Ashley W. Seifert
Citra mikroskopik jaringan kulit tikus Afrika sebelum dan
sesudah regenerasi. Tikus tersebut mampu melakukan regenerasi dengan
cepat, menutup luka tanpa bekas.
FLORIDA, KOMPAS.com
- Biolog mempelajari tikus endemik Afrika yang memiliki kemampuan
menghindar dari predatornya dengan melepaskan kulit dan menumbuhkan
kembali bekas lukanya dengan cepat. Para peneliti berharap, pengetahuan
yang didapatkan bisa dipakai untuk mengembangkan cara mengobati luka
tanpa meninggalkan bekas.
Tikus Afrika yang dipelajari termasuk dalam genus Acomys. Saat diserang, tikus akan melepaskan kulitnya, kehilangan bagian penutup tubuh itu hingga 60 persen. Namun, regenerasi berlangsung dengan cepat. Tikus bisa mendapatkan kulit baru dalam waktu singkat.
Tim biolog yang dipimpin oleh Ashley W. Seiferat dari University of Florida menangkap dua tikus jenis ini dan mempelajarinya. Paper hasil penelitian mereka dipublikasikan di Jurnal Nature Kamis (27/9/2012).
Tikus Afrika yang dipelajari termasuk dalam genus Acomys. Saat diserang, tikus akan melepaskan kulitnya, kehilangan bagian penutup tubuh itu hingga 60 persen. Namun, regenerasi berlangsung dengan cepat. Tikus bisa mendapatkan kulit baru dalam waktu singkat.
Tim biolog yang dipimpin oleh Ashley W. Seiferat dari University of Florida menangkap dua tikus jenis ini dan mempelajarinya. Paper hasil penelitian mereka dipublikasikan di Jurnal Nature Kamis (27/9/2012).
"Hewan ini terkenal bisa
menghilangkan ekornya, tetapi tidak ada seorangpun yang melaporkan
bahwa mereka bisa melepaskan kulit dari tubuh mereka sendiri," kata
Seifert seperti dikutip Discovery, Rabu (26/9/2012).
Seifert dan rekan-rekannya menjebak dua tikus di Kenya, yakni jenis Acomys kempi dan Acomys percivali. Saat
dipegang saja, kulit kedua jenis tikus tersebut langsung lepas.
Peneliti membandingkan dua cara memegang yang berbeda, dengan handuk dan
tisu.
Setelah tiga hari, lima dari enam bekas luka yang timbul saat penangkapan tertutup dengan sempurna. Lebih mengesankan lagi, tikus ini dapat menumbuhkan kembali rambut yang rusak dan mengembalikan warna aslinya dalam waktu 30 hari.
Setelah tiga hari, lima dari enam bekas luka yang timbul saat penangkapan tertutup dengan sempurna. Lebih mengesankan lagi, tikus ini dapat menumbuhkan kembali rambut yang rusak dan mengembalikan warna aslinya dalam waktu 30 hari.
Elly Tanaka,
profesor dari Technical University of Dresden yang fokus pada studi
model regenerasi hewan, mengatakan bahwa regenerasi secara cepat adalah
hal yang sangat sulit bagi mamalia. Pertumbuhan dan regenerasi
tercepat ditemukan pada amfibi seperti salamander.
Untuk menguji seberapa baik kemampuan tikus ini dalam regenerasi jaringan, biolog melukai telinga tikus. Setelah diamati, lubang-lubang tersebut ternyata bisa menutup sempurna. Kemampuan regenerasi tikus tak kalah dengan kemampuan salamander menumbuhkan kembali bagian tubuhnya.
Untuk menguji seberapa baik kemampuan tikus ini dalam regenerasi jaringan, biolog melukai telinga tikus. Setelah diamati, lubang-lubang tersebut ternyata bisa menutup sempurna. Kemampuan regenerasi tikus tak kalah dengan kemampuan salamander menumbuhkan kembali bagian tubuhnya.
Penelitian
ini menunjukkan bahwa mamalia memiliki kemampuan regenerasi lebih
tinggi dari yang diduga. Meski demikian, tak diketahui apakah kemampuan
regenerasi juga berpengaruh pada kekebalan tikus.
Seifert mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya akan terus mempelajari tikus ini. Mereka berencana untuk mengembangbiakkan tikus ini di Amerika Serikat sehingga riset tentang regenerasi bisa dilakukan secara intensif. Ke depan, prospeknya tak sekedar menyembuhkan luka tanpa bekas.
Seifert mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya akan terus mempelajari tikus ini. Mereka berencana untuk mengembangbiakkan tikus ini di Amerika Serikat sehingga riset tentang regenerasi bisa dilakukan secara intensif. Ke depan, prospeknya tak sekedar menyembuhkan luka tanpa bekas.
Sumber :
DISCOVERY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar