shutterstock
KOMPAS.com - Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitat Rovirai Virgili dan
Catalan Institute of Human Paleoecology and Social Evolution, Spanyol,
mengungkapkan bahwa manusia dari era Upper Paleolithic sudah melakukan
daur ulang terhadap peralatan batu mereka untuk digunakan sebagai alat
lain.
Studi ini dilakukan berdasarkan pengamatan pada artefak hangus yang ditemukan di kawasan Moli del Salt di Tarragona, Spanyol. Sebelumnya, daur ulang terhadap perangkat batu zaman pra sejarah sulit dilacak karena tidak ada rekaman arkeologis. Namun, setelah ditemukan bukti, seperti pada laporan yang dituangkan di jurnal Archaeological Science, tampaknya praktek itu dimungkinkan.
“Untuk mengidentifikasi daur ulang, sangatlah penting untuk membedakan dua tahap pembuatan sebuah benda. Saat sebelum dia dibentuk dan saat sesudahnya. Kedua bentuk dipisahkan oleh sebuah interval di mana benda itu telah mengalami modifikasi,” kata Manuel Vaquero, peneliti dari Universitat Rovira I Virgili.
“Ini merupakan kali pertama sebuah studi sistematik seperti ini dilakukan,” ucapnya.
Dalam studinya, para arkeolog menemukan banyak sisa-sisa pembakaran di Moli del Salt yang diperkirakan berasal dari era Upper Palaeolithic, sekitar 13 ribu tahun lalu. Para pakar menyatakan, pemilihan artefak sisa pembakaran dilakukan karena mereka bisa menginformasikan dengan mudah apakah mereka telah dimodifikasi setelah dikenai api.
Dari penelitian yang dilakukan, terindikasi bahwa praktek daur ulang terhadap alat-alat sehari-hari merupakan tindakan yang jamak dilakukan di masa tersebut. Perangkat daur ulang sendiri lebih banyak digunakan untuk aktivitas domestik dan tampaknya terkait dengan kebutuhan alat yang mendesak. Sayangnya, praktek daur ulang ini tidak terdokumentasi dalam catatan sejarah, seperti halnya pendokumentasian artefak-artefak lain.
Menggunakan peralatan yang didaur ulang membuat manusia-manusia tersebut tidak perlu bepergian jauh dari perkampungan mereka demi mencari bahan baku untuk alat-alat yang mereka butuhkan. “Mereka cukup memakai peralatan-peralatan yang ditinggalkan oleh kelompok-kelompok lain yang pernah menghuni kawasan tertentu,” ucap Vaquero.
Meski demikian, saat menganalisa situs arkeolog tersebut, Vaquero dan timnya mengingatkan bahwa manusia yang menempati kawasan Moli del Salt bisa saja telah membawa benda-benda daur ulang tersebut dari tempat mereka pertama kali menemukannya. “Ada kemungkinan juga bahwa mereka melakukan penggalian atau menyingkirkan sedimen saat mencari alat-alat yang mereka butuhkan itu,” ucapnya.(Abiyu Pradipa/National Geographic Indonesia)
Studi ini dilakukan berdasarkan pengamatan pada artefak hangus yang ditemukan di kawasan Moli del Salt di Tarragona, Spanyol. Sebelumnya, daur ulang terhadap perangkat batu zaman pra sejarah sulit dilacak karena tidak ada rekaman arkeologis. Namun, setelah ditemukan bukti, seperti pada laporan yang dituangkan di jurnal Archaeological Science, tampaknya praktek itu dimungkinkan.
“Untuk mengidentifikasi daur ulang, sangatlah penting untuk membedakan dua tahap pembuatan sebuah benda. Saat sebelum dia dibentuk dan saat sesudahnya. Kedua bentuk dipisahkan oleh sebuah interval di mana benda itu telah mengalami modifikasi,” kata Manuel Vaquero, peneliti dari Universitat Rovira I Virgili.
“Ini merupakan kali pertama sebuah studi sistematik seperti ini dilakukan,” ucapnya.
Dalam studinya, para arkeolog menemukan banyak sisa-sisa pembakaran di Moli del Salt yang diperkirakan berasal dari era Upper Palaeolithic, sekitar 13 ribu tahun lalu. Para pakar menyatakan, pemilihan artefak sisa pembakaran dilakukan karena mereka bisa menginformasikan dengan mudah apakah mereka telah dimodifikasi setelah dikenai api.
Dari penelitian yang dilakukan, terindikasi bahwa praktek daur ulang terhadap alat-alat sehari-hari merupakan tindakan yang jamak dilakukan di masa tersebut. Perangkat daur ulang sendiri lebih banyak digunakan untuk aktivitas domestik dan tampaknya terkait dengan kebutuhan alat yang mendesak. Sayangnya, praktek daur ulang ini tidak terdokumentasi dalam catatan sejarah, seperti halnya pendokumentasian artefak-artefak lain.
Menggunakan peralatan yang didaur ulang membuat manusia-manusia tersebut tidak perlu bepergian jauh dari perkampungan mereka demi mencari bahan baku untuk alat-alat yang mereka butuhkan. “Mereka cukup memakai peralatan-peralatan yang ditinggalkan oleh kelompok-kelompok lain yang pernah menghuni kawasan tertentu,” ucap Vaquero.
Meski demikian, saat menganalisa situs arkeolog tersebut, Vaquero dan timnya mengingatkan bahwa manusia yang menempati kawasan Moli del Salt bisa saja telah membawa benda-benda daur ulang tersebut dari tempat mereka pertama kali menemukannya. “Ada kemungkinan juga bahwa mereka melakukan penggalian atau menyingkirkan sedimen saat mencari alat-alat yang mereka butuhkan itu,” ucapnya.(Abiyu Pradipa/National Geographic Indonesia)
Editor :
yunan