Christopher Henshilwood
Beragam peralatan yang dihasilkan manusia di awal revolusi teknologi di Afrika Selatan.
JOHANNESBURG, KOMPAS.com
— Jika Amerika Serikat adalah pusat teknologi pada masa modern, dilihat
dari inovasi, publikasi ilmiah, dan peraih nobel, Afrika Selatan bisa
dikatakan "Amerika" pada zaman purba. Di sanalah, para perekayasa mulai
berkarya melahirkan teknologi yang diperlukan pada masa itu.
Hal itu terungkap dalam hasil studi Christopher Henshilwood, arkeolog dari Wits University di Johannesburg. Makalah berjudul "Late Pleistocene Techno-traditions in Southern Africa: A Review of the Still Bay and Howiesons Poort, c. 75 ka" yang menguraikan hasil studi itu diterbitkan di jurnal World Prehistory, Kamis (6/12/2012).
Dalam makalah itu, Henshilwood mengungkapkan bahwa ada dua periode yang merujuk pada revolusi teknologi pada zaman purba, yaitu Still Bay techno tradition (75.000-70.000 tahun lalu) dan Howiesons Poort techno tradition (65.000-60.000 tahun lalu).
Berdasarkan hasil penelitian, pada masa itulah Homo sapiens mulai menciptakan teknologi. Sejumlah alat dihasilkan, di antaranya seni abstrak pertama di telur burung unta, perhiasan pertama, alat batu pertama, serta anak panah batu pertama yang dilepaskan dengan busur.
"Semua inovasi itu, dan banyak lagi yang baru saja ditemukan, menunjukkan dengan jelas bahwa Homo sapiens di Afrika bagian selatan pada masa itu cerdas dan punya perilaku seperti kita," kata Henshilwood, seperti dikutip Physorg, Rabu hari ini.
Henshilwood dalam makalahnya juga menguraikan faktor pendorong munculnya inovasi itu. Menurut dia, inovasi dipacu oleh masalah kependudukan dan perubahan iklim, terutama naiknya permukaan air laut, yang menjadi ancaman saat itu.
Hasil penelitian Henshilwood menantang pandangan sebelumnya bahwa perilaku dan teknologi manusia berkembang dari manusia Eropa 40.000 tahun lalu. Perilaku kompleks dan teknologi manusia ternyata bermula di Afrika, wilayah yang kini kadang diasosiasikan dengan keterbelakangan.
Hal itu terungkap dalam hasil studi Christopher Henshilwood, arkeolog dari Wits University di Johannesburg. Makalah berjudul "Late Pleistocene Techno-traditions in Southern Africa: A Review of the Still Bay and Howiesons Poort, c. 75 ka" yang menguraikan hasil studi itu diterbitkan di jurnal World Prehistory, Kamis (6/12/2012).
Dalam makalah itu, Henshilwood mengungkapkan bahwa ada dua periode yang merujuk pada revolusi teknologi pada zaman purba, yaitu Still Bay techno tradition (75.000-70.000 tahun lalu) dan Howiesons Poort techno tradition (65.000-60.000 tahun lalu).
Berdasarkan hasil penelitian, pada masa itulah Homo sapiens mulai menciptakan teknologi. Sejumlah alat dihasilkan, di antaranya seni abstrak pertama di telur burung unta, perhiasan pertama, alat batu pertama, serta anak panah batu pertama yang dilepaskan dengan busur.
"Semua inovasi itu, dan banyak lagi yang baru saja ditemukan, menunjukkan dengan jelas bahwa Homo sapiens di Afrika bagian selatan pada masa itu cerdas dan punya perilaku seperti kita," kata Henshilwood, seperti dikutip Physorg, Rabu hari ini.
Henshilwood dalam makalahnya juga menguraikan faktor pendorong munculnya inovasi itu. Menurut dia, inovasi dipacu oleh masalah kependudukan dan perubahan iklim, terutama naiknya permukaan air laut, yang menjadi ancaman saat itu.
Hasil penelitian Henshilwood menantang pandangan sebelumnya bahwa perilaku dan teknologi manusia berkembang dari manusia Eropa 40.000 tahun lalu. Perilaku kompleks dan teknologi manusia ternyata bermula di Afrika, wilayah yang kini kadang diasosiasikan dengan keterbelakangan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar