Konsumsi makanan tinggi garam, gula, dan lemak dalam jangka panjang berbahaya bagi kesehatan. Membiasakan pola makan
sehat sejak muda dapat mengurangi risiko penyakit degeneratif, seperti
tekanan darah tinggi, gangguan jantung, dan gangguan ginjal.
Guru
Besar Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Ginjal-Hipertensi, Departemen
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit dr
Cipto Mangunkusumo, Suhardjono, Rabu (24/4), di Jakarta, mengatakan,
untuk hidup sehat, tubuh memerlukan nutrisi penting seperti karbohidrat,
lemak, dan protein, serta nutrisi tambahan seperti vitamin dan mineral.
”Nutrisi
tersebut harus dikonsumsi semua, tidak boleh ada yang ditinggalkan.
Namun, bila konsumsi karbohidrat dan lemak berlebihan, bisa
mengakibatkan kegemukan yang mengundang berbagai penyakit,” katanya.
Kegemukan,
kata Suhardjono, berpotensi menyebabkan tekanan darah tinggi, gangguan
insulin, dan peradangan. Faktor-faktor itu dalam jangka panjang
berpotensi merusak ginjal.
Saat ini, kasus gagal ginjal terus
meningkat dan berdampak meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular
alias gangguan jantung dan pembuluh darah. Kematian pasien gagal ginjal
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah sangat tinggi. Berdasarkan
data Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 2000, 56 juta kematian di
dunia setiap tahun disebabkan penyakit ginjal.
Pola makan sehat
Untuk
menekan faktor risiko terjadinya kerusakan ginjal, Suhardjono
menyarankan pola makan sehat. Maksudnya, pola makan yang lebih banyak
porsi air, sayur, dan buah sesuai piramida makanan. ”Makanan berlemak,
berminyak, dan manis berada di ujung tertinggi piramida sehingga
porsinya lebih kecil,” katanya.
Pola makan sehat harus diterapkan
sejak dini. ”Pada bayi sampai usia empat tahun, sel lemak masih
dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Tapi setelah itu, sel tidak lagi
tumbuh, melainkan akan membesar. Jika makan terlalu banyak lemak, bisa
terjadi kegemukan bahkan obesitas,” kata Suhardjono.
Dokter
spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Santoso Karo Karo, mengatakan, diet
yang seimbang dibutuhkan agar kondisi jantung tetap sehat. Konsumsi
garam yang berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi.
Pada akhirnya, hal itu membuat kerja jantung lebih berat.
Santoso
mengatakan, pola makan yang sehat harus meminimalkan asupan garam,
gula, dan lemak. Sebaliknya, kaya serat seperti sayur, buah, dan
biji-bijian.
”Kalori dari gula tidak boleh lebih dari 10 persen
dari total kebutuhan sehari karena sumber gula bermacam-macam. Garam
tidak lebih dari 6 gram. Lemak berkisar 5-10 persen dari makanan yang
kita makan,” katanya.
Di Indonesia, pola makan rendah garam sulit
diterapkan karena banyak makanan yang diasinkan. Masyarakat juga
umumnya masih mementingkan asupan karbohidrat banyak. ”Yang penting
kenyang,” ujarnya.
Rendahnya aktivitas fisik dan jarang
berolahraga memperbesar risiko terjadinya penyakit jantung. Sesuai
rekomendasi World Society of Sport, orang berusia 25-55 tahun
disyaratkan berjalan setidaknya 10.000 langkah setiap hari atau
rata-rata 3,5 kilometer.
Pola makan sehat rendah garam, gula, dan
lemak, kata Santoso, sebaiknya diterapkan sejak anak dalam kandungan.
Mengurangi garam saat hamil dapat menghindarkan ibu dari preeklamsia dan
bayi lahir dengan berat badan rendah. Bayi seperti ini berpotensi
terkena penyakit jantung di masa dewasa.
Mengurangi asupan gula
saat hamil dapat menekan risiko bayi lahir dengan berat badan berlebih
dan nantinya berisiko menderita diabetes. (DOE)