Social Icons

Selasa, 20 November 2012

Nyamuk Mandul Memberantas DBD

 
Nyamuk Aedes aegipty
Oleh Amanda Putri

KOMPAS.com - Metode pengasapan insektisida untuk memberantas nyamuk demam berdarah dengue belumlah optimal, bahkan membuat nyamuk Aedes aegypti—vektor DBD—menjadi resistan. Kini, ada alternatif mengurangi populasi nyamuk, yakni menebarkan nyamuk-nyamuk mandul.

Bergelut dengan nyamuk sejak tahun 2004, Ali Rahayu, peneliti pada Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), membuktikan, teknologi serangga mandul (TSM) mampu mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti. Teknologi serupa sebelumnya sukses diterapkan pada eradikasi lalat ternak Cochliomyia hominivorax di Pulau Curacao, Amerika Serikat, tahun 1958-1959. Di Indonesia, penelitian fokus pada pengendalian populasi lalat buah Bactrocera carambolae serta nyamuk vektor DBD dan malaria.

Secara teknis, nyamuk jantan dimandulkan dengan diberi paparan radiasi sinar gamma sebesar 70 gray. Nyamuk dimasukkan dalam tabung-tabung kaca berukuran sama dan diletakkan dalam jarak tertentu dari sumber radiasi. Dua menit saja, ratusan hingga ribuan nyamuk menjadi mandul karena kerja sperma mereka terganggu.

Paparan sinar gamma itu tergolong sangat kecil. Bandingkan dengan makanan yang diawetkan dengan paparan sinar gamma yang mencapai 10.000 gray. Oleh karena itu, Ali berpendapat, iradiasi tersebut tak akan menghasilkan mutan dan tak akan berpengaruh pada hewan pemangsa nyamuk dalam rantai mangsa.

Penembakan sinar gamma langsung ke tubuh nyamuk lebih efektif dibandingkan dengan melakukannya pada larva. Larva nyamuk berada di air sehingga menghambat iradiasi. Nyamuk, sejak usia satu hari, sudah memungkinkan untuk dimandulkan.

Nyamuk-nyamuk itu kemudian dilepaskan di rumah-rumah penduduk dengan perbandingan sembilan nyamuk jantan mandul per satu ekor nyamuk di tiap rumah. Artinya, jika ditemukan lima ekor nyamuk, ada 45 nyamuk jantan dilepaskan.

Nyamuk-nyamuk mandul hanya akan mengganggu populasi nyamuk Aedes aegypti karena telur-telur yang dihasilkan nyamuk betina tidak akan terbuahi. Secara teori, otomatis jumlahnya di alam akan berkurang.

Di lapangan, perlakuan seperti itu berlangsung satu kali sepekan dalam lima minggu berturut-turut di tiga tempat, yaitu di Kota Salatiga, Kabupaten Banjarnegara, dan Bangka Barat. Meski dengan kondisi geografis berbeda, cara tersebut menunjukkan hasil serupa. Populasi nyamuk menurun hingga 95,23 persen. Kondisi itu bertahan 3-6 bulan hingga kasus DBD kembali muncul.

Idealnya, lanjut Ali, perlakuan sama harus diulang dalam kurun waktu 3-6 bulan kemudian. Ini jauh lebih efektif ketimbang teknik pengasapan insektisida, yang biasanya hanya bertahan 30 menit dan tak mampu mematikan larva.

Biaya yang dibutuhkan juga jauh lebih murah ketimbang pengasapan. Untuk lima kali pelepasan nyamuk di 100 rumah, misalnya, hanya dibutuhkan biaya Rp 180.000. Bandingkan dengan pengasapan yang bisa mencapai Rp 1 juta dengan frekuensi yang sama.

Masyarakat pun tidak perlu khawatir karena nyamuk jantan tak mengisap darah manusia seperti nyamuk betina yang membutuhkannya untuk mematangkan telur-telurnya. Nyamuk jantan lebih sering hinggap di tanaman dan mengambil sari-sari bunga.

”Pada awalnya agak sulit karena banyak orang justru ketakutan ketika rumah mereka disebar nyamuk meskipun itu adalah nyamuk jantan yang tidak pernah hinggap di tubuh manusia,” ujar Ali.

Meskipun populasi nyamuk Aedes aegypti berkurang, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir (B2P2VRP) Bambang Heriyanto mengungkapkan, tak dapat disimpulkan bahwa kasus DBD ikut berkurang.

