Bab I
Pendahuluan
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Mata adalah salah satu panca indra yang
sangat penting, tanpa mata kita sangat menderita. Salah satu kelainan pada mata
yang sering terjadi yaitu katarak.
Katarak berasal dari bahasa Yunani “ Katarrhakies”, bahasa Inggris
“Cataract”, dan bahasaLatin “ Cataracta” yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaankekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa dan
denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh
berbagai keadaan. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehinggamengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Bila kekeruhan tebal,maka penglihatan
akan terganggu, kadang – kadang sampai menimbulkan kebutaan.
Di Indonesia, jumlah kebutaan akibat
katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita
penduduk usia produktif. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang
hal-hal yang dapat menyebabkan katarak dan cara pencegahannya. Faktor pemicu
katarak itu sendiri bisa disebabkan oleh pantulan sinar ultraviolet, kekurangan
riboflavin (vitamin B2) dan usia lebih panjang.Untuk mengurangi angka kebutaan
di Indonesia akibat katarak, pemerintah sudah lama melakukan program penyuluhan
tentang katarak di setiap puskesmas.
Operasi katarak
juga sudah digalakkan di seluruh Indonesia dengan cara mendatangi daerah-daerah
yang penderitanya darikalangan kurang mampu. Namun, meskipun upaya ini sudah
dilakukan, nampaknya penderitakatarak tetap saja tinggi karena factor dana dan
keterbatasan tenaga medis yang ada. Tetapi, pemerintah juga sudah
mencanangkan program Vision 2020 untuk menanggulangi kebutaan diIndonesia,
program Vision tersebut meliputi lima upaya yang meliputi pemantapan advokasi.
1.2
Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini
adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Konsep Katarak
serta Asuhan Keperawatan pada penderita Katarak.
1.3 Rumusan
Masalah
1. Apa
saja bagian dari Anatomi Mata ?
2. Jelaskan
Konsep Dasar Katarak ?
3. Bagaimana
Asuhan Keperawatan pada Pasien Katarak ?
Bab
II
Pembahasan
Pembahasan
2.1 Anatomi
Fisiologi Mata
saraf optikus
atau urat saraf kranial kedua adalah saraf sensorik lintuk penglihatan. Saraf
ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina bergabung membentuk saraf
optikus. Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan melintasi
kanalis optikus) memasuki ronggakranium, lantas menuju kiasma optikum. Saraf
penglihatan memiliki tiga pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen
otak. Lapisan luarnya kuat dan fibrus serta bergabung dengan sklera
Lapisan tengah haius seperti araknoid, sementara lapisan dalam adalah vakuler
(mengandung banyak pembuluh darah). Pada saat serabut-serabut itu mencapai
kiasma optikum, separuh serabut-serabut itu akan menuju ke traktus optikus sisi
seberangnya, sementara separuhnya lagi menuju traktus optikus sisi yang sama
dengan perantaraan serabut-serabut ini, setiap serabut nervus optikus
dihubungkan dengan kedua sisi otak. Pusat visual terletak pada korteks lobus
oksipitalis otak. Bola mata adalah organ penglihat Bola mata terletak dalam
tulang orbita, serta dilindungi sejumlah struktur, seperti kelopak mata, alis,
konkonjungtiva, dan alat-alat lakrimal (aparatus lakrimalis).
1.
Bola Mata
umumnya mata dilukiskan sebagai bola, tetapi
sebetulnya lonjong dan bukan bulat seperti bola. Bola mata mempunyai garis menengah
kira-kira 2,5 cm, bagian depannya bening, serta terdiri atas tiga lapisan:
a)
Lapisan luar, fibrus, yang merupakan lapisan penyangga.
b)
Lapisan tengah, vaskuler.
c)
Lapisan dalam, lapisan saraf.
Ada enam otot penggerak mata, empat di antaranya
lurus, sementara dua yang lain agak serong. Otot-otot ini terletak di sebelah
dalam orbita, dan bergerak dari dinding tulang orbita untuk dikaitkan pada
pembungkus sklerotik mata sebelah belakang kornea. Otot-otot lurus terdiri atas
otot rektus mata superior, inferior, medial, dan lateral. Otot -otot ini
menggerakkan mata ke atas, ke bawah, ke dalam, dan ke sisi luar bergantian. Otot-otot
oblik adalah otot inferior dan superior. Otot oblik superior menggerakkan
mata ke bawah dan ke sisi luar, sementara otot oblik inferior menggerakkan mata
ke atas dan juga ke sisi luar. Mata.bergerak serentak, dalam arti kedua
mata bergerak bersamaan kekanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah, dan
seterusnya. Serabut-serabut saraf yang melayani otot-otot ini adalah nervi
motores okuli, yaitu saraf kranial ketiga, keempat, dan keenam.
