Berjalan
kaki secara rutin dapat meningkatkan kesehatan pasien stroke baik dari
sisi fisik, mobilitas, maupun kualitas hidupnya. Demikian diungkapkan
sebuah studi baru yang dimuat dalam jurnal Stroke.
Studi ini melibatkan 128 orang penderita stroke di Jamaika yang dibagi tiga kelompok berbeda. Kelompok pertama melakukan latihan berupa berjalan kaki rutin selama tiga kali seminggu, kelompok kedua menerima pijatan terapeutik, dan kelompok ketiga tidak mendapatkan keduanya.
Hasilnya, kelompok pertama mengalami peningkatan kualitas hidup berdasarkan kesehatan fisik sebanyak hampir 17 persen. Mereka dapat berjalan 18 persen lebih jauh dalam tes daya tahan dan memiliki denyut jantung 1,5 persen lebih rendah. Sedangkan grup kedua memiliki denyut jantung yang hampir 7 persen lebih tinggi.
"Berjalan kaki adalah cara yang sangat baik untuk aktif kembali setelah stroke. Berjalan merupakan kegiatan yang tidak asing, tidak mahal, dan mudah," ujar ketua studi Carron Gordon, yang juga dosen di departemen fisioterapi University of West Indies Jamaika.
Gordon menambahkan, berjalan kaki dapat membantu dalam mengontrol tekanan darah, menurunkan kadar lemak, dan menjaga berat badan yang semuanya merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler.
Oleh sebab itu pula, para dokter diharapkan dapat menyarankan pasien stroke untuk melakukan latihan berjalan dengan rutin. Pascaserangan stroke, pasien biasanya menjadi lemah dan takut untuk melakukan aktivitas fisik karena takut terjatuh. Padahal, hal ini membuat mereka kesulitan untuk menjaga hubungan sosial dan kembali melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Karena itulah, peran orang terdekat sangat penting untuk meyakinkan para penderita stroke untuk kembali aktif berjalan. Untuk memulai latihan berjalan, orang terdekat pasien dapat menemani, hingga perlahan-lahan pasien menjadi lebih percaya diri untuk dapat melakukan latihan tersebut sendiri secara rutin.
Pria dan wanita peserta studi ini menderita stroke enam hingga 24 bulan sebelum studi ini dimulai dan dapat berjalan sendiri tidak ataupun dengan alat bantu. Usia rata-rata dari peserta adalah 64 tahun. Selain baik untuk penderita stroke, berjalan juga baik untuk menghindari stroke. Orang perlu berjalan paling tidak 150 menit perhari, dan 75 menit perminggu untuk aktivitas fisik berat.
Kombinasi keduanya pun bisa dilakukan. Demikian saran dari American Heart Association. Sedangkan bagi penderita stroke, 20 hingga 60 menit diperlukan untuk latihan aerobik, dilakukan tiga sampai tujuh hari seminggu.
»» READMORE...
Studi ini melibatkan 128 orang penderita stroke di Jamaika yang dibagi tiga kelompok berbeda. Kelompok pertama melakukan latihan berupa berjalan kaki rutin selama tiga kali seminggu, kelompok kedua menerima pijatan terapeutik, dan kelompok ketiga tidak mendapatkan keduanya.
Hasilnya, kelompok pertama mengalami peningkatan kualitas hidup berdasarkan kesehatan fisik sebanyak hampir 17 persen. Mereka dapat berjalan 18 persen lebih jauh dalam tes daya tahan dan memiliki denyut jantung 1,5 persen lebih rendah. Sedangkan grup kedua memiliki denyut jantung yang hampir 7 persen lebih tinggi.
"Berjalan kaki adalah cara yang sangat baik untuk aktif kembali setelah stroke. Berjalan merupakan kegiatan yang tidak asing, tidak mahal, dan mudah," ujar ketua studi Carron Gordon, yang juga dosen di departemen fisioterapi University of West Indies Jamaika.
Gordon menambahkan, berjalan kaki dapat membantu dalam mengontrol tekanan darah, menurunkan kadar lemak, dan menjaga berat badan yang semuanya merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler.
Oleh sebab itu pula, para dokter diharapkan dapat menyarankan pasien stroke untuk melakukan latihan berjalan dengan rutin. Pascaserangan stroke, pasien biasanya menjadi lemah dan takut untuk melakukan aktivitas fisik karena takut terjatuh. Padahal, hal ini membuat mereka kesulitan untuk menjaga hubungan sosial dan kembali melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Karena itulah, peran orang terdekat sangat penting untuk meyakinkan para penderita stroke untuk kembali aktif berjalan. Untuk memulai latihan berjalan, orang terdekat pasien dapat menemani, hingga perlahan-lahan pasien menjadi lebih percaya diri untuk dapat melakukan latihan tersebut sendiri secara rutin.
Pria dan wanita peserta studi ini menderita stroke enam hingga 24 bulan sebelum studi ini dimulai dan dapat berjalan sendiri tidak ataupun dengan alat bantu. Usia rata-rata dari peserta adalah 64 tahun. Selain baik untuk penderita stroke, berjalan juga baik untuk menghindari stroke. Orang perlu berjalan paling tidak 150 menit perhari, dan 75 menit perminggu untuk aktivitas fisik berat.
Kombinasi keduanya pun bisa dilakukan. Demikian saran dari American Heart Association. Sedangkan bagi penderita stroke, 20 hingga 60 menit diperlukan untuk latihan aerobik, dilakukan tiga sampai tujuh hari seminggu.
Sumber :
Healthday News