkat hingga mencapai nilai maksimum.

Pada saat entropi mencapai maksimum, panas akan terdistribusi merata di wilayah yang sangat luas, tak mengizinkan adanya ruang yang memungkinkan penggunaan energi. Saat itu, gerak mekanik dalam suatu sistem takkan mungkin.

Skenario akhir masa dalam Big Freeze berlawanan dengan Big Crunch. Dalam Big Crunch, semesta akan menjadi sangat mampat, membentuk lubang hitam sangat besar. Sementara, dalam Big Freeze, semesta menjadi sangat gelap dan dingin.

Untuk menentukan skenario mana yang lebih mungkin, ilmuwan harus menggali data tentang densitas, komposisi dan bahkan bentuk semesta. Ada yang disebut densitas kritis. Jika nilai densitas yang ditemukan lebih rendah, maka skenario Big Freeze menjadi mungkin.

Sejauh ini, pengukuran oleh Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) yang menangkap Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR) mengindikasikan bahwa densitas jauh lebih kecil dari densitas kritis. Dengan demikian, ilmuwan menyatakan, Big Freeze adalah skenario kiamat semesta yang paling mungkin. Kapan terjadinya? Masih triliunan lagi lagi. Selain Big Freeze, masih ada teori akhir semesta lain disebut Big Bounce dan Big Rip.
Sumber :
»»  READMORE...

Big Rip, Semua Terpisah Jauh Saat Kiamat

google.com
ilustrasi

KOMPAS.com - Teori akhir masa yang diungkapkan pertama kali pada tahun 2003 menyatakan, semesta akan berakhir dalam Big Rip. Big Rip adalah Big Freeze yang ekstrem, dimana semesta sangat-sangat dingin dan semua objek terpisah jauh.

Kiamat semesta dalam teori ini terkait dengan energi gelap. Adanya energi gelap yang menentang gaya gravitasi membuat semesta terus mengembang tanpa batas, berbeda dengan yang dinyatakan pada teori Big Crunch.

Dalam Big Freeze, energi gelap bernilai konstan. Sementara, dalam Big Rip, energi gelap mengalami peningkatan. Konsekuensinya, semesta dalam teori Big Rip mengembang secara dipercepat. Objek di semesta menjauh lebih cepat.

Mungkinkah kiamat macam ini terjadi? Syaratnya adalah energi gelap itu sendiri. Jika ilmuwan berhasil membuktikan bahwa kekuatan energi gelap terus meningkat, mengembangnya alam semesta dapat lebih cepat dan Big Rip mungkin terjadi.

Observasi dengan Chandra X Ray Observatory menunjukkan, energi gelap tidak tumbuh kekuatannya. Dengan demikian, Big Rip tampaknya tak mungkin terjadi. Selain Big Rip, dikenal pula teori semesta lain, Big Crunch dan Big Bounce.
Sumber :
»»  READMORE...

Big Bounce, Tak Ada Kiamat, Cuma Reinkarnasi

WGBH Educational Foundation Simulasi menunjukkan, semesta berkembang seperti otak raksasa. Ada hukum dasar yang mengendalikannya.

KOMPAS.com — Bila Buddhisme mengenal reinkarnasi, demikian pula astronomi dan kosmologi. Salah satu teori dalam kosmologi adalah Big Bounce yang menguraikan bahwa tak ada kiamat semesta atau akhir masa. Yang ada hanya reinkarnasi. Big Bounce juga kadang ditandingkan dengan Big Bang sebagai teori penciptaan semesta.

Big Bounce terkait dengan teori Big Bang atau kelahiran semesta 13,7 miliar tahun yang lalu serta teori Big Crunch yang menguraikan bahwa suatu saat semesta akan berhenti mengembang dan terus menyusut hingga menjadi satu kesatuan.

Menurut teori Big Bounce, Big Bang dan Big Crunch adalah suatu proses kehidupan semesta yang berupa siklus. Semesta tercipta lewat Big Bang, mengembang, menyusut, mati dalam bentuk Big Crunch hingga akhirnya terlahir kembali lewat Big Bang. Big Crunch akan selalu diikuti Big Bang.

Kebenaran Big Bounce sangat tergantung dari ada tidaknya Big Crunch. Sementara Big Crunch sendiri mensyaratkan adanya nilai densitas yang lebih tinggi dari nilai tertentu, atau disebut densitas kritis. Tanpanya, Big Crunch takkan terjadi.

Sejauh ini, penelitian menunjukkan adanya materi gelap yang membuat semesta terus mengembang. Gaya karena adanya materi gelap mengalahkan gaya gravitasi yang diprediksi membuat semua obyek semesta tertarik dalam Big Crunch.

Dengan demikian, masih sulit untuk memercayai akan adanya Big Bounce, semesta yang mengalami reinkarnasi. Big Bounce hanyalah salah satu teori yang menguraikan nasib semesta, masih ada teori lain, yaitu Big Crunch serta Big Rip.

Akankah manusia mampu membuktikan akan ada atau tidaknya Big Bounce. Satu-satunya cara adalah mengalaminya. Lima miliar tahun mendatang, Matahari akan menjadi bintang raksasa merah, membuat kehidupan di Bumi musnah. Manusia tak akan mengalami Big Bounce kecuali bisa survive dari kiamat Bumi dan hidup hingga triliunan tahun mendatang.
Sumber :
»»  READMORE...

Selasa, 18 Desember 2012

Big Crunch, Saat "Kiamat" Semesta Sangat Mampat

Devianart Ilustrasi Big Crunch

KOMPAS.com - Semesta diyakini bermula dari sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang sekitar 13,7 miliar tahun lalu. Bagaimana dengan akhir semesta? Apakah ilmu pengetahuan memang mengenal yang disebut kiamat?

Ada satu teori yang dikembangkan untuk menguraikan nasib semesta. Salah satunya disebut Big Crunch. Menurut teori itu, semesta akan berakhir menjadi kesatuan yang sangat mampat. Situasi tersebut mungkin bisa disebut kiamat.

Berdasarken teori Big Crunch, semesta akan mengembang sebagai konsekuensi dari Big Bang. Namun, pengembangan tak akan terus menerus terjadi. Pada suatu titik, semesta akan berhenti mengembang dan menyusut. Semua akan ditarik hingga hanya tersisa lubang hitam terbesar.

Untuk bisa membenarkan teori ini, beberapa ciri semesta perlu diterangkan. Salah satunya soal densitas semesta. Harua ada yang disebut densitas kritis untuk menerangkan bahwa semesta bisa mampat lagi setelah mengembang.

Semula, ilmuwan mengatakan, Big Crunch mungkin terjadi. Ilustrasinya, seperti bola yang dilempar ke atas dan pada suatu titik akan berhenti dan jatuh. Beitu pula semesta. Gaya gravitasi akan menang dan menarik semua objek pada akhirnya.

Hingga saat ilmuwan menemukan bahwa semesta terus-menerus mengembang. Ada energi gelap yang membuat semesta mengembang dan objeknya menjauh. Teori Big Crunch mulai goyah. Kemungkinan semesta takkan mati kecil.

Ilmuwan kini masih terus mencari tahu dan memperkirakan nasib semesta pada akhirnya. Sains belum menemukan jawaban yang pasti. Big Crunch hanyalah salah satu teori. Masih ada teori lain, seperti Big Rip dan Big Bounce.

Jika semesta memang akan mati, maka berdasarkan prediksi, waktunya masih sekitar 100 triliun tahun ke depan. Saat itu, bintang terakhir akan padam. Kelahiran bintang baru tak dimungkinkan. Semesta menjadi sangat gelap dan dingin.
Sumber :

»»  READMORE...

Kiamat dalam Perspektif Kosmologi

Photos.com Kiamat


JAKARTA, KOMPAS.com — Isu kiamat yang bermula dari pemahaman akan penanggalan suku Maya merebak dalam beberapa tahun terakhir. Jumat (21/12/2012) dikatakan sebagai hari akhir ketika Bumi akan mengalami kehancuran dan makhluk hidup di dalamnya akan musnah.

Beberapa kalangan yang percaya akan ramalan tersebut menyusun berbagai persiapan. Ada yang membuat bahtera Nuh di China hingga menyiapkan ritual khusus. Sementara kalangan ilmuwan membantah bahwa kiamat akan terjadi Jumat nanti. Kiamat 2012 adalah kesalahan interpretasi.

Satu hal yang masih akan tetap mengusik walaupun kiamat 2012 tak terjadi adalah, apakah memang akan ada hari kiamat. Bagaimana ilmu pengetahuan, khususnya kosmologi, menerangkan satu peristiwa yang paling membuat umat manusia penasaran ini?

Premana W Premadi, peneliti bidang kosmologi dari Jurusan Astronomi, Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan, kiamat bisa diterangkan tergantung pada pemahaman manusia akan peristiwa kiamat itu sendiri.

"Jika kiamat dimaknai secara naif sebagai kepunahan makhluk hidup di Bumi, itu bisa terjadi akibat banyak sebab. Misalnya ada asteroid yang menumbuk Bumi seperti yang terjadi 100 juta tahun lalu," kata Nana.

Namun, Nana mengungkapkan bahwa kiamat bisa dimaknai lebih luas, terkait dinamika Matahari, dinamika galaksi maupun semesta dalam skala lebih luas, apakah memang ada proses yang merupakan kebalikan dari Big Bang.

Menurut Nana, kehancuran di Bumi telah diperkirakan secara saintifik oleh para astronom, terkait dengan dinamika dan terus menuanya Matahari. Nantinya, Matahari akan menjelma menjadi bintang raksasa merah.

"Secara saintifik, kiamat bisa terjadi saat Matahari nanti berubah menjadi bintang raksasa merah. Matahari akan memuai sehingga radiusnya bisa mencapai Bumi. Saat itu, makhluk hidup di Bumi akan musnah," terangnya.

Peristiwa itu diperkirakan terjadi 5 miliar tahun lagi. Meski demikian, "ribut-ribut" itu hanya akan terjadi di Bumi dan Tata Surya. Bagian lain dari galaksi Bimasakti akan tenang-tenang saja dan melanjutkan kehidupannya.

Dalam skala lebih luas, kehancuran mungkin bisa terjadi sekitar 7 miliar tahun lagi. "Saat itu, galaksi Andromeda akan bertabrakan dengan Bimasakti. Tapi, ini juga hanya di Bimasakti. Semesta memiliki ribuan galaksi," ungkap Nana.

Triliunan tahun kemudian, astronom telah memprediksikan bahwa semesta akan sangat tua. "Triliunan tahun kemudian, bintang terakhir akan berhenti bersinar karena kehabisan bahan bakarnya," tutur Nana saat dihubungi Kompas.com, Selasa (18/12/2012).

Nana mengungkapkan, semesta akan terus mengembang. Saat itu, laju pertumbuhan bintang hampir mendekati nol, tak ada bintang baru yang lahir. Ketika bintang terakhir mati, Nana mengatakan, "Saat itu mungkin juga bisa dikatakan kiamat, meskipun tidak yang meledak-ledak."

Apa yang akan terjadi setelah bintang terakhir "padam" nanti? Hingga saat ini, masih sulit untuk memperkirakannya, apakah akan ada proses di mana semesta baru tercipta atau akan terjadi semacam "daur ulang" dari semesta saat ini.

"Ada teori yang mengungkapkan bahwa semesta dapat berkembang dan pada suatu titik kolaps lagi," kata Nana. Jika hal ini terjadi, maka semesta yang akan dapat mampat lagi dan bintang-bintang baru dapat tercipta. Semesta yang semula mengalami "kiamat" bisa hidup lagi.

Namun, Nana mengungkapkan bahwa teori tersebut kurang didukung. Sejauh ini, dipercaya bahwa semesta akan terus-menerus mengembang tanpa batas. Pada saatnya nanti, semesta akan menjadi sangat dingin dan gelap.
»»  READMORE...