Social Icons

Rabu, 21 November 2012

Air Mars dan Bumi Berasal dari Sumber yang Sama

 
NASA Jejak Aliran Air di Mars yang diambil dengan lensa kamera Mastcam milik Curiosity pada 14 September 2012 dan dirilis oleh NASA pada 27 September 2012.
HOUSTON, KOMPAS.com - Air di Mars dan Bumi berasal dari sumber yang sama, meteorit yang mendarat di planet tersebut dalam masa awal pembentukannya.

Ilmuwan menganalisis komposisi dua batuan langka Mars yang mendarat di Bumi sebagai meteorit. Analisis menunjukkan bahwa air yang ada di planet merah itu berasal dari benda langit yang sama.

Hasil riset ini berlawanan dengan pandangan bahwa air di Bumi dan Mars berasal dari komet. Air berasal dari meteorit chondrite yang memiliki mineral yang bisa terintegrasi dengan planet tempatnya mendarat.

"Meteorit itu memiliki cairan basalt, cairan basalt yang berbeda dengan hasil erupsi gunung berapi di Hawaii," kata John Jones, peneliti di Johnson Space Center, Badan Penerbangan dan Antariksa NASA di Houston.

Meteorit yang dianalisis merupakan sampel murni yang memiliki unsur-unsur yang mudah menguap di lingkungklan Mars. Meteorit tersebut juga merepresentasikan dua sumber air berbeda di Mars.

Salah satu meteorit berasal dari lapisan mantel Mars, dengan kuantitas air di wilayah itu sama dengan hidrogen di Bumi. Sementara meteorit lain diperkaya dengan unsur-unsur yang terdapat di lapisan dangkal dan atmosfer Mars.

Meteorit yang berasal dari mantel menunjukkan bahwa bagian dalam Mars kering. Meteorit lainnya menunjukkan bahwa permukaan Mars pernah sangat basah pada suatu waktu.

"Ada beberapa teori yang bersaing dalam menerangkan keberagaman komposisi meteorit Mars. Hingga studi ini, belum ada bukti langsung bahwa lava primitif memiliki material dari permukaan Mars," ungkap Tomohiro Usui, pimpinan studi ini seperti dikutip Space, Selasa (20/11/2012).
 
Sumber :

»»  READMORE...

Rumah Budaya Indonesia Akan Dibangun di 10 Negara

 
KOMPAS/ALIF ICHWAN Wiendu Nuryanti Staf pengajar UGM Wiendu Nuryanti menjadi Wakil Menteri Pendidikan Kebudayaan
TEMANGGUNG, KOMPAS.com — Pemerintah akan membangun rumah budaya di 10 negara, yakni Jepang, Australia, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Timor Leste, Mesir, Brasil, India, dan China.
"Ini diperlukan karena setiap hari Indonesia kebanjiran pusat-pusat kebudayaan asing. Di Jakarta itu ada puluahan pusat kebudayaan asing," kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan, Windu Nuryanti, di Temanggung, Jumat (16/11/2012).
Pembangunan pusat kebudayaan di mancanegara pada 2013, kata dia, dimaksudkan untuk mendukung diplomasi budaya dan mempromosikan pariwisata dalam negeri.
Ia menambahkan, pemerintah juga berencana membangun dua rumah budaya nusantara di setiap provinsi.
"Kabupaten/kota silakan mengajukan proposal nanti akan dilakukan verifikasi, jika memang sesuai, akan dibangun di kabupaten/kota tersebut," katanya.
Ia menambahkan, rumah budaya akan dilengkapi dengan perpustakaan dan fasilitas untuk mendongeng, olah rasa, dan olah seni.
Windu menjelaskan pula bahwa dalam hal ini pemerintah sengaja menggunakan kata "rumah" untuk pusat-pusat kebudayaan yang akan dibangun karena kata itu merepresentasikan kenyamanan.
"Kami menghindari kata 'kantor' karena pukul 14.00 umumnya kantor sudah tutup, kalau rumah bisa buka 24 jam," katanya.
Sumber :
ANT
»»  READMORE...

Setelah Tujuh Puncak di Tujuh Benua

 
DOK MATITALA UNPAR Empat pendaki dari Mahitala Universitas Parahiyangan mencapai puncak Denali, gunung tertinggi di Benua Amerika, Jumat (7/7/2011). Mereka adalah Sofyan Arief Fesa, Xaferius Frans, Janatan Ginting, dan Broery Andrew Sihombing.

JAKARTA, KOMPAS.com - Di antara sekitar 350 penggapai tujuh puncak di tujuh benua, Indonesia menyumbang empat pendaki dari Mahitala pada Juli 2011 dan dua pendaki dari Wanadri pada Mei 2012. Namun, setelah itu apa? Cukupkah Indonesia berbangga memiliki enam pendaki penggapai tujuh puncak di tujuh benua atau seven summiteers?
Demikian salah satu pertanyaan dalam seminar Kisah Para Pendaki Asia Tenggara yang Telah Berhasil Manggapai Puncak Dunia di Gedung Setiabudi 2, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Sabtu (17/11/2012). Seminar diselenggarakan oleh Mahasiswa Parahyangan Pencinta Alam (Mahitala), Universitas Parahyangan, Bandung, Jawa Barat.
Bagi Mahitala, sudah setahun lebih sejak empat pendaki mereka menyelesaikan ekspedisi dengan menggapai puncak ketujuh yakni Denali/McKinley (6.194 mdpl) di Alaska, Amerika Serikat (Amerika Utara) pada 7 Juli 2011. Mereka adalah Sofyan Arief Fesa (29), Xaverius Frans (25), Broery Andrew Sihombing (23), dan Janatan Ginting (23).
Pemikiran untuk melaksanakan Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) atau Ekspedisi Indonesia di Tujuh Puncak Dunia oleh Mahitala Unpar itu justru berawal dari perjumpaan dengan Hiroyuki Kuraoka, pemandu berpengalaman asal Jepang, saat belasan anggota Mahitala melaksanakan ekspedisi sekaligus penelitian flora dan fauna di Carstensz Pyramid, Papua, Indonesia (Oceania), Januari-Februari 2009.
Dalam kurun waktu 35 hari ekspedisi itu, pada 23 Februari dan 26 Februari 2009, anggota Mahitala termasuk empat pendaki yang kemudian menjadi pendaki ISSEMU, menggapai puncak Ndugu-Ndugu/Carstenz Pyramid (4.884 mdpl). Mereka juga memberi nama lima puncak-salah satunya Mahitala-yang diklaim belum digapai pendaki lainnya, mengganti tali dan jangkar dengan yang baru sedangkan yang lama dibuang dengan bantuan angkut helikopter.
Saat bertemu Hiroyuki, sang pendaki gaek asal Jepang itu sedang memandu seorang pendaki yang ternyata sopir taksi yang berambisi menjadi seven summiteers. Jika orang lain mampu, apakah anggota Mahitala yang notabene orang tropis juga bisa? Hiroyuki ternyata juga mengamati aktivitas anggota Mahitala di satu-satunya pegunungan berpuncak es abadi di Indonesia itu.
Hiroyuki punya feeling bahwa Mahitala mampu, selama kegiatan terlihat tenang, nyaris tanpa mengeluh, dan terus mendaki yang dinilainya modal yang cukup baik untuk menjadi pendaki tangguh dunia.   Perasaan Hiroyuki itu akhirnya terbukti. Indonesia melalui Mahitala dan Wanadri menjadi satu di antara para pendaki dari 52 negara di dunia yang dikategorikan seven summiteers.
Namun, sudah cukupkah? Setelah itu apa? Jawabannya masih disimpan oleh empat pendaki Mahitala. "Kami belum berani mengutarakannya," kata Xaverius Frans menjawab pertanyaan peserta seminar.   Di jajaran pendaki elite dunia, jumlah puncak tertinggi benua masih diperdebatkan. Sebagian menyatakan ada tujuh puncak mewakili tujuh benua. Sebagian menyatakan ada delapan puncak mewakili delapan benua. Yang disebut terakhir ialah puncak Kosciuszko (2.228 mdpl) di Australia yang dianggap mewakili benua Australia sehingga berbeda dengan Ndugu-Ndugu/Carstensz Pyramid yang mewakili benua Oceania.
