Social Icons

Jumat, 01 Maret 2013

Merokok Juga Memicu Kanker Payudara

Bertambah satu lagi alasan untuk menjauhi rokok. Riset terbaru menyebutkan kebiasaan menghisap tembakau akan meningkatkan risiko kanker payudara, terutama jika merokok mulai dilakukan di usia muda.

Selama bertahun-tahun para ahli terus mempertanyakan apakah rokok berkaitan langsung dengan risiko kanker payudara atau apakah kaitan itu karena para perokok kebanyakan juga meminum alkohol. Kebiasaan minum alkohol lebih dulu diketahui memicu kanker payudara.

Hasil penelitian sendiri memberikan hasil yang berbeda. Pada tahun 2004, penelitian para dokter bedah di AS menyimpulkan tidak ada hubungan sebab akibat antara merokok dan kanker payudara.

Tetapi dalam studi terbaru yang menganalisa lebih dari 73.000 wanita, ditemukan kaitan kuat antara merokok dan kanker payudara.

"Kaitannya bukan hanya antara alkohol dan kanker payudara, tetapi fakta bahwa merokok juga," kata Mia Gaudet, direktur epidemiologi genetik dari American Cancer Society.

Waktu dimulainya kebiasaan merokok juga berpengaruh pada berat ringannya risiko yang dihadapi. "Wanita yang mulai merokok sebelum melahirkan anak pertama beresiko tinggi," kata Gaudet.

Penelitian tersebut dibuat dengan menganalisa data dari wanita yang mengikuti studi kanker jangka panjang. Selama 14 tahun kesehatan para wanita tersebut dipantau.

Insiden kanker payudara invasif 24 persen lebih tinggi pada mereka yang masih merokok, dan 13 persen lebih tinggi pada wanita yang pernah merokok, dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok.

Sementara itu wanita yang mulai merokok sebelum menstruasi pertama risikonya sekitar 61 persen dibanding yang tidak pernah merokok. Sedangkan yang mulai terbiasa merokok sekitar 11 tahun atau lebih sebelum melahirkan risikonya sekitar 45 persen.

Gaudet meyakini ada kaitan dari kombinasi antara merokok dan minum alkohol serta pengaruhnya pada kanker payudara.


Sumber :
Healthday News

»»  READMORE...

Ditemukan Gen Penyebab Rabun Jauh


Rabun jauh (miopia) merupakan gangguan penglihatan yang paling umum dan mudah dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak. Tim peneliti asal London berhasil menemukan24 gen baru yang diduga kuat memicu terjadinya rabun jauh. Penemuan ini diharapkan akan menuntun para ahli untuk mengobati rabun jauh.
Gen-gen itu meliputi gen-gen yang berada di otak, jaringan mata penerus sinyal, struktur mata, dan perkembangan mata. Orang dengan gen ini memiliki risiko 10 kali lipat untuk mengembangkan rabun jauh. Dalam kondisi ini Anda dapat melihat dengan jelas benda di dekat Anda, namun benda yang berada lebih jauh terlihat kabur. Studi yang dimuat dalam jurnal Nature Genetics ini mengatakan, diperkirakan 30 persen dari populasi Barat dan sampai 80 persen dari orang Asia menderita miopia.

Rabun jauh atau miopia terjadi ketika bola mata tumbuh lebih panjang dan menangkap cahaya di bagian yang salah yaitu di depan fotoreseptor retina. Hal ini menyebabkan penglihatan kabur. Tingkat keparahan rabun jauh menentukan daya fokus Anda. Biasanya rabun jauh pertama kali terdeteksi di usia anak-anak, yaitu pada tahun-tahun pertama sekolahnya.

Dalam melakukan studinya, para peneliti menganalisa lebih dari 45.000 orang untuk mengetahui penyebab genetika dari rabun jauh. Mereka pun menemukan 24 gen baru serta mengonfirmasi identitas dua gen yang telah ditemukan sebelumnya.

Kepala peneliti Profesor Chris Hammond, dari Departement of Twin Research and Genetic Epidemiology at King's College London, mengatakan, studi ini merupakan studi pertama yang mengungkap sekelompok gen baru yang dihubungkan dengan rabun jauh dan risiko 10 kali kemungkinan terbentuknya gangguan ketajaman penglihatan ini.

"Hasil ini merupakan langkah besar untuk menentukan pengobatan yang lebih baik, serta pencegahan di masa mendatang," ungkap Hammond.

Di samping faktor genetika, faktor lingkungan seperti membaca, kurang aktivitas luar ruangan, dan tingkat pendidikan lebih tinggi juga dikenal sebagai faktor yang meningkatkan risiko rabun jauh.


Sumber :
Huffington Post
»»  READMORE...

Kenali Penyebab dan Gejala Disfungsi Seksual Wanita



Disfungsi seksual tidak hanya dialami oleh pria. Wanita pun dapat mengalaminya. Bahkan diprediksi ada sekitar 40 persen wanita yang menderita gangguan seksual. Gangguan seksual pada wanita biasanya disebabkan oleh penyakit fisik, namun sering juga dikaitkan pada faktor psikologis.

Gangguan ini setara dengan impotensi pada pria dan dikenal dengan nama gangguan gairah seksual wanita atau female sexual arousal disorder (FSAD).

Ketika pria maupun wanita terangsang secara seksual, darah akan lebih banyak dan cepat mengalir pada alat genitalnya. Pada wanita, hal ini akan menyebabkan perubahan antara lain pembengkakan klitoris dan jaringan di sekitarnya, sekresi lubrikasi vagina, otot vagina relaksasi sehingga lubang vagina terbuka lebih lebar untuk mempermudah senggama.

Orang dengan FSAD mungkin dapat memiliki hasrat untuk melakukan hubungan seksual, namun area genitalnya tidak mampu merespon secara normal. Akhirnya, hubungan seks menjadi menyakitkan bagi mereka, bahkan tidak mungkin dilakukan.

FSAD dapat merupakan efek samping dari gangguan kesehatan lain seperti hipertensi atau diabetes. Gangguan ini juga dapat disebabkan oleh iritasi dan infeksi. Selain itu, FSAD seringkali dihubungkan pada faktor psikologis, antara lain foreplay yang tidak efektif, depresi, self-esteem yang kurang, pelecehan seksual, stres, dan rasa takut hamil.

Gejala dari disfungsi seksual wanita meliputi kurangnya gairah seks, tidak dapat menikmati seks, tidak cukup lubrikasi vagina, atau kegagalan dalam mencapai orgasme meskipun telah terangsang.

Keadaan tidak dapat mencapai orgasme atau dikenal dengan anorgasmia merupakan gangguan seksual yang dialami oleh lima sampai 10 persen wanita. Anorgasmia dapat disebabkan dari pengalaman hubungan seksual yang membuat trauma, kecemasan, sampai pendidikan yang ketat sehingga menyebabkan gangguan respon seksual.

Studi telah menyarankan kepada wanita dengan FSAD untuk mengonsumsi Viagra karena dapat meningkatkan aliran darah ke organ seksual. Kendati demikian, masih dilakukan penelitian untuk memastikan efektivitas Viagra pada wanita.

Studi tahun 2009 mengatakan Viagra efektif secara moderat untuk mengatasi FSAD, begitu pula dengan obat  multipel sklerosis, diabetes, atau antidepresan. Namun, masih perlu studi lebih lanjut untuk mengonfirmasi temuan ini. Studi kecil tahun 2011 mengatakan bahwa tidak ada dampak positif dari penggunaan obat-obatan ini bagi wanita menopause.

Para peneliti menyarankan wanita dengan FSAD untuk menggunakan pelumas saat berhubungan seksual. Bahkan juga disarankan melakukan latihan Kegel untuk menguatkan otot vagina. Selain itu, dalam proses pengobatan juga diperlukan konseling dengan psikolog, baik barupa pelatihan untuk melakukan foreplay maupun teknik stimulasi seksual.

Sumber :
»»  READMORE...

Kebanyakan Duduk Memicu Diabetes

Kurangilah waktu duduk Anda mulai sekarang agar terhindar dari risiko diabetes. Makin banyak waktu yang dihabiskan untuk duduk, makin besar pula kemungkinan Anda menderita penyakit ini.

Para ahli mengatakan, meminta pasien untuk mengurangi waktu duduk dalam upaya pencegahan diabetes ternyata lebih efektif dibanding meminta mereka untuk sering berolahraga.

Untuk mencegah obesitas dan diabetes, kita dianjurkan melakukan olahraga moderat sampai berat sedikitnya 150 menit setiap minggu. Namun, hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Diabetelogia menyebutkan, mengurangi waktu duduk sampai 90 menit sehari memiliki manfaat kesehatan yang sama.

"Saat ini, kegiatan sedentari (kurang aktivitas) menghabiskan porsi waktu terbanyak setiap harinya," kata Joseph Henson dari Universitas Leicester.

Gaya hidup sedentari tersebut dimiliki sebagian besar orang di era modern ini. Pagi hari mereka menghabiskan waktu 1-2 jam untuk berangkat ke tempat kerja dengan duduk di kendaraan, kemudian di kantor sekitar 8 jam lebih banyak di belakang meja, dan pulang ke rumah kembali duduk-duduk santai menonton televisi.

Penelitian yang dilakukan Henson itu terdiri dari dua penelitian yang meliputi 153 orang dewasa. Responden dalam penelitian pertama rata-rata berusia sekitar 33 tahun, sementara studi kedua melibatkan responden berusia 65 tahun. Pada tiap penelitian, dibandingkan waktu yang dihabiskan untuk duduk atau sedentari, serta waktu berolahraga.

Para peneliti menemukan bahwa waktu yang dihabiskan untuk duduk secara signifikan berkaitan dengan peningkatan gula darah dan kadar kolesterol. Demikian pula dengan risiko diabetes dan penyakit jantung. Risiko itu lebih besar bahkan setelah peneliti memperhitungkan durasi olahraga dan jumlah lemak tubuh.

"Diabetes dan pencegahan penyakit kardiovaskular saat ini hanya difokuskan pada olahraga. Meminta orang untuk lebih giat olahraga memang membantu, tetapi lebih efektif jika mereka disarankan untuk mengurangi waktu duduk dan lebih banyak bergerak," kata Henson.


Sumber :
Healthday News
»»  READMORE...

5 Gangguan Jiwa Ini Saling Terkait

Menurut sebuah studi besar, autisme, attention deficit-hyperactivity disorder (ADHD), gangguan bipolar (GB), depresi, dan skizofrenia memiliki keterkaitan pada beberapa faktor risiko genetika atau keturunan. Versi dari empat gen tertentu meningkatkan kemungkinan menderita lima gangguan ini.

Para peneliti mengharapkan temuan ini dapat membantu para psikiater untuk lebih mengerti hal paling mendasar pada penyebab gangguan di otak.

Studi yang dimuat dalam jurnal medis Lancet ini membandingkan kode genetik dari sekitar 33.000 orang dengan gangguan mental dengan 28.000 orang tanpa gangguan mental. Studi internasional ini menemukan empat varian gen yang dapat meningkatkan risiko dari kelima gangguan mental. Dua gen terlibat dalam keseimbangan kalsium di otak.

Memang, ratusan gen dan lingkungan mungkin memiliki efek pada terjadinya gangguan mental, tetapi perkembangan ilmu genetika psikiatri yang berkembang dengan cepat mencoba menjelaskan dasar mengapa kondisi ini dapat terjadi.

"Penemuan ini menandakan adanya cara baru yang potensial di bidang psikiatri dan gangguan mental. Ini adalah metode ilmiah yang membantu memahami apa yang salah di otak, zat kimia, sistem otak, yang berpengaruh terhadap berbagai macam penyakit," ujar salah satu peneliti Nick Craddock, seorang profesor psikiatri di Universitas Cardiff.

Hal senada juga diungkapkan Gerome Breen, dari Institute of Psychiatry di King College London. "Studi ini memberikan sentuhan biologi terhadap diagnosis gangguan mental, itu benar-benar berharga," ujarnya.

Marjorie Wallace, pejabat eksekutif di Mental Health Charity Sane, mengatakan bahwa temuan ini menyoroti kebutuhan memahami faktor-faktor genetik dan biologis dari kondisi mental agar dapat ditemukan pengobatan dan terapi yang lebih efektif.


Sumber :
»»  READMORE...

Penyuka Alpukat Punya Hidup Lebih Sehat?

Bila Anda penyuka buah alpukat, maka Anda patut senang untuk mengetahui bahwa penyuka buah ini umumnya memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik. Sebuah riset baru mengatakan, penyuka alpukat lebih mungkin untuk memiliki pola makan lebih sehat dan tubuh lebih langsing daripada mereka yang tidak.

Riset yang dimuat Nutrition Journal itu juga mengindikasikan bahwa penyuka alpukat juga memiliki kadar kolesterol yang lebih baik dan risiko lebih rendah mengidap penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Hasil ini mungkin tak pernah diduga sebelumnya, sehingga para peneliti menyarankan agar orang dapat meningkatkan konsumsi buah alpukat

Para peneliti menganalisa data lebih dari 17.500 orang yang mengikuti riset bertajuk National Health and Nutrition Examination Survey. Para peneliti menfokuskan terhadap 347 orang dewasa yang melaporkan makan sejumlah alpukat. Rata-rata mereka mengonsumsi sekitar setengah buah alpukat berukuran sedang setiap hari.

Para peserta ini disimpulkan memiliki asupan nutrien serta indikator kesehatan yang lebih baik secara signifikan daripada mereka yang menghindari konsumsi alpukat. Menurut riset ini, orang yang memakan alpukat memiliki pola makan yang lebih sehat dan kaya akan vitamin dan mineral esensial. Asupan serat lebih tinggi 36 persen, vitamin E lebih tinggi 23 persen, magnesium lebih tinggi 13 persen, potasium lebih tinggi 16 persen, dan vitamin K lebih tinggi 48 persen.

Orang yang makan alpukat memiliki kadar lemak dan kolesterol "baik" yang lebih tinggi. Indeks massa tubuh yang lebih rendah, atau rata-rata sekitar 3,4 kilogram lebih ringan daripada orang yang menghindari alpukat, sehingga mereka lebih langsing. Selain itu mereka juga 50 persen lebih kecil memiliki risiko sindrom metabolik, yang dikaitkan pada penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

"Penemuan ini mengindikasikan hubungan yang menarik antara konsumsi alpukat dan asupan nutrien yang lebih baik, serta hasil positif lainnya," ujar kepala peneliti Victor Fulgoni, konsultan diet dari Nutrition Impact.

Meskipun demikian, para peneliti menekankan, belum ada bukti tentang hubungan sebab akibat antara konsumsi alpukat dengan pola makan yang lebih baik.

Sumber :
Huffington Post
»»  READMORE...

Kamis, 28 Februari 2013

Atasi PMS dengan Pola Makan Tinggi Zat Besi

Jutaan wanita di dunia setiap bulannya menderita gangguan nyeri dan ketidakstabilan emosi menjelang datang bulan. Keluhan yang biasa disebut pre menstrual syndrome (PMS) ini ternyata dapat diatasi dengan pola makan tinggi zat besi.

Para wanita yang mengonsumsi zat besi yang bersumber dari bahan pangan nabati diketahui risikonya sepertiga lebih rendah menderita PMS dibanding wanita yang pola makannya rendah zat besi. Zat besi dari pangan nabati antara lain dari sayuran berdaun hijau tua serta kacang-kacangan yang dikeringkan.

Jenis mineral lain juga berpengaruh. Penelitian menemukan, kadar zinc yang tinggi berkait erat dengan kejadian PMS yang rendah. Zinc sendiri ditemukan pada berbagai jenis buah segar dan sayuran.

"Berbagai jenis mineral sangat penting untuk siklus menstruasi yang lancar dan juga PMS. Tiap wanita harus mengonsumsi makanan seimbang, jika tidak cukup dari makanan yang dikonsumsi bisa ditambah dari suplemen," kata peneliti senior Elizabeth Bertone-Johnson.

Para peneliti belum tahu bagaimana pengaruh zat besi pada menurunnya risiko PMS karena zat besi banyak terlibat dalam berbagai proses tubuh. Zat besi mungkin mengurangi rasa nyeri dan gejolak emosional saat PMS dengan meningkatkan level hormon serotonin di otak.

Kadar serotonin yang rendah berkait erat dengan depresi. Bertone-Johnson mengatakan serotonin juga berkaitan dengan gejala PMS.

PMS diderita sekitar 8 -15 persen wanita berusia reproduksi. Gejalanya bisa fisik atau emosional, antara lain rasa nyeri pada payudara, nyeri perut, perubahan selera makan, depresi, dan kecemasan.

Penelitian yang dilakukan Bertone-JOhnson ini melibatkan 3.000 wanita di AS dan diikuti selama 10 tahun. Setelah membandingkan data asupan kalsium dan faktor lain, para peneliti menemukan wanita yang cukup mengonsumsi zat besi risikonya terkena PMS 40 persen lebih rendah.

Risiko PMS turun secara signifikan pada wanita yang mengonsumsi 20 miligram zat besi setiap hari. Pada wanita premenopause, disarankan mengonsumsi 18 mg zat besi setiap hari.

Sedangkan mereka yang mengasup lebih dari 10 mg zinc setiap hari efeknya terhadap PMS baru terasa.

Meski demikian, mineral sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan. Kadar potasium yang berlebihan diketahui justru meningkatkan risiko PMS. Karena itu sebaiknya konsultasikan pada dokter sebelum Anda mengonsumsi suplemen mineral.

"Terlalu banyak zat besi bisa menyebabkan masalah dan suplementasi mineral akan mengganggu keseimbangan tubuh," kata Samantha Heller, ahli nutrisi klinik.

Sumber :
Healthday News
»»  READMORE...