”Banyak faktor yang mengakibatkan kasus DBD terjadi. Walaupun lingkungan rumah sudah steril, seseorang dapat terkena virus di lokasi lain,” ujar dia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga Sovie Harjanti menyebutkan, di Kota Salatiga, hingga September 2012, ada 15 kasus DBD ditemukan. Angka kasus terus turun sejak 2010 yang mencapai 155 kasus. Tahun 2012, wilayah endemis DBD yang dijadikan lokasi penelitian, yaitu Kelurahan Sidorejo Lor dan Kelurahan Blotongan, tidak lagi ditemukan kejadian DBD.

”Namun, saya belum dapat menyimpulkan menurunnya angka kasus ini karena uji coba tersebut atau faktor lain. Sebab, cuaca juga mendukung, saat ini musim kemarau lebih panjang,” kata Sovie.

Dikaji lama

Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan Winarno mengungkapkan, pihaknya masih akan mengkaji metode TSM untuk dimasukkan dalam kebijakan. ”Kami perlu berhitung juga, seberapa besar biayanya, dikalikan siklus berapa kali pelepasan harus dilakukan dalam satu tahun, di wilayah mana saja, perlu nyamuk berapa banyak,” ujarnya. Tahun 2008, pengkajian ini sebenarnya sudah dimulai.

Ia mengatakan, TSM kemungkinan akan menjadi salah satu alternatif penanggulangan DBD. Sebab, selama ini, program pemberantasan sarang nyamuk serta pengasapan masih banyak memiliki kelemahan. Penanggulangan DBD akan lebih optimal jika disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan masyarakat setempat.

Secara nasional, angka kasus DBD ditargetkan maksimal apabila mencapai angka 55 kejadian per 100.000 jiwa pada tahun 2014. Winarno optimistis target itu tercapai karena mulai tahun 2011 dan 2012, kasus DBD rata-rata menurun.

Apa pun hasilnya, TSM merupakan cara lain pemanfaatan teknologi nuklir, selain untuk pembangkit listrik yang hingga kini diliputi pro-kontra.
Sumber :
Kompas Cetak
»»  READMORE...

Kopi, Teh, dan Minuman Ringan Kurangi Serapan Kalsium

Shutterstock Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com  - Konsumsi kopi, teh, dan minuman ringan (soft drink) akan mengganggu penyerapan kalsium pada usus. Akibatnya, kepadatan tulang akan terganggu hingga mudah keropos. Ini akan meningkatkan risiko terjadinya patah tulang.
Wakil Ketua Perhimpunan Osteoporosis Indonesia, Siti Annisa Nuhonni di Jakarta, mengatakan, rata-rata konsumsi konsumsi kalsium orang Indonesi sekitar 300 miligram per hari. Padahal, kebutuhan tubuh mencapai 1.000 miligram - 1.500 miligram kalsium per hari.
Meski jumlah asupan kalsium rendah, banyak kalsium yang tidak terserap tubuh dengan baik. Salah satunya akibat konsumsi kopi, teh, atau minuman ringan yang berlebihan.
Kalsium dalam tubuh mudah berikatan dengan protein dan natrium (garam). Akibatnya, banyak kalsium yang dikonsumsi terbuang percuma keluar tubuh. Karena itu, maksimum hanya 50 persen kalsium yang masuk bisa diserap tubuh.  "Cukup konsumsi 1 gelas - 2 gelas kopi atau teh per hari. Jangan berlebihan," tegasnya.
Kalsium diperlukan untuk memperkuat tulang. Makanan yang memiliki kandungan kalsium tinggi adalah susu dan produk turunannya, seperti yogurt dan keju. Namun, kalsium juga bisa diperoleh dari produk pangan murah yang mudah ditemui, seperti ikan teri kering, rebon, dan ikan teri segar.
Sebagai perbandingan, setiap 100 gram ikan teri kering mengandung 1.200 miligram kalsium. Sedang pada satu gelas susu kedelai (250 mililiter) mengandung 250 miligram kalsium.
Editor :
Rusdi Amral
»»  READMORE...

Feses Teri Melawan Perubahan Iklim


 
 Wikimedia Commons Ikan Teri

NEW JERSEY, KOMPAS.com - Ikan teri memang berukuran kecil. Namun, studi membuktikan bahwa ikan ini turut berperan melawan perubahan iklim. Fese ikan teri membantu menyimpan karbon.

Grace Saba dari Rutgers University di New Jersey dan Deborah Steinberg dari Virginia Institute of Marine Science, berdasarkan studinya menuturkan, teri memakan ganggang. Feses sisa pencernaan mendendap dengan cepat di lautan dan membawa karbon.