Jika kategorinya delapan puncak di delapan benua, hanya ada 138 pendaki yang Indonesia belum termasuk di antaranya.   Selain itu, ada istilah adventure grand slam untuk penggapai tujuh puncak di tujuh benua ditambah kutub utara dan kutub selatan.  Yang berpredikat ini belum lebih dari 20 pendaki. Salah satunya berasal dari Singapura yakni Khoo Swee Chiow yang saat seminar juga hadir dan berbagi pengalamannya. Dia adalah orang pertama dari Asia Tenggara atau orang keempat di dunia yang mendapatkan adventure grand slam.
Tidak berhenti di situ, Khoo pernah bersepeda Singapura-Beijing (China), bersepatu roda dari Hanoi (Vietnam) ke Singapura, berkayak keliling kepulauan Filipina, bertahan dalam air paling lama, dan berenang menyeberangi Selat Malaka. Sudah lebih dari 350 seminar motivasi yang diikuti 95.000 di seluruh dunia yang pernah diberikan oleh Khoo.
Khoo juga orang Asia Tenggara pertama yang menggapai puncak K2 (8.611 mdpl). Puncak kedua tertinggi di dunia itu digapai pada 31 Juli 2012. K2 dianggap gunung mematikan dengan jalur pendakian tersulit. Puncak tertinggi dunia yakni Sagarmatha/Everest (8.848 mdpl) sudah digapai oleh 4.000 pendaki. Namun, baru 300 orang yang pernah menggapai puncak K2 di Pegunungan Karakoram teritorial Pakistan-China.
Menurut Khoo, Indonesia adalah bangsa yang besar. Indonesia patut menjadi pemimpin atau pemasok utama pendaki-pendaki tangguh dunia, setidaknya dari Asia Tenggara. Di Singapura, tidak banyak yang ingin mengikuti jejak Khoo. Malaysia diduga memfokuskan pada pendakian Everest. Sedikit pendaki dari Vietnam yang setelah mencapai Everest belum terdengar lagi gebrakannya. Thailand yang menyumbang tiga pendaki tujuh puncak di tujuh benua juga belum lagi terdengar gaungnya.
"Peluang Indonesia amat besar untuk menjadi yang terkuat di pendakian gunung," kata Khoo. Bahkan, Khoo membocorkan peluang kegiatannya mendatang. Antara lain mendaki Kanchenjunga (8.586 mdpl) yang tertinggi setelah Everest dan K2, anggota 14 puncak di atas 8.000 mdpl, mendaki gunung tertinggi di Myanmar yakni Hkakaborazi (5.881 mdpl), mendaki puncak-puncak yang belum pernah didaki di India atau Papua, atau menjelajahi Indonesia dari Aceh sampai Papua.   Padahal, untuk mewujudkan ambisi nekatnya itu, Khoo tidak membiayainya sendiri. Dana didapat dari sponsor yang dianggap sebagai mitra bisnis.
Kegiatan Khoo dipandang membantu mengangkat citra dan mendongkrak penjualan produk perusahaan sponsor.   Lalu di mana peluang pendaki Indonesia untuk mengungguli Khoo? Peluang itu berasal dari pertanyaan seorang peserta apakah Khoo ingin mendaki seluruh 14 puncak di atas 8.000 mdpl? Jawaban Khoo, dalam waktu dekat ini belum, sebab pendakian gunung berkategori tersebut menghabiskan dana besar dan waktu yang lama.
Sudah tiga puncak dari 14 puncak di atas 8.000 mdpl yang digapai Khoo. Selain Everest dan K2 adalah Shishapangma (8.013 mdpl). Berarti untuk mensejajarkan diri dengan 29 pendaki penggapai 14 puncak tersebut atau disebut eight-thousander, Khoo masih perlu menyelesaikan 11 puncak lagi.
Untuk menjadi eight-thousander, peluang Indonesia untuk menjadi yang terdepan di Asia jelas tertutup sebab sudah didahului oleh pendaki Korea Selatan, Jepang, Nepal, dan Kazakhstan. Namun, untuk menjadi eight-thousander pertama dari Asia Tenggara, peluang ini masih ada dengan catatan tidak didahului oleh Khoo.
Entah kegiatan alam terbuka seperti apa yang bisa dijadikan Indonesia untuk menjadi yang unggul. Namun, pernyataan Khoo menarik untuk direnungkan. Mimpi besar membuat kita tetap hidup dan bisa diwujudkan dengan permulaan langkah kecil.   Pernyataan itu senada dengan hasil perenungan Mahitala. Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah. Sesuatu yang mustahil menjadi saya mungkinkan (impossible to i'm possible). Dan, lakukanlah demi bangsa Indonesia.

»»  READMORE...

Planet Tetangga di "Gubug Penceng"


 
ESO Ilustrasi Alfa Centauri Bb, planet ekstrasolar terdekat dari Bumi yang berada di sistem 3 bintang.

KOMPAS.com - Sejumlah pakar astronomi menemukan sebuah planet yang mengitari bintang Alpha Centauri B (Kompas 19 Oktober 2012, hal 13 / Kompas.com "Inilah Planet Ekstrasolar Terdekat dari Bumi")

Pada hari yang sama dengan terbitan Kompas itu, majalah astronomi ilmiah dan astronomi utama dunia juga menggambarkan penemuan sensasional tentang planet terdekat dengan Bumi: mengagumkan, baru ditemukan setelah sekian lama dicari.

Bintang Alpha Centauri, yang sejak akhir abad ke-18 diketahui sebagai bintang ganda (berpasangan), adalah bintang terdekat dengan Bumi. Jaraknya hanya 4,4 tahun cahaya dari Matahari (sekitar 40 triliun km). Satu tahun cahaya setara dengan 9,5 triliun km.

Dalam skala astronomi, jarak itu pendek, bagai jarak ”tetangga” di kota besar padat penduduk. Alpha Centauri dan Bumi adalah anggota Galaksi Bimasakti.

Galaksi adalah himpunan 2 triliun aneka ragam massa, warna, dimensi, dan umur bintang. Matahari hanya bintang kecil, salah satu dari pembentuk komponen galaksi yang berupa piringan berdiameter hampir 100.000 tahun cahaya.

Alpha Centauri sudah lama dikenal oleh peradaban kuno dan ilmu astronomi karena cahayanya yang terang dan unik posisinya. Petani, pelaut, dan nenek moyang kita menganggap penting Alpha Centauri karena merupakan bintang nomor tiga paling terang di antero langit dan paling terang di belahan langit selatan. Bintang ini mudah dilihat dengan mata bugil bersama bintang Beta Centauri yang lebih redup.

Di awal musim kering di Jawa, kedua bintang itu muncul di kaki langit sebelah tenggara pada saat matahari tenggelam di ufuk barat. Jika kedua bintang digandeng dengan garis maya, garis sambung itu mengarah ke rasi bintang yang sangat terkenal, yakni rasi Gubug Penceng (nama astronomi: Crux).

Rasi itu berbentuk seperti layang-layang. Gubug Penceng (dalam bahasa Jawa berarti gubuk miring) dalam budaya Barat disebut Salib Selatan. Gubug Penceng menjadi kompas abadi bagi petani dan pelaut karena kedua garis hubung fiktif selalu menunjuk ke arah selatan.

Di Jawa, pada bulan April rasi itu merupakan petunjuk datangnya musim kering. Di tengah musim kemarau (Juni), pada tengah malam, Gubug Penceng berdiri tegak menguasai langit selatan. Di sebelah timur (kiri), tampak mencorong Alpha Centauri dan Beta Centauri. Kedua bintang itu dalam mitologi Jawa merepresentasikan dua bola mata ”wulanjar ngirim”, mata perawan yang hendak mengirim makanan untuk orangtuanya di gubuk miring.

Eksplorasi

Alpha Centauri tidak hanya bintang terdekat dengan Matahari, tetapi juga dapat dikatakan kembarannya. Suhu permukaan keduanya hampir sama, tetapi massa Alpha Centauri 10 persen lebih besar daripada massa Matahari. Karena mirip, tidak heran apabila bintang itu menjadi target pencarian planet serupa Bumi. Harapannya, menemukan planet yang mirip dengan Bumi dan pada jarak bintang induk yang memungkinkan kehidupan berkembang.

Namun, sejak eksplorasi eksoplanet (planet di luar tata surya kita) tahun 1990-an, belum ditemukan planet di dekat Alpha Centauri meski sampai saat ini telah dikukuhkan 870 eksoplanet dan lebih dari 3.000 benda calon planet yang belum memperoleh pengukuhan. Planet seukuran Bumi pertama kali ditemukan pada tahun 1995 beredar mengelilingi bintang yang jauh sekali, bintang 51 Pegassi. Itu pun bukan planet padat, melainkan planet gas raksasa.

Planet baru

Pasangan Alpha Centuri disebut Alpha Centauri B, yang berdansa waltz dengan Alpha Centauri A, dengan periode edar 80 tahun. Alpha Centauri B inilah yang memiliki planet yang ditemukan tahun ini dan merupakan kulminasi pekerjaan selama 3 tahun.

Planet Alpha Centauri B dinamai dengan notasi Alpha Centauri Bb dalam nomenklatur sistem eksoplanet yang menyebabkan gerak Alpha Centauri B bergeser ke arah radial (maju mundur) dengan kecepatan 50 cm per detik. Kecepatan itu hanya bisa diamati dengan spektroskop khusus, sistematik, dan dalam kurun waktu panjang. Tim dengan spektroskop HARPS (High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher) yang dipasang di teleskop 3,6 meter di puncak La Silla, Cile, berhasil menemukan planet tetangga Bumi itu.

Di satu sisi hal itu menyenangkan, tetapi di sisi lain ”mengecewakan” karena jarak planet itu dari Alpha Centauri B hanya seperempat jarak rata-rata Bumi ke Matahari (150 juta kilometer). Jarak itu lebih kecil daripada jarak planet Merkuri ke Matahari.

Hal itu membuat planet Bb beredar cepat sekali, 3,2 hari (satu tahun di planet itu hanya 3,2 hari). Selain itu, muka yang sama terkunci ke arah bintang induknya. Akibatnya, suhu permukaan planet itu dari hari ke hari 1.200 derajat celsius.

Planet itu terletak jauh dari zona kehidupan di sekitar Centaurus B. Namun, dari pengalaman mencari eksoplanet lain, jika ada planet kecil di dekat bintang induknya, planet itu mempunyai ”kawan” planet lain yang agak jauh letaknya.

Inferensi ini memberi harapan bahwa pada suatu saat akan ditemukan planet lain di sekitar Alpha Centauri B. Namun, astronom tidak boleh berpuas diri mengambil kesimpulan bahwa adanya planet tetangga Bumi otomatis menghadirkan planet penyelenggara kehidupan. Masih banyak syarat lain yang harus dipenuhi eksoplanet sebagai palung kehidupan.

Bambang Hidayat Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sumber :
Kompas Cetak
»»  READMORE...

Di Jalanan, "Lagu Cinta" Belalang Bersaing dengan Suara Mobil

 
Wikipedia Chorthippus biguttulus
BIELEFELD, KOMPAS.com — Lingkungan jalanan yang berisik membuat belalang jenis Chorthippus biguttulus beradaptasi. Mereka tak bisa lagi mengumandangkan lagi cinta lembut untuk menarik pasangan. Mereka berusaha menyaingi suara mobil agar panggilan kawin tetap didengar.