Biasanya, sumbu kedua mata mengarah secara serentak
pada satu titik yang sama, tetapi akibat adanya paralisa pada sebuah atau
beberapa otot, mata tidak dapat mengarah. secara serentak lagi, maka timbullah
apa yang dinamakan mata juling atau strabismus. Keadaan
sedemikian dapat berupa bawaan ataupun diperoleh kemudian.
Apabila penderita tidak dapat tertolong dengan menggunakan kacamata
ataupun dengan pendidikan- kembali, operasi dapat dilaksanakan, yang harus
diikuti latihan-latihan dan pendidikan-kembali.
Sklera adalah pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera
membentuk putih mata dan bersambung pada bagian depan dengan sebuah
jendela membran yang bening, yaitu kornea. Sklera melindungi struktur mata yang
sangat halus, serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
Koroid atau lapisan tengah berisi pembuluh darah,
yang merupakan ranting-ranting arteria oftalmika, cabang dari arteria karotis
interna. lapisan vaskuler ini membentuk iris yang berlubang di
tengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata. Selaput berpigmen sebelah
belakang iris memancarkan warnanya, dan dengan demikian menentukan apakah sebuah
mata itu berwarna biru, cokelat, kelabu, dan seterusnya. Koroid bersambung
pada bagian depannya dengan iris, dan tepat di belakang iris selaput ini
menebal gunam embentuk korpus siliare, sehingga korpus siliare terletak antara
koroid dan iris. Korpus siliare itu berisi Krabut otot sirkular dan
serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jarisebuah
lingkaran. Kontraksi otot sirkular
menyebabkan pupil mata juga berkontraksi.
Semuanya ini bersama-sama membentuk traktus uvea, yang
terdiri atas korpus siliare, dan selaput koroid. Peradangan pada masing-masing
bagian berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan koroiditis, atau bersama-sama
disebut uveitis. Bila salah satu bagian dari traktus ini mengalami peradangan,
penyakitnya akan segera menjalar ke bagian traktus lain di sekitarnya.
2.
Retina
Retina adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri atas sejumlah lapisan
serabut,yaitu sel-sel saraf, batang-batang, dan kerucut. semuanya termasuk
dalam konstruksi retina, yang merupakan jaringan saraf
halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optik, yang
merupakan titik tempat saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini disebut
bintik buta karena tidak mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada
retina adalah makula, yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optik,
persis berhadapan dengan pusat pupil.
3. Kornea
K ornea
merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang putih
dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepia
dalah epitelium berlapis yang bersambung dengan konjungtiva.
4. Bilik
anterior
Bilik anterior (kamera okuli
anterior), yang terletak antara kornea dan iris.
5. Iris
Iris adalah
tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput koroid.
Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos kelompok
yang satu mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan
ukuran pupil itu.
6. Pupil bintik
tengah
yang berwarna
hitam, yang merupakan celah dalam iris, tempat cahayamasuk guna mencapai retina
7. Bilik
posterior
Bilik posterior
(kamera okuli posterior) terletak di antara iris dan lensa. Baik
bilik anterior maupun bilik posterior diisi dengan akueus humor.
8. Akueus
humor
Cairan ini
berasal dari korpus siliare dan diserap kembali ke dalam aliran darah padasudut
antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran Sc Hlemm.
9. Lensa
Lensa
adalah sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan-belakang) yang terdiri
atas beberapa lapisan. Lensa terletak persis di belakang iris. Membran yang dikenal
sebagai ligamentum suspensorium terdapat di depan maupun di belakang lensa itu,
yang berfungsi mengaitkan lensa itu pada korpus siliare. Bila ligamentum suspensorium
mengendur, lensa mengerut dan menebal, sebaliknya bila ligamen menegang, lensa
menjadi gepeng. Mengendurnya lensa dikendalikan kontraksi ototsiliare.
10. Vitreus
humor
Darah
sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina, diisi cairan
penuhalbumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar, yaitu vitreus humor. Vitreus
humor berfungsi memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta
mempertahankan hubungan antara retina dan selaput koroid dan sklerotik.
11. Bagian
± bagian mata
Alis adalah dua
potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis
dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya, serta berfungsi melindungi mata
dari sinar matahari yang terlalu terik. Kelopak mata merupakan dua lempengan, yaitu
lempeng tarsal yang terdiri atas jaringan fibrus yang sangat padat,
serta dilapisi kulit fen dibatasi konjungtiva. Jaringan di bawah kulit ini
tidak mengandung lemak, Kelopak mata atas lebih besar dari pada kelopak mata
bawah, serta digerakkan ke atas oleh otot levator palpebrae. Kelopak-kelopak
itu ditutup otot-otot melingkar, yaitu muskulus orbikularis okuli. Bulu mata dikaitkan
pada pinggiran kelopak mata, serta melindungi mata dari debu fen cahaya.
2.2 Konsep
Dasar Katarak
1. Pengertian
Katarak
adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan beningmenjadi
keruh. Asal katarak dari kata yunani cataracta yang berarti air terjun. Mungkin
sekali karena pasien katarak seakan ± akan melihat sesuatu seperti tertutup
oleh air terjundi depan matanya. Seseorang dengan katarak akan melihat
benda seperti ditutupi kabut. Agaknya akan lebih mudah dikatakan bila pasien
dengan katarak akan melihat seakan ± akan melalui kaca mobil dengan
banyak butir hujan sehingga penglihatan keluar mobil tidak bebas atau berkabut
(Prof. Dr. Sirdarta ilyas, DS M,
1999, hal 2 ).
Katarak
adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang
diproyeksikan pada retina (indriana,istiqomah,2005).
Katarak
adalah mengaburnya lensa, dapat menyerang sebagian atau keseluruhan lensa
tersebut ( Evelyn c. Pearce, 2009, hal 391 ).
Katarak
adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul
lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih
dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkK)
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap
keadaan kekeruh an yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga
akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan
lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata
dapat bervariasi.
2. Klasifikasi
Katarak dapat
diklasifikasikan menjadi :
·
katarak Kongenital:
Katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
·
Katarak Juvenil :
katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
·
Katarak Senil: katarak
setelah usia 50 tahun
·
Katarak Trauma: Katarak
yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Etiologi
a. Ketuaan
(Katarak Senilis )
b. Penyakit
mata lain ( Uveitis )
c. Penyakit
sistemik (DM)
d. Defek
kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal,
seperti German Measles )
e. Cacat
bawaan sejak lahir.
f. Masalah
kesehatan, misalnya diabetes.
g. Penggunaan
obat tertentu, khususnya steroid.
h. gangguan
pertumbuhan.
i.
Mata tanpa pelindung
terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
j.
Rokok dan Alkohol
k. Operasi
mata sebelumnya.
l.
Trauma (kecelakaan)
pada mata.
m. Faktor-faktor
lainya yang belum diketahui.
4. Patofisiologi
Lensa
berisi 65 % air, 35 % protein, dan mineral penting. Katarak merupakan
kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan
kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat
larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami
peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitasnya di akibatkan
oleh kompresi sentral serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru
diproduksi di korteks, serat lensa ditekan menuju sentral. Serat ± serat
lensa yang padat lama ± lama menyebabkan hilangnya transparasi lensa yang
tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab
diatas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme
ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan ± bahan yang ada di dalam lensa
yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan pada lensa. Kekeruhan dapat berkembang
di berbagai bagian 10 lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk
melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh/ buram kondisi ini
mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina akibatnya otak
menginterpretasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak
terapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi cokelat
atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna.
5. Manifestasi
Klinis
Katarak
didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajattertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan
tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak aakantampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa
sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan
tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi
kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu
atau putih
6. Komplikasi
Komplikasi yang
terjadi : nistagmus dan strabismus
7. Pemeriksaan
Diagnostik
Kartu
mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
a. Lapang
Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
b. Pengukuran
Tonografi : TIO (12 ± 25 mmHg)
c. Pengukuran
Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma
d. Tes
Provokatif : menentukan adanya/tipe gllukoma
e. Oftalmoskopi
: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papil edema, perdarahan.
f. Darah
lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik/infeksi.
g. EKG,
kolesterol serum, lipid
h. Tes
toleransi glukosa : kotrol DM
8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Bila
penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke
titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan
biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan
penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai
adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan
atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu
untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus,
seperti diabetes dan glaukoma.
Ada
2 macam teknik pembedahan :
1) Ekstraksi
katarak intrakapsuler adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan. Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan
dari prosedur adalah kemudahan prosedur ini dilakukan, sedangkan
kerugiannya mata berisiko tinggi mengalami retinal detac hment dan
mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa intraokuler. Salah satu
teknik ICCE adalah menggunakan cryosurgery; lensa dibekukan dengan probe super dingin
dan kemudian diangkat.
2) Ekstraksi
katarak ekstrakapsuler merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai
sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan. Korteks dan nukleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan
untuk mencegah prolaps vitreus, untuk melindung retina dari sinar
ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intraokuler.
ECCE paling sering dilakukan karena memungkinkan dimasukkannya lensa
intraokuler ke dalam kapsul yang tersisa. Setelah pembedahan diperlukan koreksi
visus lebih lanjut. Visus biasanya pulihdalam 3 bulan setelah pembedahan.
Teknik yang sering digunakan dalam ECCE adalah fakoemulsifikasi, jaringan
dihancurkan dan debris diangkat melalui pengisapan (suction).
b. Rehabilitasi
Pilihan
rehabilitasi bergantung pada keparahan masalah, umur klien dan
jenis pembedahan. Pilihan rehabilitasi meliputi sebagai berikut.
1) Kacamata
Setelah
ekstraksi katarak, mata klien tak mempunyai lensa yang disebut afakia dengan
tanda COA dalam, iris tremulans, pupil hitam. Keadaan ini harus dikoreksi dengan
lensa sferis (+) 10D supaya dapat melihat jauh. Koreksi ini harus diberikan 3
bulan pasca operasi, sebab sebelum 3 bulan keadaan refraksi masih berubah-ubah karena
keadaan luka belum tenang dan astigmatismenya tidak tetap. Lensa mengubah
bayangan sebanyak 25-33% dan menyebabkan distorsi sehingga garis vertikal
seperti pintu tampak melengkung, menyebabkan pandangan perifer hilang, kedua
mata tidak berfungsi bersama, sehingga terjadi diplopia jika hanya satu mata yang
dioperasi, dan merupakan pilihan yang tidak mahal.
2) Lensa
kontak
Keuntungan
pilihan ini adalah ukuran bayangan hanya 7% lebih besar daripada ukuran
normal, sehingga kedua mata berfungsi bersama. Lapang pandang tidak
berubah/konstriksi. Kerugiannya dapat terjadi lakrimasi, perlu ketrampilan untuk
memasang dan melepas, potensial infeksi dan abrasi kornea, implantasi lensa intraokuler,
distorsi bayangan minimal 1-3%, segera kembali ke binokular vision. Kerugiannya
risiko tinggi komplikasi, kemungkinan penolakan lensa dan biaya mahal.
c. Perawatan operasi
a. Perawatan
Preoperasi Rutin
· Fungsi
retina harus baik yang diperiksa dengan tes proyeksi sinar.
· Tidak
boleh ada infeksi pada mata/jaringan sekitar.
· Tidak
boleh ada glaukoma. Pada keadaan glaukoma, pembuluh darah retina telah menyesuaikan
diri dengan TIO yang tinggi. Jika dilakukan operasi, pada waktu kornea
dipotong, TIO menurun, pembuluh darah pecah dan menimbulkan perdarahan
hebat. Juga dapat menyebabkan prolaps dari isi bulbus okuli sepertiiris, badan
kaca dan lensa.
· Periksa
visus.
· Keadaan
umum harus baik: tidak ada hipertensi, tidak ada diabetes melitus
(kadar gula darah <150 mg/dl), tidak ada batuk menahun dan penyakit
jantung sepertidekompensasi kordis.
· 2-3 hari
sebelum operasi, mata diberi salep.
· 1
hari sebelum operasi, mata ditetesi homatropin 3x1 tetes.
· Sore
hari bulu mata dicukur, yakinkan klien bahwa bulu mata akan tumbuh lagi. Kerjakan
transchanal spoeling (uji Anel). Uji Anel negatif merupaka nkontraindikasi
mutlak untuk operasi intraokule- karena kuman dapat masuk kedalam mata.
· Beri
salep antibiotik, jika perlu luminal tablet.
· Anjurkan
mandi dan keramas sebelum operasi.
· Kirim
ke kamar operasi dengan pakaian operasi
· Premedikasi
di kamar operasi.
· Injeksi
luminal dan mata ditetesi pantokain tiap menit selama : menit.
Beri kesempatan Klien
yang Cemas untuk Menceritakan Kehilangan
Pandangan.
Review Prosedur
Anestesi Lokal dan Retrobulbar yang Biasanya Sering Digunakan.
Berikan
Premedikasi Sesuai Program
1) Asetazolamid/metazolamid
untuk menurunkan TIO.
2) Obat-obat
simpatomimetik, misalnya fenilefrin untuk vase- konstriksi danmidriasis.
3) Parasimpatolitik
untuk menyebabkan paralisis dan menyebabkan" otot siliaris
tidak dapat menggerakkan lensa.
b. Perawatan
Pascaoperasi
Pascaoperasi boleh
minum saja, 2 jam pascaoperasi makan makanan lunak.
Pertahankan posisi semi-Fowler atau sesuai advis. Enam jam
pascaoperasi kepala baru boleh bergerak dan tidur miring ke arah mata yang
tidak dioperasi. Laporkan adanya drainase pada balutan kepada dokter
bedah/dokter mata. Lakukan kompres dingin jika mata gatal. Kurangi/ batasi
klien untuk batuk, membungkuk, bersin, mengangkat benda berat lebih dari 7,5 kg
dan tidur/ berbaring pada sisi operatif (karena akan menigkatkan
TIO). Rekomendasikan kacamata pada siang hari dan pelindung mata pada
malam hari.
Antibiotik
seperti gentamisin sesuai program, yang diberikan segera
setelah pembedahan subkonjungtiva, demikian juga salep antibiotik dan
steroid; keduanya digunakan untuk beberapa hari setelah operasi. Berikan
analgesik sesuai program. Lakukan observasi dan melaporkan komplikasi
pembedahan, yaitu:
1) Peningkatan
TIO, ditandai nyeri parah, mual dan muntah.
2) Perdarahan
ruang mata anterior ditandai dengan perubahan pandangan.
3) Terbentuknya
membran sekunder atau katarak sekunder, ditandai dengan lensa belakang
menjadi keruh.
4) Retinal
detachment , ditandai dengan tampaknya titik hitam, peningkatan jumlah floaters
atau sinar kilat dan hilangnya sebagian/seluruh lapang pandang Infeksi.
Bab III
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak
A.
Pengkajian
1.
Anamnesis
a.
Umur, katarak bisa
terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada usia lanjut.
b.
Riwayat trauma, trauma
tembus ataupun tidak tembus dapat merusak kapsul lensa.
c.
Riwayat pekerjaan, pada
pekerja laboratorium atau yang berhubungan dengan bahan kimia atau terpapar
radioaktif /sinar-X.
d.
Riwayat
penyakit/masalah kesehatan yang ada: beberapa jenis katarak komplikata terjadi
akibat penyakit mata yang lain dan peyakit sistemik.
e.
Riwayat penggunaan
obat-obatan
2.
Pemeriksaan Fisik
a. Klien mengeluhkan penurunan pandangan
bertahap dan tidak nyeri.
b. Pandangan kabur, berkabut atau pandangan
ganda.
c. Klien juga
melaporkan melihat glare/halo di sekitar sinar lampu saat
berkendaraan di malam hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan
untuk membaca, sering memerlukan perubahan kacamata dan gangguan yang
menyilaukan serta penurunan pandangan pada cuaca cerah. Klien juga
memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau tampak kekuningan
atau kecoklatan. Perlu peningkatan cahaya untuk membaca.
berkendaraan di malam hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan
untuk membaca, sering memerlukan perubahan kacamata dan gangguan yang
menyilaukan serta penurunan pandangan pada cuaca cerah. Klien juga
memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau tampak kekuningan
atau kecoklatan. Perlu peningkatan cahaya untuk membaca.
d. Jika klien
mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin melaporkan dapat
melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang, karena katarak yang
terjadi di tengah dan pada saat pupil dilatasi klien dapat melihat melalui
daerah di sekitar kekeruhan
melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang, karena katarak yang
terjadi di tengah dan pada saat pupil dilatasi klien dapat melihat melalui
daerah di sekitar kekeruhan
e. Jika nukleus
lensa terkena, kemampuan refraksi mata (ke- mampuan
memfokuskan bayangan pada retina) meningkat. Kemampuan ini disebut
second sight, yang memungkinkan klien membaca tanpa lensa.
memfokuskan bayangan pada retina) meningkat. Kemampuan ini disebut
second sight, yang memungkinkan klien membaca tanpa lensa.
f. Katarak
hipermatur dapat membocorkan protein lensa ke bola mata,
yang menyebabkan peningkatan. Tekanan intraokuler dan kemerahan pada
mata.
yang menyebabkan peningkatan. Tekanan intraokuler dan kemerahan pada
mata.
g. Kaji visus,
terdapat penurunan signifikan. Inspeksi dengan
penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada katarak lanjut terdapat area
putih keabu-abuan di belakang pupil. Pada pengkajian ini akan didapatkan
kecemasan dan ketakutan kehilangan pandangan.
penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada katarak lanjut terdapat area
putih keabu-abuan di belakang pupil. Pada pengkajian ini akan didapatkan
kecemasan dan ketakutan kehilangan pandangan.
B. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
1. Pra-operasi
Perubahan
sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada lensa mata
yang ditandai dengan :
Ds :
·
Klien mengatakan
penglihatannya kabur
·
Melaporkan adanya
perubahan dalam ketepatan sensori
·
Distorsi penglihatan
Do :
·
Perubahan pola
komunikasi
·
perubahan pola perilaku
·
perubahan kemampuan
penyelesaian masalah
·
perubahan respons yang
biasanya terhadap stimulus
·
disorientasi waktu,
tempat, orang
Tujuan : Mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk
mem- proses
rangsangan visual dan mengomunikasikan pembatasan pandangan.
rangsangan visual dan mengomunikasikan pembatasan pandangan.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
dan dokumentasikan ketajaman penglihatan (visus) dasar.
2. Dapatkan
deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien.
3. Adaptasikan
lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara:
a) Orientasikan klien pada lingkungan.
b) Letakkan alat-alat yang sering
digunakan dalam pandangan klien (seperti calllight, TV control, teko, tisu).
c) Berikan
pencahayaan yang paling
sesuai bagi klien.
d) Cegah glare (sinar yang
menyilaukan).
e) Letakkan
barang-barang pada tempat
yang konsisten.
f) Gunakan materi
dengan tulisan besar
dan kontras (mis. tulisan hitam pada kertas putih).
g) Cegah penggunaan warna biru, hijau dan ungu
pada materi cetakan /tulisan.
h) Gunakan sistem "jarum jam" untuk
mengorientasikan klien tentang lokasimakanan pada plate.
4. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang disukai
klien.
5. Beritahu
klien bentuk-bentuk rangsangan alternatif (radio, TV dan percakapan).
6. Berikan
sumber rangsangan sesuai permintaan
7. Rujuk
klien ke pelayanan yang memberikan bantuan seperti buku percakapan dll.
|
1. Menentukan
seberapa bagus visus klien.
2. Memberikan
data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimanahal tersebut me-
mengaruhi perawatan.
3. Yaitu
:
a) Memfasilitasi
kebebasan bergerak dengan aman.
b) Mengembangkan
tindakan independendan meningkatkan keamanan.
c) Meningkatkan penglihatan
klien. Lokasi katarak akan memengaruhi apakah cahaya gelap atauterang yang
lebih baik.
d) Mencegah
distres. Katarak akanmemecah sinar lampu yang akan menyebabkan distres.
e) Menguatkan
ataumendorong penggunaan memori sebagai pengganti penglihatan.
f) Memfasilitasi
membaca.
g) Menguningnya
lensa akan memantulkan warna-warna tersebut dan menyebabkan tulisan tersebut
hilang atau menjadi bayangan abu-abu.
h) Membantu
klien makan
4.
Meningkatkanstimulasi.
5.
Meningkatkan
stimulasi. Saat pandangan menjadi terbatas, beberapa klien mengganti dengan stimulasi yang lain
seperti radio dan TV untuk membaca.
6.
Meningkatkan
stimulasi.
7.
meningkatkan stimulus
|
2. Pasca-operasi
Nyeri yang berhubungan dengan luka operasi
pada mata yang ditandai dengan :
Ds :
·
Mengungkapkan secara
verbal atau melaporkan dengan isyarat
Do :
·
Gerakan menghindari
nyeri
·
Posisi menghindari
nyeri
·
Wajah topeng
·
Fokus menyempit
Tujuan
: 1) Nyeri berkurang atau hilang
2) Mengungkapkan secara verbal bahawa nyeri berkurang atau hilang
3) Menunjukkan nyeri : efek merusak, dibuktikan dengan indikator berikut
(sebut nilainya1-5: ekstrem, berat, sedang , ringan atau tidak ada )
4) Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif
mencapai keamanan
5) Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
6) Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas, Melaporkan
nyeriyang dialaminya, Mengikuti program pengobatan,
Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri.
2) Mengungkapkan secara verbal bahawa nyeri berkurang atau hilang
3) Menunjukkan nyeri : efek merusak, dibuktikan dengan indikator berikut
(sebut nilainya1-5: ekstrem, berat, sedang , ringan atau tidak ada )
4) Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif
mencapai keamanan
5) Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
6) Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas, Melaporkan
nyeriyang dialaminya, Mengikuti program pengobatan,
Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Lakukan pengkajian
nyeri lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi,kualitas, intensitas,
atau keparahan nyeri, dan faktor prepitasinya.
2. Tentukan riwayat
nyeri, lokasi, durasi dan intensitas.
3. Evaluasi therapi:
pembedahan, ajarkan klien dan keluarga tentang caramenghadapinya.
4. Berikan pengalihan
seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan sepertimendengarkan musik atau
nonton TV.
5. Menganjurkan
tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan),
gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
6. Evaluasi
nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
7. Berikan
analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll.
|
1. untuk
mengetahui status nyeri pada pasien.
2. Memberikaninformasi
yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.
3. Untuk
mengetahui terapi yang dilakukan sesuaiatau tidak, atau malah menyebabkan
komplikasi.
4. Untuk
meningkatkankenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
5. Meningkatkan
kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress danansietas.
6. Untuk
mengetahuiefektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana
klienmampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan
anti nyeri
7. Untuk
mengatasi nyeri.
|
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invansif yang ditandai dengan :
Ds :
·
Pasien mengatakan rasa
nyeri pada lukanya
Do :
·
Terdapat gejala atau
tanda infeksi
·
Higiene pribadi yang
tidak adekuat
·
Menggambarkan faktor
yang menunjang penularan infeksi
Tujuan
: Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam
tindakan pecegahan infeksi, Tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi
dan penyembuhan luka berlangsung normal.
Intervensi
|
Rsional
|
1. Cuci tangan sebelum melakukan
tindakan. Pengunjung juga dianjurkanmelakukan hal yang sama.
2. Jaga personal hygine
klien dengan baik.
3. Monitor temperatur.
4. Kaji semua sistem
untuk melihat tanda-tanda infeksi.
5. Hindarkan/batasi
prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.
6. Berikan
antibiotik bila diindikasikan
|
1. Mencegah
terjadinya infeksi silang
2. Menurunkan/mengurangiadanya
organisme hidup.
3. Peningkatan
suhu merupakan tandaterjadinya infeksi
4. Mencegah/mengurangi
terjadinya resiko infeksi.
5. Mencegah
terjadinya infeksi.
6. Adanya
indikasi yang jelassehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi
organisme penyebab infeksi
|
Bab IV
Penutup
Penutup
3.1 Kesimpulan
Katarak adalah
suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan beningmenjadi keruh.
Asal katarak dari kata yunani cataracta yang berarti air terjun. Mungkinsekali
karena pasien katarak seakan ± akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air
terjundi depan matanya.
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
a.
katarak Kongenital:
Katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
b.
Katarak Juvenil :
katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
c.
Katarak Senil: katarak
setelah usia 50 tahun
d.
Katarak Trauma: Katarak
yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
3.2 Saran
Penyusun
berharap agar semua tenaga kesehatan dapat meningkatkan kualitas kerjanya
dengan lebih mengetahui tentang katarak serta mengaplikasikan prosedur kerja
yang baik agar menjadi seseorang yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa:
IMade Kariasa.
Jakarta . EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Alih
bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC