Social Icons

Jumat, 22 Februari 2013

6 Pengganti Gula untuk Diabetisi

Mungkinkah pasien diabetes mengonsumsi makanan manis? Tentu saja boleh. Pada dasarnya tujuan pengaturan makan pasien diabetes adalah untuk menurunkan kadar gula darah mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan. Memang beberapa jenis gula sebaiknya dihindari, tetapi saat ini sudah tersedia produk pengganti gula yang kandungan kalorinya minimal.

"Anjuran yang terbaik adalah dengan menggunakan kandungan gula yang sangat minimal dalam diet penderita diabetes," ujar Keri Glassman, ahli gizi asal New York. Produk pengganti gula dapat dijadikan pilihan karena selain menawarkan rasa manis, namun juga mengontrol asupan karbohidrat dan glukosa darah.

Jenis gula yang harus dihindari adalah gula murni seperti gula pasir, gula merah, permen, cokelat, selai, madu, sirop, atau susu kental manis. Berbeda dengan gula tersebut, pemanis buatan dibentuk di laboratorium sehingga tidak mengandung kalori dan tak menaikkan kadar gula darah.

Beberapa jenis pemanis buatan yang aman untuk diabetesi antara lain:
1. Sucralose
Ini adalah jenis pemanis non-nutritif yang tepat untuk pasein diabetes. Selain itu, meskipun sucralose 600 kali lebih manis dari gula, namun tidak memiliki efek menaikkan gula darah. Pemanis buatan ini bisa dipakai pada makanan panas atau dingin. Makanan yang diproses umumnya mengandung gula ini.

2. Sakarin
Sakarin merupakan pemanis yang tidak mengandung kalori dan sekitar 300 sampai 500 kali lebih manis dari gula. Meskipun dapat menjadi pilihan bagi penderita diabetes, namun penelitian menunjukkan bahwa asupan sakarin dapat memicu penambahan berat badan. Bisa digunakan untuk makanan panas atau dingin. Namun hindari pemanis ini jika Anda sedang hamil atau menyusui.

3. Aspartam
Aspartam merupakan pemanis non-nutritif yang 200 kali lebih manis dari gula namun tidak mengandung kalori. Bisa digunakan untuk makanan dingin atau hangat. Pada suhu panas, tingkat kemanisannya akan berkurang. Tidak semua orang boleh mengonsumsi pemanis ini, mereka yang menderita kondisi phenylketonuria tidak direkomendasikan karena bisa memicu efek samping tertentu.

4. Stevia
Stevia merupakan tanaman yang dapat menghasilkan rasa manis dan dinilai lebih baik daripada gula karena bebas kalori. Stevia sendiri tidak menyebabkan gula darah naik tetapi pemanis ini sering dikombinasikan dengan agen pencurah sehingga bentuknya bisa dicurahkan. Agen pencurah itu diduga bisa menyebabkan peningkatan gula darah.

5. Agave
Merupakan turunan dari getah yang diambil dari tanaman agave. Meskipun merupakan bentuk dari gula, namun memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga diserap lebih lama di tubuh dan tidak menimbulkan lonjakan gula darah. Tingkat kemanisannya sekitar dua kali dari gula biasa. Kebanyakan agave tersedia dalam bentuk sirup sehingga sebagian ahli gizi menilai pemanis ini mengandung fruktosa tinggi, gula sederhana yang terdapat dalam buah.

6. Alkohol gula
Alkohol gula atau polyols merupakan turunan dari serat alami dalam buah-buahan dan sayur-sayuran. Pemanis ini mengandung karbohidrat sehingga dikelompokkan ke dalam pemanis nutritif. Kendati demikian kandungan kalori dari jenis gula ini rendah dan dapat dijadikan pilihan sebagai pengganti gula.


Sumber :
Everyday Health
»»  READMORE...

Susu dan Yogurt, Terbaik untuk Kekuatan Tulang

Apakah produk susu yang Anda pilih untuk menguatkan tulang Anda? Mulai saat ini, Anda perlu memilih-milih produk susu jika tujuannya adalah untuk memperkuat tulang. Karena tidak semua produk susu bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan tulang. Faktanya, ada beberapa produk susu tertentu yang lebih baik dalam melakukan hal ini.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Institute for Aging Research di Hebrew SeniorLife di Boston menemukan bahwa susu dan yogurt adalah produk terbaik yang dapat meningkatkan kepadatan mineral tulang pada tulang panggul. Namun mereka tidak menemukan bukti bahwa kedua jenis produk ini berhubungan pada kepadatan tulang belakang.

Sekitar 44 juta orang Amerika memiliki osteoporosis, penyakit pengeroposan tulang yang disebabkan oleh rendahnya kepadatan tulang sehingga meningkatkan risiko patah tulang, terutama tulang panggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan.

Selama studi ini, para peneliti menganalisa data yang dikumpulkan dari sekitar 3.200 pria dan wanita, berusia 26 hingga 85. Mereka meminta para peserta untuk mengisi kuesioner yang mengindikasikan mereka makan makanan-makanan tertentu setiap minggunya. Para peneliti juga memperhitungkan jika ada faktor lain seperti merokok, konsumsi suplemen kalsium dan vitamin D, olahraga teratur, dan menopause pada wanita, serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi kekuatan tulang.

Selama 12 tahun para peneliti mengikuti perkembangan dari orang-orang ini dan mencatat adanya 43 kasus patah tulang panggul yang terjadi. Karena jumlah ini sangat kecil, maka para peneliti tidak mampu mengambil kesimpulan yang valid tentang konsumsi produk susu dan risiko patah tulang dari data mereka, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Kendati demikian, temuan yang dipublikasi dalam jurnal Archives of Osteoporosis ini menunjukkan bahwa orang yang rata-rata mengonsumsi 2,6 penyajian susu, yogurt, dan keju setiap hari memiliki kepadatan tulang panggul dan punggung yang lebih baik daripada mereka yang lebih sedikit mengonsumsinya.

Ketua penelitian ini Shivani Sahni, yang juga merupakan asisten peneliti di institut ini menduga bahwa nutrien yang beraneka ragam di produk susu - sebagai contoh, kandungan kalsium, protein dan vitamin D - bekerja dalam sinergi dan bersama-sama memberikan efek yang lebih baik daripada jika nutrien ini bekerja sendiri-sendiri.


Sumber :
»»  READMORE...

Stres dan Cemas Turunkan Kualitas Sperma


Kemampuan pria memproduksi sperma berkualitas ternyata berhubungan erat dengan kemampuannya menghadapi stres. Mereka yang memiliki kadar stres tinggi dalam jangka panjang cenderung menghasilkan air mani dengan konsentrasi sperma yang sedikit.

Kajian terbaru para ilmuwan Italia menemukan, pria yang memiliki tingkat kecemasan tinggi juga cenderung menghasilkan sperma yang bentuknya rusak atau kurang gesit berenang. Meski begitu, seorang ahli terapi kesuburan yang tidak terlibat dalam penelitian itu mengatakan, sebenarnya sulit menerapkan hasil riset seperti itu pada populasi umum karena responden dalam penelitian itu adalah mereka yang mengikuti terapi di klinik fertilitas.

"Apakah mereka menjadi stres karena kurang subur atau stres yang membuat mereka jadi tidak subur?" kata Tina Jensen dari Kopenhagen yang meneliti tentang faktor lingkungan pada kualitas sperma.

Studi sebelumnya menyebutkan, pria yang menjalani terapi kesuburan atau evaluasi kesuburan memiliki level stres yang lebih tinggi dibanding populasi secara umum. Beberapa penelitian juga menunjukkan kaitan antara stres dengan kualitas sperma.

Dalam studi yang dipimpin Elisa Vellani dari Euorean Hospital di Roma ini, ada puluhan pria dilibatkan. Mereka adalah 94 pria yang datang ke klinik kesuburan pertama kali, dan 85 pria lain yang tidak ikut terapi kesuburan sebagai kelompok kontrol.

Setiap pria memberikan contoh cairan maninya untuk dianalisis. Mereka juga menjawab survei untuk mengukur level stres dan kecemasan dalam jangka panjang dengan skor 20-80, makin tinggi skor makin tinggi level kecemasannya.

Secara umum pria dari kedua kelompok berada pada skor 37-40 yang tidak tergolong sebagai patologi.

Nah, ketika dibandingkan antara 28 pria yang level stresnya rendah dengan 40 pria yang level stresnya tinggi, diketahui pria yang stres punya konsentrasi sperma yang rendah serta jumlahnya sedikit. Makin stres seorang pria, makin terlihat adanya kerusakan DNA pada sel sperma. Kemampuan berenangnya juga rendah.

"Stres dan kecemasan adalah faktor yang signifikan dalam kesuburan pria," tulis para peneliti dalam jurnal Fertility and Sterility.

Tetapi mereka juga menjelaskan bahwa keterkaitan antara stres dan kualitas sperma tampak lemah pada kelompok pria yang tidak ikut terapi kesuburan.

Misalnya, pria yang ikut terapi kesuburan menghasilkan 29 juta sperma per milimeter semen, sedangkan pria dari kelompok kontrol menghasilkan 52 juta sperma per milimeter semen. Menurut standar WHO, sperma di atas 15 juta permilimeter semen termasuk normal.

Sumber :

»»  READMORE...

Zat Pewarna Rambut Dapat Memicu Kanker?

Sejenis zat kimia yang terdapat dalam cat rambut yang dipakai jutaan wanita ditengarai memicu kanker. Zat tersebut jika bereaksi dengan polutan di udara akan bersifat karsinogenik.

Peringatan tersebut disampaikan tim peneliti dari Inggris. Zat kimia dalam pewarna rambut permanen tersebut dapat bereaksi dengan polutan di udara. Bukan hanya cat rambut di salon yang perlu diwaspadai, tetapi juga pewarna rambut yang bisa dipakai di rumah.

Bahan kimia berbahaya itu disebut dengan amina sekunder yang bisa masuk ke dalam kulit dan menetap di rambut selama seminggu sampai sebulan setelah cat rambut digunakan.

Selama ini, nitrosamin yang diketahui memicu kanker sudah dilarang dalam bahan kosmetik di Inggris. Badan pengawas obat dan makanan AS (FDA) juga telah mengeluarkan aturan sejak tahun 1979 bahwa setiap kosmetik yang mengandung nitrosamin adalah terlarang.

Meski begitu, menurut tim ilmuwan dari Green Chemicals PLC yang mempublikasi temuannya dalam journal Materials, nitrosamin dapat dengan mudah dibentuk melalui reaksi kimiawi sederhana.

Amina sekunder dalam cat rambut misalnya, akan bereaksi pada polutan di udara yang berasal dari asap rokok atau asap knalpot selama beberapa waktu akan membentuk N-nitrosamin, yakni zat yang sangat beracun dan karsinogenik.

"Pada tahap ini kami memang belum yakin berapa jumlah N-nitrosamin yang terbentuk, tetapi sudah jelas zat itu sangat berbahaya," kata Profesor David Lewis, salah satu peneliti.

Ia menambahkan, demi kepentingan dan keamanan konsumen seharusnya dilakukan penelitian independen untuk mengetahui level toksin dalam komponen itu beserta efek sampingnya.

Jurubicara Green Chemicals menyebutkan potensi berbahaya dari amina sekunder dalam cat rambut selama ini kerap diabaikan. Padahal, beberapa penelitian juga telah mengaitkan antara cat rambut dengan kanker serta alergi.

Menanggapi hal tersbeut, George Hammer, pemilik Urban Retreats di Harrods, salon kecantikan terbesar di dunia, industri kimia mengeluarkan dana cukup besar untuk menutupi isu tersebut.

Sumber :
»»  READMORE...

Hati-hati, "Hand-Sanitizer" Berpotensi Timbulkan Api

Berhati-hatilah saat menggunakan hand sanitizer. Kombinasinya dengan listrik statis ternyata berpotensi menimbulkan api.

Hal ini ini dialami oleh seorang anak penderita kanker ginjal berusia 11 tahun, Ireland Lane. Ireland dilarikan ke Rumah Sakit Anak Doernbecher di Portland setelah mengalami cedera kepala akibat terbentur saat mendapati dirinya terbakar.

Seperti dilansir The Oregonian, Stephen Lane, ayah gadis ini, saat kejadian sedang tertidur di kamar anaknya. Ia terbangun setelah mendapati Ireland yang berlari keluar dari kamarnya akibat terkena api. Ia pun menutup api di tubuh anaknya dengan tubuhnya.

Ireland menderita luka bakar dari pusar hingga dagunya, serta beberapa bagian di tangan dan telinganya. Tidak ada yang menduga, listrik statis yang didapati Lane sebelumnya saat bermain dengan anaknya di tempat tidur malah membuat timbulnya api. Lane percaya, api muncul akibat listrik statis saat dikombinasikan dengan hand-sanitizer yang digunakan Ireland untuk membersihkan meja yang ada di dekat tempat tidurnya.

Hand-sanitizer
seringkali mengandung kadar alkohol yang tinggi dan mudah terbakar. Hal itulah yang dikaitkan pada api yang berhubungan dengan listrik statis.

Dalam laporan American Journal of Infection Control di tahun 2002, para peneliti di University of Louisville di Kentucky menjelaskan tentang kecelakaan yang dialami seorang tenaga medis yang baru saja melepas gaun berbahan 100 persen polyester. Tenaga medis itu memakai hand-sanitizer di telapak tangannya, kemudian membuka pintu berbahan metal. Ia kemudian melihat kobaran api dan menderita luka bakar di tangannya. Kendati demikian, ia hanya mengalami luka bakar yang menghabiskan bulu di lengannya dan tidak menderita dampak yang serius.

Sementara itu pelaporan dari Federal Aviation Administration (FAA) tahun 2010 menemukan bukan hanya hand-sanitizer yang mudah terbakar, namun juga uapnya. "Seperti yang sudah diduga sebelumnya, hand-sanitizer mudah terbakar dan tersulut api dari pemantik alat pemanggang saat dituangkan ke dalam panci. Uap juga mudah terbakar dan dapat disulut dengan memanaskan cairan (alkohol) dan sulut uapnya.," dilansir laporan FAA.

Menurut Donna Fleming Runyon dari 3M, salah satu perusahaan yang memproduksi hand-sanitizer, "meskipun hand-sanitizer mudah terbakar, namun tidak terduga sebelumnya api bisa muncul akibat pemakaiannya yang wajar."

Ia menekankan produk hand-sanitizer tetap aman asal penggunaannya sesuai dengan aturan.

Sumber :
Everyday Health
»»  READMORE...

Gula dan Susu Memicu Jerawat

Hasil review terhadap penelitian klinis dalam 50 tahun terakhir menunjukkan adanya kaitan antara pola makan dengan munculnya jerawat. Makanan dengan indeks glikemik tinggi, seperti yang mengandung gula sebaiknya dihindari.

Faktor makanan sebagai pemicu jerawat telah menjadi perdebatan selama lebih dari satu dekade. Dalam sebuah penelitian terbaru yang menganalisa studi dalam 50 tahun terakhir menemukan bahwa makanan dengan indeks glikemik tinggi dan susu bukan cuma memperburuk jerawat, tapi juga dalam sebagian kasus memicu jerawat.

Jerawat pada dasarnya timbul karena kombinasi berbagai faktor, antara lain produksi kelenjar minyak yang terlalu banyak serta timbunan sel kulit mati yang menyumbat pori sehingga muncul infeksi lokal di kulit.

Penyebab produksi kelenjar minyak yang berlebihan tersebut disebabkan oleh fluktuasi hormonal. Itu sebabnya mengapa masalah jerawat 80 persen dialami remaja di usia pubertas.

Kendati jerawat tidak membahayakan, tetapi jerawat yang parah, termasuk bekasnya bisa memicu rasa rendah diri dan depresi.

Sejak abad 19 para ilmuwan telah mengaitkan pola makan dengan jerawat. Makanan yang dianggap sebagai biang keladi munculnya jerawat antara lain cokelat, gula, dan lemak. Namun dua studi besar di periode tahun 1960-an membantah pendapat tersebut.

"Pada era sekarang ini para ahli dermatologi dan ahli gizi kembali melihat kaitan antara jerawat dengan pola makan. Bahkan ada tren terapi jerawat berupa terapi nutrisi," kata Dr.Jennifer Burris dari Departemen Studi Makanan dan Nutrisi, Universitas New York.

Makanan dengan indeks glikemik (IG) tinggi, yakni yang dengan cepat menaikkan gula darah, dianggap memiliki efek langsung pada perburukan jerawat karena memicu fluktuasi hormon.

Makanan dengan IG tinggi bisa meningkatkan kadar hormon dalam tubuh, termasuk insulin dan merangsang produksi kelenjar minyak.

Pada tahun 2007 studi di Australia menunjukkan remaja pria yang menjalankan pola amkan rendah IG menunjukkan perbaikan signifikan pada jerawat mereka.

Susu dianggap berpengaruh pada jerawat karena kandungan hormonnya. Studi tahun 2007 yang dilakukan tim dari Universitas Harvard menunjukkan ada kaitan yang jelas antara mereka yang hobi minum susu dengan keparahan jerawat.

Yang menarik, mereka yang memilih susu rendah lemak justru memiliki jerawat lebih parah. Hal ini diduga karena proses pembuatan susu tersebut meningkatkan kadar hormon dalam produk.


Sumber :
»»  READMORE...

Vitamin C Tomat Organik Lebih Tinggi

Tanaman tomat yang ditanam dengan cara organik ternyata mengandung vitamin C lebih tinggi dibandingkan varietas lain yang ditanam secara konvensional.

Dalam penelitian di Brasil disebutkan, tomat organik memang lebih kecil, tetapi kadar vitamin C-nya dan phenol-nya lebih tinggi. Phenol adalah zat yang bertindak sebagai antioksidan.

Hasil penelitian tersebut kontradiktif dengan studi yang dimuat dalam jurnal Annals of Internal Medicines yang menyebutkan tidak ada perbedaan kadar vitamin antara makanan organik dan makanan konvensional. Kesimpulan itu berdasarkan studi yang menganalisis 200 penelitian.

Namun, pada tahun 2011 sebuah penelitian menyimpulkan bahwa tanaman organik memang memiliki kadar vitamin C dan phenol yang tinggi, tetapi kadar proteinnya lebih rendah.

Tim peneliti juga belum menemukan bukti bahwa perbedaan nutrisi dalam produk organik dan non-organik bisa diterjemahkan sebagai manfaat kesehatan lebih tinggi.

Para konsumen sendiri memilih produk organik karena berbagai alasan, tidak cuma kandungan nutrisi. Alasan kadar pestisida lebih rendah serta ramah lingkungan banyak menjadi pertimbangan.

Tim peneliti dari Brasil menyebutkan, tanaman organik mengandung kadar nutrisi lebih tinggi karena tanaman itu ditumbuhkan dalam kondisi "penuh tekanan". Tanaman merespons tekanan tersebut untuk meningkatkan produksi kandungannya, termasuk phenol.

Salah satu contoh "sumber stres" tanaman organik adalah penggunaan pupuk. Tanaman organik harus ditumbuhkan menggunakan pupuk organik sehingga pengeluaran nitrogen lebih lambat dibanding pupuk kimia. Padahal, tanaman membutuhkan nitrogen sehingga tanaman menjadi stres.

Harry Klee, profesor di bidang ilmu hortikultura, mengatakan, tanaman tomat dalam penelitian itu mungkin mengandung nutrisi lebih tinggi karena ukurannya kecil.

Sumber :
LiveScience
»»  READMORE...