"Pelet feses dari permukaan bisa bergerak mengendap ke bawah dengan kecepatan hingga 1600 kaki (487 meter) dalam waktu kurang dari sehari selama studi," kata Saba.

Berdasarkan studi, seperti diberitakan Discovery, setiap feses menyimpan karbon hingga 22 mikrogram.

"Dua puluh mikrogram mungkin tak terlihat banyak. Tapi jika Anda mengalikannya dengan jumlah ikan dan feses yang mungkin ada di wilayah kaya nutrisi, jumlahnya akan cukup besar," papar Steinberg.

Dan memang, sebanyak 251 miligram feses per meter persegi mengendap setiap harinya.

"Penemuan kami menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu,feses ikan dapat mengirim material dari permukaan ke kedalaman, dan melakukannya dengan cepat," ungkap Saba.

Ikan teri bukan satu-satunya jenis ikan yang membantu melawan perubahan iklim. Dalam spektrum ukuran yang berbeda, paus sperma juga melakukannya.

Kotoran paus memberi makan flora mikro di permukaan, fitoplankton. Fitoplankton yang mati akan mengendap ke dasar lautan membawa serta karbon dioksida yang diserapnya. Jumlah karbon diokdida yang diserap lewat proses ini bisa mencapai 2 juta ton per tahun.

Diketahui, konsentrasi karbon dioksida yang meningkat di atmosfer berpengaruh pada perubahan iklim. Dengan banyaknya karbon dioksida yang diserap, perubahan iklim bisa dilawan.
 
Sumber :
DISCOVERY
»»  READMORE...

Tikus Hebat Tutup Luka Tanpa Bekas


Ashley W. Seifert Citra mikroskopik jaringan kulit tikus Afrika sebelum dan sesudah regenerasi. Tikus tersebut mampu melakukan regenerasi dengan cepat, menutup luka tanpa bekas.

FLORIDA, KOMPAS.com - Biolog mempelajari tikus endemik Afrika yang  memiliki kemampuan menghindar dari predatornya dengan melepaskan kulit dan menumbuhkan kembali bekas lukanya dengan cepat. Para peneliti berharap, pengetahuan yang didapatkan bisa dipakai untuk mengembangkan cara mengobati luka tanpa meninggalkan bekas.
Tikus Afrika yang dipelajari termasuk dalam genus Acomys. Saat diserang, tikus akan melepaskan kulitnya, kehilangan bagian penutup tubuh itu hingga 60 persen. Namun, regenerasi berlangsung dengan cepat. Tikus bisa mendapatkan kulit baru dalam waktu singkat.
Tim biolog yang dipimpin oleh Ashley W. Seiferat dari University of Florida menangkap dua tikus jenis ini dan mempelajarinya. Paper hasil penelitian mereka dipublikasikan di Jurnal Nature Kamis (27/9/2012).
"Hewan ini terkenal bisa menghilangkan ekornya, tetapi tidak ada seorangpun yang melaporkan bahwa mereka bisa melepaskan kulit dari tubuh mereka sendiri," kata Seifert seperti dikutip Discovery, Rabu (26/9/2012).
Seifert dan rekan-rekannya menjebak dua tikus di Kenya, yakni jenis Acomys kempi dan Acomys percivali. Saat dipegang saja, kulit kedua jenis tikus tersebut langsung lepas. Peneliti membandingkan dua cara memegang yang berbeda, dengan handuk dan tisu.
Setelah tiga hari, lima dari enam bekas luka yang timbul saat penangkapan tertutup dengan sempurna. Lebih mengesankan lagi, tikus ini dapat menumbuhkan kembali rambut yang rusak dan mengembalikan warna aslinya dalam waktu 30 hari.
Elly Tanaka, profesor dari Technical University of Dresden yang fokus pada studi model regenerasi hewan, mengatakan bahwa regenerasi secara cepat adalah hal yang sangat sulit bagi mamalia. Pertumbuhan dan regenerasi tercepat ditemukan pada amfibi seperti salamander.
Untuk menguji seberapa baik kemampuan tikus ini dalam regenerasi jaringan, biolog melukai telinga tikus. Setelah diamati, lubang-lubang tersebut ternyata bisa menutup sempurna. Kemampuan regenerasi tikus tak kalah dengan kemampuan salamander menumbuhkan kembali bagian tubuhnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa mamalia memiliki kemampuan regenerasi lebih tinggi dari yang diduga. Meski demikian, tak diketahui apakah kemampuan regenerasi juga berpengaruh pada kekebalan tikus.
Seifert mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya akan terus mempelajari tikus ini. Mereka berencana untuk mengembangbiakkan tikus ini di Amerika Serikat sehingga riset tentang regenerasi bisa dilakukan secara intensif. Ke depan, prospeknya tak sekedar menyembuhkan luka tanpa bekas.
Sumber :
DISCOVERY
»»  READMORE...

Jejak Isolasi dari Fosil Binatang Purba





KOMPAS.com - Keterpencilan Sulawesi dari pulau-pulau di sekitarnya bisa dilacak dari fosil binatang purba yang ditemukan di pulau ini dan tidak ada padanannya di tempat lain. Di masa lalu, Sulawesi juga memiliki fauna endemis yang terbentuk dari proses adaptasi terhadap lingkungan yang khas.

Fachroel Aziz dalam pidato pengukuhannya sebagai profesor riset bidang paleontologi, Evolusi dan Paleontologi Vertebrata Indonesia: Perspektif Perubahan Iklim (2008) menyebutkan, di Lembah Wallanae, Sulawesi Selatan, ditemukan beberapa fosil vertebrata berumur Pleistosen Awal atau bahkan lebih tua (Pliosen Akhir) yang mencirikan satwa di wilayah terisolasi.

Fosil itu berupa gajah kerdil Elephas celebensis yang unik dengan dua pasang gading di rahang atas dan rahang bawah (semua Elephas hanya memiliki sepasang gading pada rahang atas), Stegodon sompoensis (sejenis gajah kerdil), dan Celebochoerus heekereni (sejenis babi dengan ciri khas taring atas sangat besar).

Berbeda dengan di Jawa, fosil vertebrata di Sulawesi ini menunjukkan tipe fauna yang hidup beradaptasi di lingkungan pulau yang terisolasi. Fauna di daerah yang terisolasi menunjukkan ciri morfologi khusus (endemis). Jenis mamalianya cenderung mengalami pengerdilan (dwarfting), sedangkan jenis kura-kura (reptil) cenderung bertambah besar.

Isolasi merupakan faktor penting dalam perubahan genetika dan dapat pula melahirkan spesies yang berbeda. Dalam satu populasi spesies fauna yang sama dapat dibagi dalam dua atau lebih populasi. Selanjutnya populasi tersebut akan mudah berkembang menjadi dua atau lebih spesies yang berbeda, ketika populasi itu terpisah dalam isolasi genetika dalam jangka waktu lama.

”Inilah yang menyebabkan spesies endemis di Sulawesi jauh berbeda dengan kerabat dekatnya di Sumatera dan Jawa. Bahkan, isolasi bisa menyebabkan terputusnya aliran genetika dari moyang (ancestor) yang berakibat sukar, bahkan tidak mungkin menelusuri moyangnya,” kata Fachroel.

Dia mencontohkan spesies endemis di Sulawesi saat ini seperti anoa (Anoa depressicornis), babirusa (Babyrousa babyrussa), dan berbagai jenis kera yang tidak dapat lagi dilacak asalnya dari fauna purba yang pernah hidup di sana seperti Celebochoerus heekereni, Elephas celebensis, dan Stegodon sompoensis.

Selain di Sulawesi, fosil stegodon kerdil juga ditemukan di Cekungan Soa, Flores. Temuan itu dinamakan Stegodon sondarii. Flores merupakan pulau gunung api yang juga terpencil dan berada di sebelah selatan Sulawesi. Fachroel dan rekannya, Mike John Marwood, profesor arkeologi dari School of Earth and Environmental Sciences, University of Wollongong, Australia, yang melakukan penelitian di Cekungan Soa menduga nenek moyang Stegodon sondarii berasal dari Sulawesi.(Tim Penulis Ekspedisi Cincin Api Kompas)
Sumber :
Kompas Cetak

»»  READMORE...

Bisa Mamba Hitam Melampaui Morfin

 
BBC Ular Mamba Hitam
SOPHIA ANTIPOLIS, KOMPAS.com - Ular mamba hitam yang berasal dari Afrika memang ular yang paling mematikan karena bisanya. Namun di luar dugaan, bisa ular ini juga mengandung senyawa penahan rasa sakit atau analgesik yang mumpuni, melampaui morfin.

Ilmuwan asal Perancis menemukan senyawa tersebut setelah menganalisis bisa dari 50 jenis ular. Ia memublikasikan temuannya di jurnal Nature,  Rabu (3/10/2012). Senyawa protein pada bisa ular mamba yang melampaui morfin itu disebut mambalgins.

Eric Lingueglia dari Institute of Molecular and Cellular Pharmacology di Sophia Antapolis, Perancis, yang menemukan senyawa tersebut mengatakan, "Ketika dites pada tikus putih, senyawa analgesik itu sekuat morfin tapi tidak memiliki kebanyakan efek samping yang dipunyai morfin."

Morfin diketahui beraksi di jalur opioid di otak. Senyawa itu bisa menahan rasa sakit tetapi juga memberi efek ketagihan dan rasa pusing, kesulitan berpikir, muntah dan kekakuan otot. Mambalgin tetap mampu menahan rasa sakit tetapi beraksi lewat jalur berbeda, tanpa berakibat efek samping yang besar.

Lingueglia mengatakan, mekanisme rasa sakit muncul pada manusia dan tikus putih sama. Dengan demikian, mambalgin bisa dikembangkan sebagai senyawa penahan rasa sakit bagi manusia. Tes laboratorium secara in vitro dengan sel manusia juga menunjukkan efek yang sama antara manusia dan tikus.

Namun, seperti dikutip BBC kemarin, ia menambahkan, "Ini masih pada tahap sangat awal, dan tentu sulit untuk mengatakan apakah benar-benar akan berfungsi sebagai penahan rasa sakit pada manusia atau tidak. Studi lanjut masih harus dilakukan pada hewan."

Nicholas Casewell, pakar bisa ular dari Liverpool School of Tropical Medicine mengatakan bahwa bisa ular memang berpotensi sebagai obat. Berkomentar tentang temuan ini, ia mengatakan, " Ini menarik, contoh yang bagus obat dari bisa ular, kita membicarakan kelas analgesik yang baru."

Menurut Casewell, penemuan ini cukup langka. Ia mengatakan, efek analgesik dari mambalgin mungkin terjadi berkat kombinasi dengan senyawa toksik lainnya dalam bisa ular, membuat hewan yang dimangsa tak lari.
Sumber :
»»  READMORE...

Ikan "Monster" Punya Penis Bercabang Empat


 
NC State Foto penis ikan Gambusia quadruncus yang diperbesar, menunjukkan bahwa penis ikan tersebut bercabang empat.


CALIFORNIA, KOMPAS.com - Ilmuwan menemukan spesies ikan baru di Meksiko. Pejantan spesies itu bagaikan monster karena memiliki kelamin serupa penis bercabang empat berbentuk seperti kait. Kelamin yang bercabang memudahkannya "memegang" si betina selama perkawinan.
Ikan yang hidup di air tawar itu dinamakan Ilanos mosquitofish atau Gambusia quadruncus. Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Brian Langerhans dari North Carolina State University memublikasikan temuan itu di Journal of Fish Biology.
Langerhans menjelaskan, alat kelamin jantan yang memiliki kait ini mungkin saja merupakan salah satu cara merespon atau menolak serta pertahanan dirioleh individu betina.
"Biasanya, reproduksi adalah sesuatu yang 'mahal' bagi betina, jadi para betina memilih untuk mengurangi reproduksi dengan pasangan jantan yang kurang berkualitas. Sebaliknya, bagi pejantan, reproduksi adalah sesuatu yang murah, sehingga pejantan berupaya kawin dengan sebanyak mungkin betina," kata Langerhans seperti dikutip Livescience, Kamis (27/9/2012).
Betina spesies Gambusia quadruncus memiliki jaringan berbentuk bola besar yang menutupi sebagian besar pori genital. Alat kelamin bercabang empat ini bisa membantu ikan jantan  mengatasi halangan itu dan sukses mentransfer sperma ke tubuh betina. Fertilisasi Gambusia quadruncus berlangsung internal atau di dalam tubuh.
Spesies dengan keunikan pada alat kelaminnya bukan pertama kali ditemukan. Juli lalu, ilmuwan memublikasikan temuan ikan dengan kelamin di kepala di jurnal Zootaxa. Spesies itu ditemukan di Vietnam.
Selain keunikan pada kelamin, Langerhans juga menguraikan kekhasan lain Gambusia quadruncus. Anus betina spesies ini berwarna-warni. Ia menguraikan, hal itu merupakan adaptasi untuk memberi petunjuk pada pejantan dimana letak pori genital serta menyatakan status reproduksi. Fitur itu juga berguna mencegah cross-breeding.
Sumber :
LiveScience

»»  READMORE...