Ulrike Lampe, pakar biologi evolusi dari University of Bielefeld, Jerman, mengungkapnya lewat hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Functional Biology pada Rabu (14/11/2012). Lampe merekam 1.000 suara belalang yang tinggal di lingkungan dekat jalan raya.

Belalang jenis tersebut menghasilkan suara dengan menggesekkan bagian serupa gigi pada kaki melawan bagian urat-urat sayap. Suara atau "lagu cinta" belalang diproduksi dalam frekuensi tinggi dan rendah.

Dari hasil penelitian, suara jangkrik yang tinggal di jalanan ternyata berbeda walaupun mereka telah dipindahkan ke tempat yang lebih tenang. Belalang yang tinggal di lingkungan berisik memiliki frekuensi suara lebih tinggi.

"Jadi kami secara relatif yakin bahwa ini efek jangka panjang. Ini mungkin hasil perbedaan genetik ataupun perubahan pada saat stadium larva," kata Lampe, seperti dikutip New York Times, Senin (19/11/2012).

Belalang mungkin bisa beradaptasi dengan lingkungan yang tinggi polusi suara akibat aktivitas manusia. Namun, Lampe mengatakan, ada banyak serangga yang mungkin mengalami gangguan karenanya. Polusi suara juga telah dilaporkan memengaruhi komunikasi katak, burung, dan beberapa mamalia.
 
Sumber :
New York Times
»»  READMORE...

Rumah Tertua di Dunia Berusia 10.000 Tahun

Transport Scotland Rumah tertua di dunia berusia 10.000 tahun ditemukan di Skotlandia.

KOMPAS.com - Rumah prasejarah Skotlandia telah ditemukan saat eskavasi di wilayah Edinburgh, Skotlandia. Rumah ini diperkirakan berdiri pada masa Mesolitikum pada 10.252 tahun yang lalu. Dari uji radiokarbon yang dilakukan, peneliti memperkirakan bahwa ini adalah rumah tertua yang ditemukan di Skotlandia.

"Penemuan ini, khususnya hasil analisa dari laboratorium menambah informasi yang sangat berguna bagi peneliti tentang penduduk dan bangunan awal Skotlandia 10.000 tahun lalu," ungkap Arkeolog Senior, Rod McCullagh. Pada situs tersebut, ditemukan beberapa hal selain lubang pos, seperti titik api, busur panah, dan perkakas prasejarah.

Arkeolog percaya, rumah ini tidak ditempati sepanjang tahun, tetapi hanya saat musim dingin datang. Hal ini karena peneliti juga menemukan buah kemiri dalam jumlah besar di dalam tempat penyimpanan rumah. Project Manager Eskavasi, Ed Bailey mengatakan, "Penemuan sejenis ini langka dan situs ini telah memberikan kita kesempatan untuk mengembangkan pemahaman kita tentang manusia prasejarah."

Ed menambahkan bahwa dengan penemuan ini, gaya hidup Mesolitikum akan terjabarkan lebih detail. "Segala penemuan dan bukti yang dianalisa secara arkeologis dan palaeoenviromental akan membantu kita mengumpulkan teka teki dan gambar detail tentang Mesolitikum," tambahnya. (Dimas Purwaraja/National Geographic Indonesia)
Sumber :
National Geographic Indonesia
»»  READMORE...

Kecerdasan Manusia Berkurang?

Manusia kemungkinan secara bertahap kehilangan kecerdasannya, demikian diungkapkan dalam sebuah penelitian di jurnal “Trends in Genetic” yang dipublikasikan pada 12 November.

Penelitian itu menyatakan, manusia kehilangan tekanan untuk menjadi cerdas melalui evolusi begitu kita mulai bercocok tanam beberapa ribu tahun yang lalu.

