Social Icons

Selasa, 20 November 2012

Tikus Hebat Tutup Luka Tanpa Bekas


Ashley W. Seifert Citra mikroskopik jaringan kulit tikus Afrika sebelum dan sesudah regenerasi. Tikus tersebut mampu melakukan regenerasi dengan cepat, menutup luka tanpa bekas.

FLORIDA, KOMPAS.com - Biolog mempelajari tikus endemik Afrika yang  memiliki kemampuan menghindar dari predatornya dengan melepaskan kulit dan menumbuhkan kembali bekas lukanya dengan cepat. Para peneliti berharap, pengetahuan yang didapatkan bisa dipakai untuk mengembangkan cara mengobati luka tanpa meninggalkan bekas.
Tikus Afrika yang dipelajari termasuk dalam genus Acomys. Saat diserang, tikus akan melepaskan kulitnya, kehilangan bagian penutup tubuh itu hingga 60 persen. Namun, regenerasi berlangsung dengan cepat. Tikus bisa mendapatkan kulit baru dalam waktu singkat.
Tim biolog yang dipimpin oleh Ashley W. Seiferat dari University of Florida menangkap dua tikus jenis ini dan mempelajarinya. Paper hasil penelitian mereka dipublikasikan di Jurnal Nature Kamis (27/9/2012).
"Hewan ini terkenal bisa menghilangkan ekornya, tetapi tidak ada seorangpun yang melaporkan bahwa mereka bisa melepaskan kulit dari tubuh mereka sendiri," kata Seifert seperti dikutip Discovery, Rabu (26/9/2012).
Seifert dan rekan-rekannya menjebak dua tikus di Kenya, yakni jenis Acomys kempi dan Acomys percivali. Saat dipegang saja, kulit kedua jenis tikus tersebut langsung lepas. Peneliti membandingkan dua cara memegang yang berbeda, dengan handuk dan tisu.
Setelah tiga hari, lima dari enam bekas luka yang timbul saat penangkapan tertutup dengan sempurna. Lebih mengesankan lagi, tikus ini dapat menumbuhkan kembali rambut yang rusak dan mengembalikan warna aslinya dalam waktu 30 hari.
Elly Tanaka, profesor dari Technical University of Dresden yang fokus pada studi model regenerasi hewan, mengatakan bahwa regenerasi secara cepat adalah hal yang sangat sulit bagi mamalia. Pertumbuhan dan regenerasi tercepat ditemukan pada amfibi seperti salamander.
Untuk menguji seberapa baik kemampuan tikus ini dalam regenerasi jaringan, biolog melukai telinga tikus. Setelah diamati, lubang-lubang tersebut ternyata bisa menutup sempurna. Kemampuan regenerasi tikus tak kalah dengan kemampuan salamander menumbuhkan kembali bagian tubuhnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa mamalia memiliki kemampuan regenerasi lebih tinggi dari yang diduga. Meski demikian, tak diketahui apakah kemampuan regenerasi juga berpengaruh pada kekebalan tikus.
Seifert mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya akan terus mempelajari tikus ini. Mereka berencana untuk mengembangbiakkan tikus ini di Amerika Serikat sehingga riset tentang regenerasi bisa dilakukan secara intensif. Ke depan, prospeknya tak sekedar menyembuhkan luka tanpa bekas.
Sumber :
DISCOVERY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar