Social Icons

Senin, 08 April 2013

3 Cara Mempercepat Pertumbuhan Rambut

Stres yang sudah menjadi "menu" harian, pola makan yang buruk, hingga perawatan rambut yang salah bisa menjadi penyebab rambut mudah rontok. Rangsang kembali pertumbuhan rambut dengan tiga langkah berikut ini.

1. Variasi makanan

Tubuh memerlukan protein untuk memproduksi rambut, karena itu pastikan asupan makan Anda terdiri dari 15 persen protein yang bisa didapatkan dari daging unggas, susu, telur, daging, atau kacang-kacangan.

Selain itu, Anda juga perlu mengasup lemak jenuh dan karbohidrat dalam jumlah sedang untuk menyediakan energi yang diperlukan tubuh sehingga seluruh proses tubuh terjamin fungsinya.

Suplementasi vitamin juga penting. Pilihlah suplemen yang mengandung beta karoten, vitamin A dan B, serta zinc. Zat-zat tersebut sangat diperlukan untuk pertumbuhan rambut.

2. Kelola stres

Stres sangat berpengaruh pada pertumbuhan rambut. Saat Anda sering mengalami stres, tubuh secara khusus akan memberi perhatian untuk menghadapi stres tersebut. Akibatnya, perhatian terhadap fungsi normal tubuh menjadi terganggu, misalnya saja pertumbuhan rambut.

Menghilangkan stres sama sekali mungkin agak sulit. Karena itu mulailah mengelola stres agar tidak sampai mengganggu kesehatan. Lakukan olahraga rutin atau meditasi. Cukup tidur setiap malam juga sangat membantu menurunkan kecemasan dan stres.

3. Beri perhatian pada kulit kepala

Rangsanglah sirkulasi darah di bagian kulit kepala sehingga folikel rambut lebih aktif dan mampu tumbuh dalam kecepatan yang normal. Keramas dengan sampo yang tepat juga akan membersihkan kulit kepala dan folikel rambut dari debu dan minyak.

Sebagai tambahan, teteskan sedikit minyak lavender ke dalam sampo atau kondisioner rambut. Minyak lavender dan juga minyak ylang-ylang, sangat membantu merangsang folikel rambut sehingga rambut cepat tumbuh. Selain itu, minyak esensial ini berbau harum sehingga rambut pun tercium wangi.



Sumber :
LiveStrong
»»  READMORE...

Minggu, 07 April 2013

Bagaimana Daging Merah Merusak Jantung

Jika ingin terhindar dari penyakit jantung dan stroke, para ahli menyarankan untuk menghindari konsumsi daging merah. Tetapi baru terungkap bagaimana mekanisme daging merah merusak kesehatan.

Studi yang dimuat dalam jurnal Nature Medicine menunjukkan bahwa senyawa karnitin di daging merah akan dihancurkan oleh bakteri di pencernaan. Penghancuran senyawa ini akan menghasilkan kadar kolesterol tubuh yang lebih tinggi sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung.

Selama ini telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa makan daging merah secara rutin dapat merusak kesehatan jantung karena tingginya kandungan lemak jenuh. Bahaya dari lemak jenuh dan daging yang diproses sudah lama diketahui memiliki dampak buruk, namun bukan itu saja yang menyebabkan daging merah berbahay.

"Kandungan kolesterol dan lemak jenuh dalam daging merah bukan bahaya satu-satunya, masih ada hal lain yang berkontribusi untuk meningkatkan risiko kardiovaskular," ujar ketua studi dr. Stanley Hazen, dari Claveland Clinic.

Percobaan yang dilakukan pada tikus dan manusia menunjukkan bahwa bakteri pada sistem pencernaan dapat memecah karnitin. Karnitin dipecah menjadi gas dikonversi di hati menjadi senyawa kimia yang disebut TMAO. Dalam studi ini, TMAO dikaitkan kuat dengan penumpukan lemak di pembuluh darah. Sehingga dapat memicu penyakit jantung dan kematian.

Hazen mengatakan TMAO seringkali tidak dihiraukan karena mungkin merupakan produk sisa dari metabolisme. "Namun secara signifikan dapat mempengaruhi metabolisme kolesterol dan akumulasinya," ujarnya.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa mengurangi frekuensi makan daging merah sangat dianjurkan. Selain itu studi ini juga menekankan penggunaan yogurt berprobiotik untuk mengubah keseimbangan bakteri dalam sistem pencernaan.

"Mengurangi jumlah bakteri yang memecah karnitin secara teori dapat pula mengurangi  bahaya dari daging merah," tutur Hazen.

Orang yang tidak makan daging merah atau vegetarian memiliki jumlah bakteri pemecah karnitin yang lebih sedikit daripada pemakan daging.

Kendati daging merah merupakan sumber protein dan beberapa zat gizi yang baik, namun sebaiknya tidak dimakan terlalu berlebihan. Pemerintah Inggris merekomendasikan konsumsi daging merah tidak lebih dari 70 gram per harinya.



Sumber :
»»  READMORE...

Senjata Tradisional Tunjukkan 2 Spesies Hiu yang Telah Punah


Drew J, Philipp C, Westneat MW (2013) / PLOS ONE Senjata pembunuh tradisional yang dibuat masyarakat Pulau Gilbert, Kiribati berasal dari gigi hiu yang diikatkan pada kayu menggunakan sabut kelapa dan rambut manusia. Saat ini menjadi koleksi The Field Museum, Chicago, Amerika Serikat.
NEW YORK, KOMPAS.com — Sebuah "kejutan" didapat seorang peneliti ketika ia melakukan kajian tentang jenis hiu yang digunakan pada senjata pembunuh tradisional yang dibuat masyarakat di Pulau Gilbert, Republik Kiribati, di Samudera Pasifik.
Dalam studinya, ia menemukan ada dua jenis hiu yang sebelumnya belum pernah tercatat dalam beragam hasil penelitian mengenai keragaman hiu di negara tersebut. Peneliti menduga, hiu-hiu tersebut telah punah sebelum ada peneliti yang datang ke sana.
Adalah Joshua Drew, seorang ichthyologist atau ahli zoologi tentang ikan di Columbia University, New York, AS, yang mendapat "kejutan" tersebut. Ia mendapat kejutan saat melakukan identifikasi jenis hiu berdasarkan bentuk dan pola gerigi pada gigi yang ditempel pada senjata keji yang masih dibuat masyarakat lokal di pulau tersebut sampai 130 tahun lalu. 
Dari 122 senjata dan koleksi gigi hiu dari Pulau Gilberts yang digunakan Drew untuk identifikasi, terungkap kalau senjata tradisional tersebut menggunakan gigi dari berbagai jenis hiu. Beberapa jenis hiu yang dimaksud antara lain hiu sirip perak (Carcharhinus albimarginatus), hiu sutra (C falciformis), Hiu samudra ujung putih (C longimanus), hiu macan (Galeocerdo cuvier), hiu biru (Prionace glauca), hiu kepala martil (Sphymidae sp), dusky shark (C obscurus), dan spot tail shark (C sorrah).
Drew terkejut karena dua jenis hiu yang terakhir disebutkan tidak pernah tercatat sebelumnya dalam berbagai hasil penelitian mengenai keragaman hiu yang pernah dilakukan di perairan Kiribati. Ia menduga kedua jenis hiu tersebut telah punah sebelum ada seorang peneliti yang datang ke Kiribati.
"Kami ternyata telah kehilangan spesies sebelum kami tahu kalau mereka ada di perairan kami," kata Drew yang dikutip oleh LiveScience pada hari Rabu (3/4/2013) kemarin. "Penemuan tersebut seolah menjadi gema dalam diriku sebagai sebuah penemuan yang pada prinsipnya sangat tragis," ujar peneliti yang melakukan kajian ini sebagai bagian dari upaya konservasi hiu di Kiribati.
Penyebab kepunahan
Tidak adanya satu pun catatan ilmiah yang merekam keberadaan kedua spesies hiu tersebut di perairan Kiribati, menurut Drew, bukan  karena hiu-hiu yang bernilai komersial itu diabaikan oleh para peneliti, melainkan karena keduanya telah hilang sebelum satu orang pun melakukan sensus. Demikian tulisnya dalam artikel yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS ONE.
Kepunahan spesies itu diduga kuat akibat dari aktivitas perburuan sirip hiu yang sangat marak terjadi di wilayah itu pada awal tahun 1900-an. Data hasil penangkapan ikan hiu pada tahun 1950 menunjukkan hasil yang sangat tinggi.
Pada tahun itu, bobot sirip hiu yang dihasilkan dari hasil penangkapan mencapai berat 3.500 kg atau 3,5 ton, untuk siripnya saja dari perairan sekitar Pulau Gilbert.
Drew berharap hasil temuannya ini bisa memberi dorongan kepada Pemerintah Kiribati, yang kini telah menjadi pemimpin dunia dalam hal konservasi laut untuk terus berupaya melindungi kekayaan alam lautnya agar tidak lagi terjadi kepunahan pada spesies lainnya.

Sumber :
»»  READMORE...

Pola Migrasi Hiu Putih Terkait Siklus Kembang Biaknya


Terry Goss / Wikipedia.org Hiu putih (Carcharodon carcharias)
CALIFORNIA, Untuk pertama kalinya peneliti berhasil mendokumentasikan migrasi hiu putih besar dan pergerakan mereka di lautan, selama bertahun-tahun. Pola yang muncul ternyata berbeda dengan pola yang terungkap berdasarkan hasil pengamatan selama beberapa bulan yang dilalukan sebelumnya.
Pengamatan selama 3 tahun yang dilakukan Michael Domeier, peneliti sekaligus presiden dari Marine Conservation Science Institute (MCSI), menunjukkan siklus berkembang biak hiu putih betina dewasa ternyata berlangsung selama dua tahun.
Tim peneliti melakukan pengamatan dengan menelusuri jejak penanda yang dipasang di sirip dorsal, pada 4 ekor hiu putih betina dewasa. Penelusuran dilakukan sejak hiu meninggalkan Pulau Guadalupe, Meksiko, yang menjadi tempat perkawinan mereka hingga mereka kembali ke tempat itu, 24 bulan kemudian.
Domeier mengatakan, selama 18 bulan pertama, hiu putih betina berenang sesukanya di lautan, hingga akhirnya mereka sampai di lepas pantai Baja, California untuk melahirkan keturunan mereka. "Selama masa melahirkan di Peninsula Baja, para betina tersebut dengan mudah diketahui oleh para penangkap ikan komersial, membuat mereka berada dalam resiko ditangkap," ujar Domeier kepada OurAmazingPlanet melalui surat elektronik.
"Resiko yang dihadapi bayi hiu putih yang baru lahir lebih besar, karena mereka akan menghabiskan tahun pertama mereka di perairan pesisir. Ukuran mereka yang kecil, membuat mereka jadi lebih mudah ditangkap," katanya Kamis (4/4/2013) lalu.
Pascamelahirkan, hiu putih betina dewasa kembali ke Pulau Guadalupe untuk kembali melakukan perkawinan. Hiu-hiu betina kembali ke pulau tersebut setiap dua tahun, sedangkan hiu jantan datang setiap tahun. Hasil pengamatan Domeier dan timnya telah dipublikasikan dalam jurnal Animal Biotelemetry.
Ikan hiu menjadi perhatian dunia karena populasinya yang terus menurun dan masih tingginya ancaman terhadap mereka akibat kegiatan perburuan. Berbagai penelitian tentang hiu dilakukan guna mengetahui karakteristik biologis, ekologis dan perilaku mereka.
»»  READMORE...

Cukup Kalsium Justru Mencegah Batu Ginjal




Para ahli mengatakan, jumlah kalsium yang kita terima baik dari produk susu maupun non-susu berpengaruh besar pada terjadinya batu ginjal. Orang yang cukup mendapat kalsium ternyata risikonya terkena batu ginjal lebih rendah.

Batu ginjal terjadi karena penumpukan zat-zat sisa di urin yang lama-kelamaan akan terbentuk menjadi kristal sehingga sulit dikeluarkan lewat sistem pembuangan. Gejala batu ginjal antara lain rasa nyeri pada punggung bawah, ada bercak darah di urin, pusing, demam, hingga muntah.

Para ahli percaya batu ginjal bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain obesitas, terlalu banyak mengasup makanan mengandung gula dan garam, faktor usia, sampai kurang minum air.

Dalam studi yang dimuat dalam Journal of Urology, tim peneliti mengukur kadar kalsium dalam makanan baik produk susu maupun non-susu serta kaitannya dalam menurunkan risiko batu ginjal.

Dr Eric Taylor dari Maine Medical Center di Portland mengepalai penelitian tersebut untuk menganalisis tiga studi berbeda, yakni Health Professionals Follow-up Study, Nurses Health Study I, dan Nurses Health Study II.

Penelitian tersebut mengikutkan lebih dari satu juta pria dan wanita sehat berusia di bawah 60 tahun selama 20 tahun. Setiap empat tahun para partisipan diminta mengisi survei mengenai frekuensi mengasup suatu jenis makanan untuk mengetahui asupan kalsiumnya.

Para partisipan studi dibagi dalam 5 kelompok tergantung pada berapa banyak kalsium yang diasup. Kelompok dengan jumlah asupan kalsium terbanyak menunjukkan 77 persen penurunan risiko batu ginjal dibanding dengan kelompok yang asupan kalsiumnya rendah.

Pria dan wanita yang tiap hari mengasup 450 miligram kalsium dari produk non-susu menunjukkan risiko lebih baik untuk terhindar dari batu ginjal. Mereka yang mengasup 800 miligram kalsium setiap hari dari produk susu hanya menurunkan risikonya sampai 30 persen, dibanding dengan mereka yang mendapat 150 miligram kalsium.

"Ada beberapa data lain yang menyebutkan tidak perlu ada pembatasan kalsium untuk mencegah batu ginjal. Meski kebanyakan batu yang terbentuk di ginjal dibuat dari oksalat kalsium, kita tak perlu takut mengasup kalsium," kata Taylor.

Sumber :
»»  READMORE...

Sabtu, 06 April 2013

Cukup Kalsium Justru Mencegah Batu Ginjal


Para ahli mengatakan, jumlah kalsium yang kita terima baik dari produk susu maupun non-susu berpengaruh besar pada terjadinya batu ginjal. Orang yang cukup mendapat kalsium ternyata risikonya terkena batu ginjal lebih rendah.

Batu ginjal terjadi karena penumpukan zat-zat sisa di urin yang lama-kelamaan akan terbentuk menjadi kristal sehingga sulit dikeluarkan lewat sistem pembuangan. Gejala batu ginjal antara lain rasa nyeri pada punggung bawah, ada bercak darah di urin, pusing, demam, hingga muntah.

Para ahli percaya batu ginjal bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain obesitas, terlalu banyak mengasup makanan mengandung gula dan garam, faktor usia, sampai kurang minum air.

Dalam studi yang dimuat dalam Journal of Urology, tim peneliti mengukur kadar kalsium dalam makanan baik produk susu maupun non-susu serta kaitannya dalam menurunkan risiko batu ginjal.

Dr Eric Taylor dari Maine Medical Center di Portland mengepalai penelitian tersebut untuk menganalisis tiga studi berbeda, yakni Health Professionals Follow-up Study, Nurses Health Study I, dan Nurses Health Study II.

Penelitian tersebut mengikutkan lebih dari satu juta pria dan wanita sehat berusia di bawah 60 tahun selama 20 tahun. Setiap empat tahun para partisipan diminta mengisi survei mengenai frekuensi mengasup suatu jenis makanan untuk mengetahui asupan kalsiumnya.

Para partisipan studi dibagi dalam 5 kelompok tergantung pada berapa banyak kalsium yang diasup. Kelompok dengan jumlah asupan kalsium terbanyak menunjukkan 77 persen penurunan risiko batu ginjal dibanding dengan kelompok yang asupan kalsiumnya rendah.

Pria dan wanita yang tiap hari mengasup 450 miligram kalsium dari produk non-susu menunjukkan risiko lebih baik untuk terhindar dari batu ginjal. Mereka yang mengasup 800 miligram kalsium setiap hari dari produk susu hanya menurunkan risikonya sampai 30 persen, dibanding dengan mereka yang mendapat 150 miligram kalsium.

"Ada beberapa data lain yang menyebutkan tidak perlu ada pembatasan kalsium untuk mencegah batu ginjal. Meski kebanyakan batu yang terbentuk di ginjal dibuat dari oksalat kalsium, kita tak perlu takut mengasup kalsium," kata Taylor.


Sumber :
»»  READMORE...

Alasan Baru Menyukai Tahu





Bertambah lagi alasan untuk tetap menjadikan tahu sebagai makanan yang wajib ada dalam menu harian. Menurut studi terbaru, kandungan peptida kedelai dalam tahu berpotensi melambatkan pertumbuhan sel kanker.

Selain rasanya enak, tahu selama ini lebih populer sebagai salah satu sumber protein nabati. Namun penelitian mengenai makanan ini mengungkap manfaat lebih besar dari tahu.

Peneliti dari University of Arkansas di Fayetteville mengisolasi peptida kedelai (asam amino rantai pendek yang terkait dengan jenis ikatan yang spesifik). Isolasi dilakukan dengan menghilangkan minyak, serat, dan karbohidrat dari kedelai.

Kemudian ditambahkan peptida yang mampu menumbuhkan kanker. Hasilnya, peptida kedelai mampu memperlambat pertumbuhan sel kanker kolon sampai 73 persen, sel kanker hati sampai 70 persen, dan kanker paru sampai 68 persen.

Para peneliti menduga, peptisa kedelai menghambat satu atau lebih jalur penanda di sel kanker yang diperlukan untuk pertukaran gas dan nutrisi yang dibutuhkan demi pertumbuhan kanker. Karena jalur tersebut dihambat akibatnya pertumbuhan sel kanker menjadi pelan.

Sumber :
Womens Health
»»  READMORE...