Social Icons

Minggu, 17 Februari 2013

7 Hal Tak Terduga Penyebab Disfungsi Ereksi

IlustrasiDisfungsi ereksi atau ketidakmampuan mempertahankan ereksi seringkali dialami oleh pria karena berbagai faktor. Faktor usia merupakan  faktor utama bagi pria terkait risiko disfungsi ereksi. Menurut National Institutes of Health, sekitar 4 persen dari pria berusia 50  tahun telah mengalami disfungsi ereksi, sementara hampir 50 persen dari pria yang berusia 75 tahun pun mengalami hal yang serupa.

Namun selain faktor usia, ternyata ada beberapa faktor yang mungkin tidak terduga yang dapat meningkatkan risiko disfungsi ereksi. Berikut 7 faktornya:

MSN.COM

1. Konsumsi obat untuk rambut rontok

Pengobatan untuk rambut rontok memiliki efek samping di antaranya disfungsi ereksi dan penurunan libido pada sebagian pria, demikian menurut sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Sexual Medicine. Sementara obat mungkin membantu dalam mengatasi rambut rontok, perubahan hormon juga dapat menentukan kemampuan untuk mencapai ereksi.

2. Penyakit gusi
Penyakit gusi dengan peradangan kronis dan infeksi meningkatkan risiko dari disfungsi ereksi, demikian menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Sexual Medicine. Penyakit gusi merupakan indikator dari lemahnya kesehatan tubuh secara umum dan dapat dihubungkan juga pada peningkatan risiko penyakit jantung, dan faktor risiko untuk disfungsi ereksi, ujar para peneliti.

3. Istri Anda beteman dengan sahabat pria Anda
Sudah menjadi rahasia umum bahwa faktor psikologis  memiliki peran besar dalam performa seks Anda, namun ada sesuatu yang mungkin baru Anda ketahui: ketika istri Anda menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman pria Anda, mungkin itu akan jadi pemicu dari disfungsi ereksi bagi Anda, demikian menurut sebuah studi yang dimuat dalam American Journal of Sociology.
4. Bersepeda
Bersepeda dapat meningkatkan risiko dari disfungsi ereksi. Sebuah review artikel tahun 2005 yang dipublikasi dalam jurnal Sexual Medicine menemukan bahwa sebanyak 4 persen dari pesepeda yang menghabiskan waktu paling tidak tiga jam per minggu di atas sadel, menderita disfungsi ereksi tingkat moderat, semestara hanya 1 persen dari pelari yang mengalami hal yang serupa.

5. Diabetes
Menurut National Institute of Health, pria dengan penyakit diabetes memiliki kemungkinan dua pertiga lebih besar untuk mengalami disfungsi ereksi daripada pria tanpa diabetes. Gula darah yang tidak terkontrol dengan baik dapat merusak saraf dan pembuluh darah yang mengendalikan ereksi dan darah yang mengalir menuju penis.

6. Tekanan darah tinggi
Pembuluh darah dan aliran darah yang sehat merupakan syarat esensial untuk memperoleh dan mempertahankan ereksi. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah di dalam tubuh, sehingga mereka pun kehilangan elastisitasnya dan kurang mampu lagi untuk mengalirkan darah dengan volume yang sama dengan cepat, terutama ke arah penis saat ereksi.

7. Depresi
Depresi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi disfungsi ereksi. Saat depresi, terjadi ketidakseimbangan komponen biokimia di dalam otak sehingga menyulitkan tubuh untuk mengalirkan darah ke penis saat ereksi.

Sumber :
»»  READMORE...

Jumat, 15 Februari 2013

Cegah Sakit Jantung, Ketahui 5 Angka Ini

Penyakit kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Meski kemajuan teknologi kedokteran mampu meningkatkan harapan hidup pasien, namun pencegahan masih merupakan cara terbaik.

Menurut Thomas Behrenbeck, ahli penyakit jantung dari Mayo Clinic, beberapa puluh tahun lalu orang yang terkena serangan jantung 66 persennya akan meninggal. Namun menurut data tahun 2012 dari Mayo Clinic, kini 94 persen pasien serangan jantung akan selamat.

"Kemajuan teknologi dalam bidang penyakit jantung memang sangat pesat. Tetapi teknologi itu membutuhkan biaya yang mahal. Padahal gaya hidup berperan besar dalam kejadian penyakit jantung, karena itu yang lebih penting adalah mengubah gaya hidup," katanya dalam acara konferensi pers acara Simposium Kardiologi yang diadakan oleh RS Eka Hospital di Jakarta, Rabu (13/2/13).

Saat ini para ahli dari American Heart Association giat mengampanyekan pentingnya mengetahui angka-angka yang merupakan faktor risiko penyakit jantung. "Berbagai riset menunjukkan, 75 persen orang bisa digolongkan ke dalam orang beresiko tinggi hanya dengan mengetahui 5 angka," katanya.

Kampanye Know Your Numbers tersebut sebenarnya bisa diterapkan oleh setiap orang, termasuk Anda. Tak ada kata terlambat untuk mengetahui kondisi kesehatan jantung. Ketahui 5 angka kunci berikut ini dan konsultasikan pada dokter jika angkanya tidak normal.

1. Tekanan darah
Tidak ada obat untuk menyembuhkan darah tinggi, tetapi kondisi ini bisa dicegah dan dirawat. Tekanan darah yang normal adalah lebih rendah dari 130/80 mm Hg.

2. Kolesterol
Hasil tes lemak darah terdiri dari beberapa angka yang masing-masing menunjukkan kadar total, kolesterol jahat (LDL) dan kolesterol baik (HDL), dan trigliserida.

Kadar kolesterol total seharusnya kurang dari 200
LDL kurang dari 100 mg/dL
HDL diatas 40 mg/dL untuk pria dan 50 mg/dL untuk wanita
Trigliserida sebaiknya kurang dari 100 mg/dL

3. Gula darah
Kadar gula darah puasa sebaiknya kurang dari 100 mg/dL
Kadar gula darah dua jam setelah makan sebaiknya kurang dari 140 mg/dL

4. Berat badan
Cara menghitung berat badan ideal yang akurat adalah menghitung indeks massa tubuh.
Rumusnya IMT: Berat badan (kg) / tinggi badan (cm)/100)2.
Nilai IMT yang normal adalah antara 18,5 - 25.0

5. Frekuensi olahraga
Untuk menjaga kesehatan dan kebugaran, kita dianjurkan untuk berolahraga 30 menit setiap hari, 5 kali dalam seminggu.
»»  READMORE...

Sering Memeluk Bayi Cegah "Baby Blues"

Sindroma baby blues dialami sekitar 80 persen ibu yang baru melahirkan. Perasaan tak berdaya dan mudah marah akibat sindrom ini bahkan bisa memicu depresi. Cegah dengan lebih banyak melakukan kontak kulit dengan bayi.

Perubahan hormonal dan perasaan tidak siap menjalani peran baru sebagai ibu diduga kuat menyebabkan sindrom baby blues. Gejalanya antara lain merasa sedih, cemas, pikiran kompulsif, ketakutan, dan merasa tidak mampu.

Bila tidak ditangani kondisi tersebut bisa berkembang menjadi depresi (postpartum depression). Depresi pasca melahirkan bukan hanya berpengaruh pada ibu, tetapi juga bayi sehingga ia lebih rentan mengalami gangguan perkembangan sosial, emosional, dan kognitif.

Menurut studi dalam Journal of Obstretic, Gynecological, and Neonatal Nursing, melakukan kontak kulit (skin to skin contact) antara bayi dan ibu bisa menjadi terapi alternatif untuk mengatasi baby blues tanpa obat.

Para ibu yang melakukan kontak kulit 6 jam setiap hari selama satu minggu pasca melahirkan, kemudian diikuti dengan kontak kulit 2 jam setiap hari diketahui memiliki gejala depresi lebih rendah.

Bagi bayi, pelukan, sentuhan atau ciuman akan memuaskan kebutuhan mereka pada kontak manusia dan meningkatkan ikatan. Kegiatan tersebut juga merangsang pengeluaran hormon oksitosin pada ibu. Bayi dan ibu juga akan merasa lebih rileks dan nyaman.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Pediatrics menyebutkan kontak kulit sekitar 3 jam setiap hari akan mengurangi frekuensi menangis bayi. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi rasa stres ibu. Bayi juga bisa tidur lebih nyenyak dan lebih lama.

Olahraga juga berperan penting dalam mengurangi risiko baby blues dan depresi pasca melahirkan. Aktivitas fisik akan melepaskan endorfin yang membantu kita merasa lebih bahagia dan meningkatkan temperatur tubuh sehingga memicu rasa nyaman.


Sumber :
»»  READMORE...

Mata Sehat di Depan Layar

 
KOMPAS.com — Terlalu lama menatap perangkat elektronik dalam bekerja, baik PC, laptop, tablet, maupun smartphone dapat mengurangi kesehatan mata. Beberapa tips ini perlu dilakukan meski sibuk bekerja.
 
  • Atur pencahayaan layar gadget dengan tingkat sesuai, hindari pencahayaan terlalu menyilaukan dan terlampau gelap. 
  • Upayakan menjalankan sistem 20/20/20, yaitu setiap 20 menit sekali memalingkan pandangan mata Anda selama 20 detik ke luar layar sejauh 20 kaki (sekitar enam meter) atau ke arah tanaman hijau.
  • Menutup mata sebentar untuk melembabkan dan menyalurkan air mata ke seluruh permukaan kornea.
  • Menggunakan filter layar komputer untuk meredam radiasi atau menggunakan kacamata dengan lensa antiradiasi.
  • Biasakan untuk tidak berada di depan layar lebih dari delapan jam sehari.
  • Mengonsumsi vitamin A dan asam lemak omega-3 sebagai nutrisi untuk mata.

(Majalah Chic/Vinny)
»»  READMORE...

Tidur Memakai Bra Membuat Payudara Kencang?

Kompas.com - Payudara yang indah dan kencang menjadi dambaan banyak wanita. Seperti halnya bagian tubuh lain, payudara juga harus dirawat. Untuk mencegah "si bukit kembar" ini menjadi kendur, memakai bra saat tidur dianjurkan.

Menurut Arthur Perry, pakar bedah kosmetik, tidur tanpa memakai kutang adalah penyebab payudara kendur.
"Kita memakai bra di siang hari untuk menopang payudara dan mencegah gravitasi. Lalu kita tidur 8 jam tanpa menggunakan bra. Padahal grativasi terjadi setiap saat," katanya.

Dalam bahasa ilmiah, kendurnya bagian tubuh, terutama bagian bawah mata disebut dengan ptosis. Penurunan ke bawah akibat grativasi akan membuat kulit di sekitar payudara meregang. Seiring dengan usia, kolagen kulit yang selama ini membuat payudara lebih elastis akan melemah sehingga sulit untuk membuat payudara kencang kembali.

Ukuran payudara juga berpengaruh. Makin besar ukuran payudara Anda, baik karena gen, implan, atau kehamilan, makin besar risikonya untuk kendur. Karena itu mereka disarankan untuk tidur dengan menggunakan penyangga payudara.

Penambahan volume yang cepat, misalnya berat badan naik, kehamilan, atau pemasangan impan, akan meningkatkan potensi kekenduran. Lapisan dermin di kulit akan menekan dan sobek untuk mengompensasi perubahan yang cepat. Kita menyebutnya sebagai stretch mark.

"Sebenarnya belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan tidur memakai bra berdampak negatif. Karena itu tak ada salahnya tidur menggunakan bra yang nyaman dan tidak mengganggu sirkulasi darah," katanya.

Sumber :
»»  READMORE...

Makanan Tinggi Glikemik Memicu Diabetes


Meski diabetes melitus oleh awam sering disebut penyakit kencing manis, sebenarnya faktor utama penyakit ini tidak disebabkan oleh kelebihan gula. Menurut riset, makanan dengan indeks glikemik tinggi adalah biang keladi penyakit diabetes.

Indeks glikemik (IG) merupakan indikator cepat atau lambatnya unsur karbohidrat dalam bahan pangan dalam meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh. Bahan pangan dengan IG rendah lebih aman untuk penderita diabetes dan obesitas.

Hasil analisa terhadap 24 penelitian yang dipublikasikan sejak tahun 1997 dan melacak pola makan 125.000 orang dewasa menyimpulkan, orang yang kurang mengonsumsi serat dan sering mengasup makanan yang diproses beresiko tinggi menderita diabetes.

"Makanan yang cepat menaikkan kadar gula itu akan membuat pankreas bekerja keras menghasilkan insulin setelah makan, setiap hari," kata Dr.David Ludwig dari Boston Children's Hospital yang banyak meneliti tentang diabetes.

Riset yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition itu dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas California, Los Angeles dan Universitas Oxford, Inggris.

Secara umum, para responden dalam penelitian itu mengonsumsi sekitar 139 gram gula. Dalam setiap tambahan gula sebanyak 100 gram per 2000 asupan kalori harian, risiko seseorang untuk terkena penyakit diabetes melitus naik sampai 45 persen.

"Sangat mudah mendapat 100 gram gula, terutama jika kita tidak hati-hati dalam memilih makanan yang tepat," kata Heidi Silver, pakar nutrisi yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Makanan dengan IG rendah, antara lain ikan, daging, sayur dan buah yang tinggi serat, kacang-kacangan, nasi merah, atau produk susu.

Masyarakat juga mesti mengetahui mana makanan yang memiliki IG tinggi. Misalnya saja pisang matang yang memiliki kandungan gula lebih tinggi dibanding yang masih mengkal.

Makanan seperti protein batangan atau serat batangan juga perlu diwaspadai karena tidak sama dengan serat dari sayur atau buah. Di negara maju umumnya banyak produk makanan yang sudah dilabeli indeks glikemiknya.

Di internet cukup banyak informasi mengenai tabel IG makanan. Salah satunya adalah www.glycemicindex.com


Sumber :
»»  READMORE...

Kamis, 14 Februari 2013

Alkohol Sebabkan 1 dari 30 Kematian Kanker


Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol terkait dengan setiap 1 dari 30 kematian akibat kanker di Amerika Serikat. Kaitan tersebut tampak nyata pada kasus kanker payudara.

Sekitar 15 persen kematian akibat kanker payudara diketahui terkait dengan konsumsi alkohol.

"Alkohol sebenarnya merupakan agen penyebab kanker tetapi tidak begitu kentara karena orang tak menyadarinya," kata Dr.David Nelson, direktur Cancer Prevention Fellowship Program.

Orang yang sering mengonsumsi alkohol beresiko tinggi terkena kanker. Meski begitu tidak ada batasan aman untuk menggunakan alkohol, termasuk orang yang minum dalam jumlah sedang yang selama ini dinilai bermanfaat untuk jantung.

"Sebaiknya orang yang memahami mereka beresiko kanker mulai mengurangi konsumsi alkoholnya. Makin sedikit, makin rendah risikonya," kata Nelson.

Untuk mengetahui kaitan antara minum alkohol dan kanker, Nelson dan timnya mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk survei nasional penggunaan alkohol.

Selain kanker payudara pada wanita, kanker mulut, tenggorokan dan esofagus adalah jenis kanker yang dikaitkan dengan konsumsi alkohol pada pria. Tiap tahunnya tercatat 6000 kematian akibat kanker tersebut.

Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa hobi menenggak alkohol adalah faktor risiko kanker mulut, tenggorokan, esofagus, liver, kolon, rektum, dan kanker payudara pada wanita.

Menurut para ahli dari the American Cancer Society, belum jelas sepenuhnya bagaimana alkohol meningkatkan risiko kanker.

Alkohol diyakini bertindak seperti zat kimia yang iritan pada sel sensitif dan memicu kerusakan DNA. Selain itu alkohol juga bertindak seperti pelarut untuk karsinogen lain, misalnya yang ditemukan dalam rokok, sehingga zat karsinogen itu bisa masuk sel lebih mudah.

Alkohol juga diduga memengaruhi hormon-hormon penting, seperti estrogen sehingga meningkatkan risiko kanker payudara.

"Jika Anda bukan peminum alkohol, jangan memulainya. Namun jika Anda adalah peminum, mulailah membatasi," katanya.

Meski alkohol terbukti terkait dengan kanker, namun tembakau masih menjadi faktor kuat dalam kematian kanker. Setiap tahunnya 100.000 kematian karena kanker dipicu oleh kebiasaan merokok.


Sumber :
Healthday News
»»  READMORE...