Social Icons

Selasa, 09 April 2013

Bulan Jupiter Punya Senyawa Pendukung Kehidupan

NASA / wikipedia.org Europa, salah satu Bulan yang mengitari Planet Jupiter. Foto diambil dari wahana luar angkasa Galileo.


CALIFORNIA, Europa, bulan berlapis es yang mengitari Planet Jupiter, ternyata menyimpan senyawa yang berpotensi untuk kehidupan. Potensi tersebut terungkap berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Jet Propulsion Laboratory, NASA, bersama peneliti California Institute of Technology di Pasadena, California.
Tim peneliti menemukan kandungan hidrogen peroksida dalam konsentrasi tinggi di sisi Europa yang mengorbit ke Jupiter. Jika hidrogen peroksida dapat bercampur dengan air di lautan bawah lapisan es Europa, maka material untuk mendukung kehidupan dapat tercipta.
"Kehidupan, seperti yang kita ketahui, membutuhkan cairan, elemen-elemen seperti karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur. Perlu beberapa bentuk energi kimia dan cahaya untuk menjadikannya energi," ujar Kevin Hand dari Jet Propulsion Laboratory milik NASA, sekaligus ketua tim peneliti.
"Europa memiliki cairan dan elemen (pendukung kehidupan). Menurut kami, senyawa seperti peroksida mungkin merupakan bagian penting dari pembentukan energi. Keberadaan oksidan seperti peroksida di Bumi adalah bagian penting dalam perkembangan kehidupan yang kompleks, kehidupan multiseluler," jelas Hand yang dikutip Space.com, Jumat (5/4/2013) lalu.
Dinyatakan NASA, hidrogen peroksida yang ada di Europa tercipta akibat paparan radiasi intens terhadap permukaan bulan ketika bergerak melintasi medan magnet Jupiter yang sangat kuat.
Pada bagian dengan konsentrasi tertinggi, konsentrasi peroksida sekitar 0,12 persen. Jumlah itu sekitar 20 kali lebih encer daripada larutan hidrogen peroksida botolan yang biasa dijual di toko obat di Bumi.
Hidrogen peroksida sangat menentukan kemampuan planet mendukung kehidupan. Hal ini karena ketika bercampur dengan molekul air, hidrogen peroksida akan melepaskan oksigen. Oksigen merupakan kebutuhan utama kehidupan yang dikenal manusia di Bumi.
"Di Europa, kelimpahan senyawa seperti peroksida akan membantu memenuhi kebutuhan energi kimia yang dibutuhkan untuk kehidupan di dalam lautan, apabila peroksida itu bercampur dengan air di lautan," ujar Hand.
Studi ini dilakukan dengan menganalisis hasil observasi Europa pada tahun 2011 dengan teleskop Keck II di Hawaii. Teleskop itu mengobservasi dengan basis inframerah. Hasil studi ini telah dipublikasikan di Astrophysical Journal Letters.


Sumber :
»»  READMORE...

Margaret Thatcher, "Wanita Besi", dan Kelembutan Es Krim

Royal Society Margaret Thatcher pada tahun 1951


Perdana Menteri perempuan pertama dan satu-satunya di Inggris, Margaret Thatcher, meninggal dunia pada Senin (8/42013). Banyak yang mengenang Thatcher sebagai "wanita besi", seperti yang tergambar dalam "The Iron Lady" yang ditayangkan di bioskop beberapa waktu lalu.

Banyak yang sudah mengetahui mengapa Thatcher dijuluki wanita besi. Julukan tersebut mulai diberikan oleh wartawan militer Uni Soviet, Kapten Yuri Gavrilov. Thatcher konsisten menentang Uni Soviet dan komunisme. Julukan ini kali pertama muncul di Red Star, 24 Januari 1976.

Namun, tahukah bahwa Thatcher yang "keras" ternyata berperan menciptakan kelembutan? Thatcher si wanita besi ternyata seorang lulusan kimia Universitas Oxford dan berperan dalam penemuan es krim bertekstur lembut.

Diberitakan The Atlantic, Senin, Thatcher melakukan penelitian untuk menciptakan produk es krim lembut bersama timnya pada 1949. Saat itu, ia bekerja pada sebuah industri kue dan teh yang juga menjual es krim bernama J Lyons and Co.

Untuk menciptakan es krim lembut, Thatcher dan timnya menggunakan emulsifier atau bahan kimia yang berfungsi membuat campuran, emulsi. Tujuan penggunaan emulsifier adalah menciptakan es krim lebih lembut dan mengurangi penggunaan bahan baku sehingga ongkos produksi bisa diturunkan.

Thatcher dan timnya berhasil menuntaskan penelitian. Ongkos produksi perusahaan berhasil diturunkan. Sementara produk es krim yang tercipta kemudian bisa dipompa dengan mesin, tak harus disendok menggunakan scoop.

Berkat karya Thatcher, kini manusia bisa menikmati es krim lembut dalam produk ice cream cone ataupun sundae di banyak restoran cepat saji. Produk semakin lembut dan inovatif dengan bantuan peneliti industri lain.

Karier Thatcher sebagai peneliti tak bertahan lama. Tahun 1952, ia berhenti dari J Lyons and Co dan mulai meniti karier di bidang politik. Ia mulai belajar hukum pajak, memenangkan kursi di parlemen hingga puncaknya menjadi perdana menteri.



Sumber :
»»  READMORE...

Ilmuwan Temukan "Gerbang Neraka"

 
Fransesco DAndria Rekonstruksi digital Gerbang Neraka

ISTANBUL, Arkeolog Italia menemukan "Gerbang Neraka" di daerah di Turki bernama Pamukkale. Gerbang Neraka ini diduga digunakan oleh masyarakat Yunani dan Romawi sebagai tempat menggelar ritual persembahan kepada dewa tanah.

Pengertian Gerbang Neraka pastinya bukan gerbang menuju neraka. Gerbang ini sejatinya merupakan goa, kadang juga disebut "Gerbang Pluto". Goa ini merupakan bagian dari mitologi Yunani dan Romawi Kuno.

Gerbang Neraka ditemukan oleh Francesco D'Andria, profesor arkeologi klasik dari University of Salento, Italia. Goa itu disebut Gerbang Neraka karena adanya gas beracun yang keluar darinya, mengakibatkan kematian pada hewan yang terjebak.

Sifat racun gas yang keluar dari goa itu pernah dicatat oleh ahli geografi Yunani Kuno, Strabo (64 SM - 24 M). "Goa ini penuh uap air dan pekat sehingga setiap orang akan sangat sulit melihat permukaan goa. Tiap hewan yang masuk ke dalamnya akan mati secara cepat," tulis Strabo.

"Saya melempar seekor burung gereja ke dalam goa tersebut, dan dalam waktu singkat burung itu kehabisan napas dan mati," tulis Strabo mendeskripsikan bagaimana ia membuktikan sifat racun gas dari Gerbang Neraka.

D'Andria sendiri membuktikan sifat racun gerbang itu saat ekskavasi. Banyak burung mati saat mereka bergerak mendekati goa. Mereka terbunuh oleh gas karbon dioksida konsentrasi tinggi dalam goa itu.

Alkisah, hanya para kasim Cybele, dewi kesuburan kuno, yang dapat memasuki gerbang itu. Para kasim itu menahan napas sebisa mungkin sehingga tak menghirup gas racun dari Gerbang Neraka.

D'Andria menemukan Gerbang Neraka setelah menjalankan penelitian arkeologi intensif di Kawasan Cagar Budaya Hierapolis. Didirikan pada tahun 190 SM oleh Eumenes II, Raja Pergamum, Hierapolis diserahkan pada Roma tahun 130 SM.

Kawasan Cagar Budaya Hierapolis terletak di kota Phrygia, berdekatan dengan Anatolia. Kompleks tersebut memiliki banyak kuil, panggung, serta permandian air panas yang dianggap sakral, yang dipercaya memiliki daya penyembuhan penyakit.

Seperti dikutip Discovery, Jumat (29/3/2013), D'Andria mengatakan, "Kami menemukan Plutonium (gerbang) dengan merekonstruksi rute dari mata air panas. Ya, pemandian air panas Pamukkale yang menghasilkan white travertine terrace bersumber dari goa ini."

Bersama dengan penemuan ini, D'Andria juga menemukan reruntuhan yang mungkin terjadi akibat gempa. Ada pula penyangga semikolom Ionic, tempat pijakan di atas goa, serta prasasti tanda pemujaan dewa bawah tanah, Pluto dan Kore. Temuan sesuai gambaran lokasi dalam berbagi dokumen.

Gerbang Neraka merupakan tempat menggelar ritual. Ritual mencakup prosesi menggiring hewan mendekati gerbang dan menariknya hingga masuk ke dalamnya dan mati. Ritual ini bisa disaksikan publik masa lalu.

"Orang-orang bisa melihat ritual sakral itu dari anak tangga, tetapi mereka tak dapat mendekat ke area di dekat mulut goa. Hanya para pemuka agama yang dapat berdiri di depan portal," ungkap D'Andria.


Sumber :
DISCOVERY
»»  READMORE...

Apakah Manusia Perlu Tuhan untuk Menjadi Bermoral?

 
Alejandro Gonzales/USA Today Ilustrasi. Frans de Wall, ahli primata Emory University mengatakan, manusia tak perlu Tuhan untuk punya moralitas.

Mana yang lebih tepat? Apakah manusia bermoral karena percaya Tuhan atau manusia percaya Tuhan karena manusia bermoral. Hingga kini, jawaban pasti pertanyaan itu masih menjadi perdebatan.

Frans de Waal, ahli primata ternama dunia, biolog di Emory University dan Direktur Living Links Center di Yerkes Primate Center di Atlanta, mencoba memberi uraian untuk menuju pada jawaban akan pertanyaan tersebut lewat bukunya, The Bonobo and the Atheist.

Agamawan dan kaum pemeluk agama yang taat pastinya akan menjawab bahwa manusia bermoral karena percaya Tuhan. Namun, De Waal menjawab sebaliknya. Menurutnya, manusia percaya Tuhan karena manusia bermoral.

Jawaban De Waal didasarkan atas hasil penelitian selama bertahun-tahun pada perilaku primata besar seperti simpanse dan bonobo. Ia menunjukkan bahwa moralitas berkembang sebelum manusia dan kebudayaan manusia berkembang.

Penelitian menunjukkan bahwa primata besar memiliki empati. Mereka memiliki rasa keadilan, mereka bisa memelihara dan peduli satu sama lain serta mampu berbagi dengan individu lain yang kurang beruntung.

Karakter primata yang menyerupai sifat manusia tersebut membuat De Waal berpikir bahwa primata pun punya akar moralitas. Walaupun, memang, primata selain manusia belum bisa dikatakan bermoral; primata punya penyusun utama moralitas.

Dalam bukunya, De Waal menuliskan, "Ada sedikit bukti bahwa hewan menilai kesesuaian suatu aksi yang tak secara langsung berdampak pada dirinya. Dalam perilaku ini, kita pun mengenal nilai yang sama."

"Saya mengambil petunjuk-petunjuk kepedulian pada komunitas ini sebagai tanda bahwa penyusun utama moralitas lebih tua dari kemanusiaan, dan kita tidak perlu Tuhan untuk menjelaskan bagaimana kita bisa sampai pada posisi kita sekarang," tulis De Waal seperti dikutip ABC News, Senin (8/4/2013).

De Waal yang juga seorang ateis menegaskan, moralitas berkembang dari proses perkembangan spesies manusia itu sendiri, bukan diberikan oleh Tuhan. Ia mengungkapkan tanda lain adanya moralitas pada primata. Salah satunya, primata selain manusia juga bisa merasa bersalah.

Kasus tersebut dijumpai pada bonobo bernama Lody di Kebun Binatang Milwaukee County. Bonobo itu menggigit tangan dokter hewan yang memberikannya vitamin. Akibat gigitan, dokter hewan tersebut kehilangan satu jari.

Mendengar teriakan sang dokter saat jarinya digigit, Lody menengok ke atas dan terkejut. Ia lalu melepaskan tangan yang sudah kehilangan satu jari itu. Hari berikutnya, saat dokter hewan kembali menengoknya, Lody lari ke sebuah sudut, menundukkan kepala dan melingkarkan tangan di tubuhnya.

Yang mengejutkan, 15 tahun setelah berpisah dengan dokter hewan itu, Lody tetap mengenalinya dan mengingat kesalahannya. Saat dokter hewan itu berdiri di kerumunan, Lody berlari ke dokter itu seraya melihat tangan kiri sang dokter. Lody terus melihat tangan dan wajah dokter itu.

Apa yang dilakukan Lody menjadi bukti adanya bibit-bobot moralitas pada hewan. Apakah Lody merasa malu? Atau, apakah dia takut akan pembalasan? Yang jelas, apa yang dilakukan Lody adalah bukti bahwa dia merasa bersalah, sekaligus menjadi tanda bahwa ia punya bibit moralitas.

Berkali-kali, para ahli primata juga mendokumentasikan rasa bersalah, sedih, dan iba saat pada individu lain yang sekarat, pada ibu kera yang kehilangan anaknya, serta memelihara anakan yang kehilangan orangtuanya.

"Beberapa orang mengatakan, hewan adalah diri mereka sendiri, sementara manusia mengikuti sesuatu yang ideal, tapi itu terbukti salah. Bukan karena kita tak punya sesuatu yang ideal tetapi karena mereka pun memilikinya," tulis De Waal.

Ada satu kasus menarik. Bonobo pun tahu cara mencegah perang. Koloni bonobo kadang berkumpul saat dua pejantan akan berperang. Yang menarik, saat perang telah siap dimulai, bonobo betina yang ada di sekitarnya justru mulai bercinta dengan sesama ataupun lawan jenisnya.

Dalam sudut pandang manusia, apa yang dilakukan bonobo itu bisa disebut orgy. Lalu, apakah orgy adalah wujud moral? Pastinya, bagi manusia, hal itu tidak bermoral. Namun mungkin, bonobo hanya menyadari bahwa memang lebih baik bercinta daripada berperang.



Sumber :
ABCNews
»»  READMORE...

Kadar Merkuri dalam Ikan Picu Diabetes


Satu lagi alasan untuk mewaspadai makanan laut yang terpapar logam merkuri. Sebuah studi baru menemukan, paparan merkuri yang tinggi dapat meningkatkan risiko menderita diabetes di kemudian hari.

Ini merupakan temuan pertama yang menghubungkan kandungan merkuri dengan diabetes pada manusia. Maka, temuan ini pun memberi peringatan untuk lebih waspadai lagi dalam mengonsumsi makanan laut. Ikan dan kerang merupakan sumber makanan laut yang rentan terkontaminasi merkuri.

Para peneliti mencatat, hampir semua ikan dan kerang laut mengandung merkuri akibat kontaminasi merkuri di laut. Namun, ikan dan kerang juga merupakan sumber protein dan nutrien penting lainnya seperti magnesium dan asam lemak omega-3.

Studi ini meneliti sekitar 3.900 pria dan wanita dengan usia 20 hingga 32 tahun. Mereka tidak menderita diabetes di tahun 1987 dan dikuti hingga tahun 2005. Selama masa studi, mereka juga menjalani pemeriksaan diabetes. Selain itu, mereka juga mendapatkan pengukuran kadar merkuri di kuku jempol kaki.

Hubungan antara kadar merkuri dengan risiko diabetes tipe 2 muncul ketika para peneliti melacak gaya hidup para peserta, termasuk faktor asupan makanan.

Dibanding dengan yang lain, peserta yang memiliki kadar merkuri tinggi justru memiliki gaya hidup yang lebih baik. Mereka memiliki kadar lemak tubuh yang lebih sedikit, ukuran pinggang yang lebih langsung, dan lebih banyak olahraga. Mereka juga diketahui mengonsumsi ikan lebih banyak.

Ka He, pakar epidemiologi di Indiana University School of Public Health, yang memimpin riset ini mengatakan bahwa studi ini menekankan pentingnya  memilih makanan laut dengan kandungan merkuri yang rendah.  Tipe makanan laut dengan kandungan merkuri rendah dapat dijumpai pada udang, salmon, dan catfish, sedangkan ikan cucut dan hiu memiliki kadar merkuri yang tinggi.

Meskipun telah menemukan hubungan antara kadar merkuri yang tinggi dengan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari, studi yang dimuat baru-baru ini dalam jurnal Diabetes Care tersebut belum membuktikan adanya hubungan sebab-akibat.

Sumber :
HealthDay News
»»  READMORE...

Kecenderungan Berjudi Berubah Seiring Usia

 
Judi patologis atau kecanduan berjudi merujuk pada ketidakmampuan menolak keinginan untuk berjudi. Kecanduan berjudi mengarah pada konsekuensi pribadi maupun sosial yang merugikan.

Kajian terbaru para peneliti di Bellvitge University Hospital di Barcelona Spanyol menemukan adanya hubungan antara usia dengan kebiasaan berjudi. Judi patologis cenderung lebih banyak ditemukan pada kaum dewasa usia muda ketimbang dewasa berusia tua.

Kecanduan berjudi memiliki ciri-ciri dan  kriteria antara lain, berjudi lebih lama dari yang sudah direncanakan, berjudi hingga uang habis, berpikir berjudi membuat tidak bisa tidur, menggunakan uang tabungan untuk berjudi, meminjam uang untuk berjudi, melakukan tindakan kriminal guna mendapatkan uang untuk berjudi, merasa depresi karena kekalahan berjudi, dan merasa menyesal setelah berjudi.

Tim peneliti yang diketuai oleh Susana Jimenez-Murcia menganalisa sebanyak 2.300 pasien dengan usia 17 hingga 36 tahun. Para peneliti mempelajari ciri-ciri kepribadian yang akan berubah menjadi faktor risiko saat mereka bertambah usia.

"Satu-satunya faktor kepribadian yang tidak dibedakan dari usia adalah kemampuan untuk mengambil kendali untuk hidup kita, guna konsisten meraih tujuan," ujar Jiminez.

Faktor tersebut, lanjut Jiminez, rendah pada mereka yang kecanduan berjudi, sehingga mungkin bisa menjadi kunci untuk pengobatan dan pencegahan pada kelainan tersebut.

Studi yang dimuat dalam Journal of Gambling Studies ini menunjukkan bahwa pasien antara usia 17 dan 35 bertindak impulsif dan berjudi untuk merangsang euforia.

Di sisi lain, pasien yang berusia antara usia 55 dan 86 cenderung berperilaku lebih bertanggung jawab. Mereka cenderung untuk menghindari perilaku yang berbahaya, lebih merasa cemas dan khawatir.

"Mereka yang berusia lebih tua tidak berjudi untuk mendapatkan penghargaan atau kemenangan seperti yang dilakukan orang yang lebih muda. Namun mereka berjudi untuk mengatur tahapan emosi yang negatif," tutur Jimenez.

Menurut Jimenez, orang yang lebih tua cenderung berjudi untuk menghilangkan rasa kesepian, ketidakpuasan, atau ketidaknyamanan fisik.

Sumber :
»»  READMORE...

Jus Buah Bisa Gantikan Lemak pada Cokelat


Cokelat merupakan salah satu jenis camilan yang paling digemari. Namun tak jarang, para penggemar makanan manis satu ini merasa khawatir akan kandungan kalori dan lemaknya. Terutama bagi mereka yang sedang menjalani program penurunan berat badan.

Sebuah trobosan baru yang dilakukan para peneliti asal University of Warwick. Mereka mengatakan, 50 persen lemak dalam cokelat dapat digantikan oleh jus jeruk dan cranberry. Para peneliti menambahkan, mengganti lemak cokelat dengan jus buah tidak akan mengubah tekstur cokelat yang keras namun juga lumer di mulut. Bahkan, juga tidak mengubah rasanya.

Meski demikian, teknologi ini masih memiliki kelemahan yaitu menghasilkan cokelat yang mengandung sedikit rasa jus buah. Namun para peneliti mengatakan, hal tersebut dapat diminimalisasi dengan mengganti jus buah dengan air dan sejumlah kecil vitamin C.

Pemimpin riset dr. Stefan Bon mengatakan, semua orang suka cokelat, namun sayangnya kandungan lemaknya tinggi. "Kandungan lemak pada cokelat menjadikan tekstur cokelat sangat unik. Lembut dan lumer di mulut, tapi juga keras untuk dipatahkan dengan tangan," ujar Bon.

"Kami menemukan cara untuk menjaga tekstur khas cokelat namun dengan kandungan lemak yang lebih rendah," imbuhnya.

Sayangnya, Bon dan timnya belum tertarik untuk memproduksi cokelat rendah lemak ini besar-besaran dalam waktu dekat.  "Itu tergantung pada industri makan yang mau memanfaatkan temuan kami untuk cokelat yang lebih sehat," ujar Bon.

Sumber :
»»  READMORE...