Social Icons

Sabtu, 01 Desember 2012

Mengantongi Ponsel Malah Meracuni Sperma

Jika diletakkan di celana atau dekat dengan organ reproduksi pria, radiasi tersebut bisa mempengaruhi produksi sperma dan tingkat kesuburan pria.

Penggunaan telepon seluler (ponsel) yang berlebihan disebut-sebut bisa mempengaruhi kualitas sperma.


Bahkan meski tidak dipakai, ponsel masih menyisakan risiko mandul pada pria sebesar 30 persen jika tidak benar-benar dimatikan saat dikantongi di celana.


"Karena radiasi ponsel bisa meningkatkan kadar testosteron di dalam tubuh, maka dampaknya adalah kualitas dan jumlah sperma berkurang," tulis para peneliti dari Queen's University di sebuah jurnal ilmiah.



Dibandingkan dengan tingkat radiasi saat melakukan atau menerima panggilan telepon, tingkat radiasi ponsel dalam kondisi stand by memang lebih kecil. Namun risikonya terhadap sistem reproduksi pria tetap tinggi, karena masih menyisakan risiko mandul sebesar 30 persen.

(Fitness for Men Indonesia edisi April 2012)
»»  READMORE...

Jangan Dibiasakan Tidur di Sofa!


Selain bentuknya tidak didesain untuk mendukung tulang belakang Anda, tanpa disadari sofa juga bisa menjadi agen kanker yang membahayakan nyawa.

Menurut peneliti dari University of California, Berkeley dan Duke University, bahan kimia flame retardant yang beracun di dalam sofa menempatkan Anda pada risiko tinggi perkembangan kanker.

Dari hasil penelitian diketahui sekitar 85 persen dari 104 sofa di Amerika yang diuji mengandung flame retardant yang dapat menjadi racun. Selain itu, peneliti juga menemukan 41 persen sofa mengandung chlorinated TDCPP dan 17 persen lainnya memiliki pentaBDE, bahan kimia yang dilarang penggunaannya di seluruh dunia.

Bahan beracun ini banyak terdapat di dalam busa sofa. Tanpa disadari, remah-remah busa sofa bisa dilepaskan di udara bergabung dengan debu di rumah.

Paparan flame retardant dapat menyebabkan gangguan hormon hingga risiko kanker yang sudah terbukti melalui ratusan penelitian sebelumnya baik pada manusia maupun kanker. Parahnya, ibu hamil terkena paparan pentaBDE dalam darahnya berisiko memiliki anak dengan berat badan rendah, IQ rendah hingga gangguan neurologis dan pertumbuhan anak.


(Berbagai Sumber)
»»  READMORE...

Dampak Hipertensi pada Berbagai Organ Tubuh

Mesurer correctement sa tension n’est pas toujours chose facile. Pour éviter de diagnostiquer à tort une hypertension, le médecin peut vous conseiller de mesurer votre tension à domicile. Comment choisir et bien utiliser un tensiomètre chez soi ?Istilah hipertensi digunakan untuk merujuk pada suatu kondisi tekanan darah tinggi. Tekanan darah dianggap tinggi atau melewati batas normal jika hasil pemeriksaan menunjukkan angka diatas 140/90. Angka 140 menunjukkan tekanan sistolik dan angka 90 menunjukkan tekanan diastolik. Tekanan darah normal ada di kisaran 120/80 mmHg. Sedangkan 130/80 sudah dikategorikan normal tinggi.

Hipertensi secara perlahan dapat merusak sistem organ tubuh kita, yang lambat laun akan menunjukkan gejala kerusakan organ yang lebih progresif. Salah satu efek hipertensi jika tidak dirawat dengak baik adalah merusak pembuluh darah arteri. Arteri yang rusak menyebabkan terganggunya aliran darah, yang artinya kebutuhan oksigen dan nutrisi pada organ dan jaringan tubuh lain juga akan terganggu.

Dengan rusaknya arteri, ada beberapa organ tubuh yang berisiko mengalami gangguan, di antaranya :

1. Jantung.
Rusaknya arteri membuat jantung bekerja ekstra dalam memompa, ditambah lagi dengan penyumbatan pembuluh darah, otot-otot jantung akan membesar dan tidak lagi efisien dalam memompa. Selain dapat memicu serangan jantung, dalam jangka panjang hal ini dapat menyebabkan kondisi gagal jantung.

2. Otak.
Hipertensi bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak dan memicu pecahnya pembuluh darah otak hingga terjadi serangan stroke.

3. Ginjal.
Ginjal seharusnya berfungsi menyaring air yang berlebih dan limbah makanan yang berasal dari darah. Jika arteri rusak, peredaran darah ke ginjal ikut terganggu dan ginjal tidak bisa berfungsi dengan baik, sehingga limbah tersebut menumpuk dan muncullah kegagalan ginjal beserta banyak komplikasi lainnya.

4. Organ Vital.
Pada wanita, hipertensi bisa menyebabkan kehilangan gairah seksual, vagina terasa kering dan tidak bisa melakukan orgasme, sedangkan pada pria, bisa mengakibatkan terjadinya disfungsi ereksi.

5. Mata.
Pada tingkatan yang cukup parah, hipertensi bisa berdampak pada terjadinya pendarahan pada organ mata bahkan kebutaan.

6. Tulang.
Tekanan darah tinggi memicu banyaknya kalsium yang terbuang lewat urin sehingga kepadatan tulang berkurang dan mudah keropos. Terutama jika terjadi pada wanita yang sudah memasuki masa menopause.

Memang pada tingkatan tertentu hipertensi wajib diatasi dengan obat-obatan (konsultasikan kondisi hipertensi Anda dengan dokter spesialis jantung atau dokter spesialis penyakit dalam). Namun dengan turut mengubah gaya hidup, pastinya akan membuat pengobatan Anda semakin maksimal, sekaligus melakukan pencegahan. Salah satunya dengan cara-cara berikut ini:

1. Turunkan berat badan
Biasanya tekanan darah meningkat seiring naiknya berat badan Anda. Jika lemak di daerah pinggang sudah menumpuk, risiko hipertensi akan lebih besar.

2. Olahraga
Melakukan kegiatan fisik dan olahraga yang bersifat aerobik (bukan yang bersifat anaerobik seperti body building) selama setengah jam hingga satu jam tiap hari, jauh lebih baik dibanding jika Anda menggabungkan seluruh porsi latihan di akhir pekan. Di samping itu, olahraga teratur juga dapat membantu menurunkan berat badan Anda.

3. Diet sehat dan tepat
Diet yang kaya akan biji-bijian, buah, sayuran, dan susu rendah lemak bisa membantu menurunkan tekanan darah. Kurangi makanan asin, makanan beku dan daging olahan.

4. Hindari rokok
Termasuk hindari menjadi perokok pasif. .

6. Kelola stress dengan baik
Stress dan kecemasan bisa menaikkan tekanan darah. Pengelolaan stress sangat bermanfaat bagi kesehatan kita. Kegiatan relaksasi seperti pemijatan atau yoga bisa juga membantu.
»»  READMORE...

Diabetes Juga Merusak Indera Pendengaran

shutterstock


Kompas.com- Komplikasi yang ditimbulkan penyakit diabetes sangat luas, mulai dari penyakit ginjal, jantung, kerusakan saraf, dan kebutaan. Menurut studi terbaru diabetes juga terkait dengan gangguan pendengaran.

Dalam hasil analisa beberapa penelitian sebelumnya, tim ilmuwan dari Jepang menemukan penyakit kencing manis meningkatkan risiko gangguan pendengaran sampai dua kali lipat. Pada penyandang diabetes yang berusia muda risikonya lebih besar lagi.

Penelitian tersebut adalah yang pertama yang menemukan kaitan antara diabetes dengan kehilangan pendengaran.

Pada tahun 2008 peneliti dari U.S National Institute of Health (NIH) menemukan pola serupa pada 11.000 sampel responden. Dalam studi tersebut orang yang menderita diabetes lebih banyak yang mengalami tuli atau gangguan pendengaran dibanding orang yang tak menderita diabetes.

Secara umum gangguan pendengaran didefisinikan sebagai kesulitan mengerti apa yang orang katakan dalam suara berbisik dan tidak bisa mendengar beberapa kata dalam volume suara biasa.

The American Diabetes Association memperkirakan saat ini ada 16 juta orang penderita diabetes di AS. Sementara itu menurut data NIH ada 36 juta orang Amerika yang dilaporkan mengalami gangguan pendengaran dalam berbagai tingkatan.

Peningkatan kadar gula darah diketahui akan memicu kerusakan pembuluh darah di sekitar telinga sehingga menyebabkan gangguan pendengaran.

"Hasil penelitian ini bisa menjadi acuan bagi penderita diabetes untuk melakukan pemeriksaan telinga sejak dini dibandingkan dengan orang yang tak menderita diabetes," kata Chika Horikawa, peneliti dari Niigata University Faculty of Medicine, Jepang.

Sumber :
»»  READMORE...

Jumat, 30 November 2012

Kekuasaan dan Status Mempengaruhi Senyuman

shutterstock
Kompas.com - Tersenyum dan mendapatkan balasan senyuman, bahkan dari orang yang belum kita kenal, bisa membuat hati menjadi cerah. Tetapi ternyata kecenderungan seseorang untuk merespon senyuman tergantung dari posisi atau status kekuasaan mereka.
Penelitian yang dipimpin oleh Evan Carr dari University of California ini melibatkan 55 peserta yang dibagi menjadi dua kelompok. Peserta dalam kelompok satu diperintahkan untuk menulis esai menggambarkan peristiwa yang baik dalam hidup mereka, sementara kelompok dua menulis tentang pengalaman negatif. Para peneliti menginstruksikan relawan untuk menulis esai sebagai cara untuk memicu munculnya perasaan positif maupun negatif.
Relawan juga disambungkan ke monitor untuk mengukur stimulasi elektrik dari wajah mereka ketika menulis esai. Monitor mengukur ygomaticus majo yang mengontrol gerakan bibir yang berhubungan dengan senyuman, dan corrugator supercilii yang mengontrol kerutan kening di alis. Selain itu, para relawan juga dipertontonkan video orang yang memiliki kekuasaan tinggi dan orang yang dianggap memiliki status rendah.
Penelitian yang dipublikasikan pada konferensi Society of Neuroscience ini mengungkapkan bahwa orang-orang yang merasa lebih memiliki kekuatan cenderung untuk tersenyum sebagai respon kepada senyum seseorang jika orang yang tersenyum itu dianggap kurang berkuasa atau statusnya lebih rendah.
Sebaliknya, jika seseorang yang tersenyum itu dianggap lebih berkuasa, maka mereka tidak merespon senyumnya. Orang-orang yang menganggap diri mereka kurang berkuasa memiliki kecenderungan untuk merespon senyuman pada siapa pun.
Carr percaya orang yang tersenyum kembali pada orang lain sebagai cara untuk menampilkan status mereka sendiri. Orang-orang yang menahan senyum pada orang lain yang mereka dianggap lebih kuat adalah cara untuk menghindari sangkaan sikap pamer.
Sementara orang yang menganggap dirinya kurang kuat tersenyum kembali sebagai cara untuk menunjukkan penyerahan. Selain itu, Carr menemukan bahwa orang cenderung akan mengerutkan kening kembali kepada orang yang mengerutkan kening kepadanya, terlepas dari kekuasaan maupun statusnya.


Sumber :
»»  READMORE...

Kadal Ini Mampu Atasi Perubahan Iklim



AnoleAnnals Anolis cristatellus



KOMPAS.com - Dari sebuah studi yang dilakukan oleh Manuel Leal, peneliti dari Duke University, Amerika Serikat dan timnya, diketahui bahwa kadal khas Puerto Rico yakni Anolis cristatellus (A.cristatellus) kini telah beradaptasi dengan udara yang lebih sejuk di Miami.

Hasil studi yang dipublikasikan di jurnal The American Naturalist tersebut juga mengindikasikan bahwa kadal yang bersangkutan kemungkinan mampu mentolerir variasi temperatur yang diakibatkan oleh perubahan iklim. “Kami tidak mengatakan bahwa perubahan iklim bukanlah masalah bagi para kadal. Itu merupakan masalah besar,” kata Leal.

“Namun, temuan kali ini mengindikasikan bahwa fisiologi thermal dari kadal tropis lebih mudah berubah dibandingkan yang diperkirakan,” ucapnya.

Sebelum ini, para ilmuwan yakin bahwa berhubung kadal merupakan hewan berdarah dingin, maka mereka tidak akan mampu mentolerir atau beradaptasi dengan temperatur yang lebih dingin. Namun, manusia telah membawa A. cristatellus yang merupakan kadal asli Puerto Rico ke kawasan Miami pada sekitar tahun 1975 lalu.

Padahal, rata-rata suhu di Miami mencapai sepuluh derajat Celcius lebih rendah dibandingkan dengan suhu rata-rata di Puerto Rico. Meski temperatur rata-rata di musim panasnya relatif sama. Dan ternyata, kadal tersebut mampu bertahan hidup.

Dalam studi kali ini, Leal dan rekannya menangkap A.cristatellus dari kawasan Pinecrest, Miami dan juga dari timur laut Puerto Rico. Mereka membawa kadal-kadal itu ke lab mereka di North Carolina, memasukkan termometer ke kloaka kadal dan mendinginkan udara ke beberapa titik temperatur.

Peneliti kemudian memantau betapa para kadal dengan mudah membalikkan tubuh mereka setelah mereka diterlentangkan. Kadal dari Miami membalikkan tubuh mereka pada temperatur tiga derajat lebih dingin dibandingkan dengan kadal dari Puerto Rico.

Menurut Leal, hewan yang membalikkan tubuh pada temperatur yang lebih rendah memiliki toleransi terhadap temperatur dingin yang lebih baik dan kemampuan ini kemungkinan sangat bermanfaat saat temperatur udara menurun. “Sangat mudah bagi kadal untuk membalikkan tubuh mereka saat mereka tidak kedinginan atau kepanasan,” ucapnya.

Namun, saat suhu udara menjadi semakin dingin, kemampuan membalikkan tubuh itu menurun. Dan sampai titik tertentu, mereka tak lagi mampu membalikkan tubuhnya. Di titik ini, yang disebut juga dengan “critical temperature minimum”, para kadal tidak mati. Mereka hanya kehilangan kontrol terhadap koordinasi tubuh mereka.

“Kasusnya sama seperti manusia yang mengalami hipotermia dan mulai kehilangan keseimbangan atau tak mampu berjalan,” kata Leal. “Temperatur tubuh terlalu rendah sehingga membuat otot tak mampu bekerja dengan normal,” ucapnya.

Yang menarik, evolusi biasanya terjadi dalam hitungan beberapa ratus, ribu, atau jutaan tahun. Namun, waktu 35 tahun yang dibutuhkan oleh kadal Puerto Rico agar mampu beradaptasi dengan suhu yang lebih dingin merupakan waktu yang sangat singkat. “Kita bisa menyaksikan perubahan evolusi ini dalam masa hidup kita,” ucap Leal.

Selain itu, Leal menyebutkan, toleransi kadal terhadap udara yang lebih sejuk juga memberikan secercah harapan bagi sejumlah spesies tropis lain. Meski begitu, para ilmuwan belum mengetahui seberapa cepat mereka mampu bertoleransi terhadap temperatur yang semakin tinggi, yang merupakan konsekuensi lain dari perubahan iklim, dan berevolusi.

Saat ini, selain melakukan uji coba terhadap spesies kadal lain dalam menghadapi udara dingin, Leal dan timnya juga bereksperimen terkait toleransi para kadal dalam menghadapi suhu panas. (Abiyu Pradipa/National Geographic Indonesia)

Sumber :
National Geographic Indonesia
»»  READMORE...

Ular Baru, Tubuh Cacing Kepala Raksasa

Omar Torres-Carjaval Imantodes chocoensis


QUITO, KOMPAS.com - Para biolog menemukan spesies baru ular yang unik. Ular tersebut memiliki tubuh sangat ramping tapi berkepala gemuk. Metaforanya, ular ini punya tubuh cacing dengan kepala raksasa.

Ular tersebut adalah anggota genus Imantodes. Sejauh ini, genus tersebut terdiri dari 6 jenis ular. Dengan penemuan ini, anggota genus bertambah menjadi 7 jenis. Spesies yang baru saja ditemukan diberi nama Imantodes chocoensis, berdasarkan nama hutan Choco di timur laut Ekuador.

Keunikan ular ini dibanding jenis lainnya adalah absennya sisik loreal. Pada spesies lain dari genus Imantodes, sisik loreal terdapat pada kepala. Namun, pada jenis Imantodes chocoensis, sisik itu tak dijumpai.

Yang juga mengejutkan, jenis baru ini ditemukan di wilayah yang jauh dari distribusi biasanya. Jenis ini ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Amazon di Andes. Sementara, kerabat terdekatnya, Imantodes lentiferus, hidup di wilayah Amazon yang terpisah oleh gunung.

"Salah satu penjelasan yang mungkin dari distribusi yang terpisah antara spesies baru dan kerabat terdekatnya adalah terbaginya moyang populasi menjadi dua, yang masing-masing berevolusi menjadi spesies yang berbeda, satu di wilayah Choco dan satu lagi di wilayah Amazon lain," kata Omar Torres -Carvajal dari Museo de ZoologĂ­a QCAZ seperti dikutip Mongabay, Rabu (28/11/2012).

Saat ini, 90 persen ekosistem di Choco, tempat spesies baru ini ditemukan, telah rusak. Peneliti belum mengetahui status ular jenis baru ini, apakah memang terancam punah.
Sumber :

»»  READMORE...