“Perkembangan kemampuan intelektual kita serta pengoptimalan ribuan gen kecerdasan mungkin muncul secara nonverbal, yang tersebar di sejumlah kelompok manusia sebelum leluhur kita pindah dari Afrika,” kata penulis penelitian tersebut, Gerald Crabtree, peneliti di Universitas Stanford, dalam sebuah pernyataan.

Menurut Gerald, sejak saat itu kecerdasan mengalami penurunan.

Teori tersebut menuai kritikan. Seorang ilmuwan yang dihubungi LiveScience mengatakan bahwa manusia tidak kehilangan kecerdasan tapi justru mengembangkannya menjadi beberapa jenis kecerdasan yang berbeda. 

Situasi kritis
Kehidupan dan kematian manusia awalnya ditentukan oleh kemampuan ruang mereka, seperti membuat perlindungan dengan cepat atau membuat tombak dari gigi hewan. Meski demikian, kini hampir semua orang melakukan kemampuan ruang untuk melakukan tugas-tugas sederhana seperti mencuci piring atau membersihkan rumput di halaman — tugas-tugas yang sebenarnya membutuhkan banyak kemampuan otak.

Dan kita dapat berterima kasih kepada leluhur kita serta mekanisme seleksi alam atas berbagai kemampuan yang kita miliki. Sementara, kemampuan untuk bermain catur atau membuat puisi nampaknya berkembang sebagai pengaruh leluhur.

Namun setelah penyebaran bercocok tanam, ketika leluhur kita mulai tinggal dalam komunitas pertanian yang padat, kecenderungan untuk mempertahankan gen tersebut dalam posisi puncak turun secara bertahap.

Penelitian tersebut menyatakan bahwa, keuntungan evolusi kecerdasan tidak sehebat masa saat manusia masih berburu dan mengumpulkan makanan.

“Bila manusia pemburu dan peramban tidak punya ide dalam menyediakan tempat tinggal, mereka bisa mati, bersama dengan keturunannya. Sementara itu, seorang eksekutif Wall Street yang melakukan kesalahan yang sama malah akan mendapatkan bonus yang besar dan menjadi pasangan yang menarik. Jelas bahwa seleksi ekstrem adalah hal yang terjadi di masa lalu,” kata peneliti dalam jurnal tersebut.

Gen kecerdasan
Kecerdasan manusia dibentuk oleh antara 2.000 dan 5.000 gen, yang sebenarnya rentan terhadap mutasi, kata para peneliti. Berdasarkan pengetahuan atas tingkat mutasi, tim peneliti menyimpulkan bahwa manusia rata-rata mengalami perubahan dua gen kecerdasan selama lebih dari 3.000 tahun belakangan.

Hipotesis tersebut awalnya banyak ditentang. Lagipula, rata-rata IQ telah mengalami peningkatan di seluruh dunia secara drastis selama 100 tahun terakhir, sebuah fenomena yang dikenal dengan nama Flynn Effect. Namun kebanyakan peningkatan tersebut dihasilkan dari perawatan masa kehamilan yang baik, pemberian nutrisi yang baik dan pengurangan tingkat kandungan bahan kimia terhadap otak, kata Gerald.

Thomas Hills dari Universitas Warwick (yang tidak terlibat dalam penelitian) mengatakan, mutasi gen kecerdasan tidak berarti membuat manusia jadi spesies yang tidak cerdas.

Sebaliknya, mutasi menghilangkan tekanan bagi semua orang untuk menjadi pemburu atau peramban yang ahli. Agar manusia mengembangkan populasi yang lebih beragam dengan jenis kecerdasan yang berbeda, seperti yang dikatakan Thomas.

“Tidak ada orang seperti Stephen Hawking 200 ribu tahun yang lalu. Dia tidak hidup di era itu,” kata Thomas kepada LiveScience. “Namun kini kita memiliki orang dengan kecerdasan seperti dirinya dan berpandangan bahwa kita tidak akan bisa beradaptasi dalam evolusi.”
»»  READMORE...