Social Icons

Kamis, 20 Desember 2012

"Kiamat" Spesies Manusia Terjadi 11.000 Tahun Lagi

Daily Mail Homo rudolfensis
KOMPAS.com — Berdasarkan perkiraan para astronom, kiamat terdekat akan ditentukan oleh Matahari. Sekitar 5 miliar tahun lagi, Matahari akan menjadi bintang raksasa merah, radiusnya mencapai Bumi sehingga Bumi akan sangat panas dan makhluk hidup akan punah.

Banyak yang kemudian mempertanyakan, bagaimana nasib manusia saat itu? Apakah manusia sudah mampu mengembangkan pesawat ke luar angkasa dan menemukan Bumi kedua? Satu hal yang jarang ditanyakan, apakah manusia yakin akan bisa survive hingga miliaran tahun ke depan?

Teori menyebutkan, manusia modern (Homo sapiens) muncul di Afrika 200.000 tahun yang lalu. Sejak saat itu, manusia telah menghuni setiap sudut Bumi. Jumlah populasi manusia saat ini sudah sekitar 7 miliar. Bumi sudah terasa sesak.

Seperti eksistensi spesies lain, eksistensi manusia pun diperkirakan hanya sementara. Sangat arogan jika manusia menyatakan akan eksis hingga akhir masa, kecuali bisa benar-benar mengatur populasinya atau menemukan tempat lain yang sama seperti Bumi kini.

Spesies manusia bisa punah oleh ulahnya sendiri, misalnya, karena perubahan iklim. Di samping itu, hewan-hewan lain juga terus berevolusi. Sangat mungkin hewan lain nantinya akan mendominasi dan manusia akan menjadi seperti dinosaurus yang kalah.

Astrofisikawan Brandon Carter pada tahun 1983 mengembangkan Doomsday Argument. Prediksi kepunahan manusia dibuat berdasarkan populasinya. Menurutnya, jika separuh manusia yang akan hidup sudah dilahirkan, jumlahnya adalah 60 miliar.

David mengatakan, jika sejumlah 60 miliar lagi diasumsikan belum dilahirkan, maka menurutnya manusia akan punya waktu 9.000 tahun. Dengan perhitungan, ia kemudian mengetahui bahwa ada 95 persen peluang manusia akan punah dalam 11.000 tahun.

Berdasarkan perhitungan itu, bisa dikatakan kiamat spesies manusia lebih dekat dari perkiraan. Manusia tak perlu menunggu hingga 5 miliar tahun untuk punah sebab sudah akan punah dalam waktu 11.000 tahun mendatang. Tetapi, ini hanya hitungan. Tentu manusia bisa mengembangkan strategi untuk "lari" dari kondisi itu.
Sumber :
»»  READMORE...

Rabu, 19 Desember 2012

Albert Einstein Tentang Hilangnya Lebah

Photoshop Gurus Albert Einstein

Oleh Maria Hartiningsih
KOMPAS.com - Albert Einstein (1879-1955) bukan entomologis. Ia juga bukan peternak lebah. Namun, kutipannya yang dianggap kontroversial adalah tentang lebah.

Kutipan sang genius, penemu teori relativitas; konsepsi baru tentang waktu, itu adalah ”Kalau lebah menghilang dari permukaan bumi, manusia hanya punya sisa waktu hidup empat tahun. Tak ada lagi lebah, tak ada lagi penyerbukan, tak ada lagi tumbuhan, tak ada lagi hewan, tak ada lagi manusia.”

Kutipan apokaliptik di koran-koran besar dunia sejak tahun 1994 itu memicu perdebatan tentang otentisitasnya. Orang melupakan pesannya: tanpa jutaan organisme yang bekerja dalam konser kehidupan, biosfer tidak berfungsi. Tak ada oksigen untuk bernapas, air bersih untuk diminum, tanah subur untuk menanam, hasil yang bisa dipanen, dan makanan untuk dimakan.

Lebah menghilang

Tahun 2006, publik di Eropa dan Amerika Serikat dihebohkan laporan The Daily Telegraph tentang colony collapse disorder (CCD). Bank agribisnis, Rabobank, menyatakan, koloni lebah yang gagal bertahan pada musim dingin tahun 2011 di AS naik 30-35 persen dari 10 persen. Hal yang sama terjadi di Amerika Latin.

Di Jerman, Asosiasi Peternak Lebah menyatakan, populasi lebah menurun sampai 25 persen. Di beberapa wilayah, lebah bahkan menghilang tanpa bekas. Mereka menduga ada sejenis racun yang menghancurkan koloni-koloni lebah, selain meluasnya penggunaan benih transgenik yang melemahkan sistem tubuh lebah dan membunuhnya.

Profesor Keith S Delaplane dari Departemen Entomologi University of Georgia, Athens, AS, dalam artikelnya, ”On Einstein, Bees and Survival of Human Race” (2010), menulis bahwa hancurnya koloni lebah tak hanya menjadi keprihatinan peternak lebah. Hal terpenting bukan madu, melainkan penyerbukan, dan terkait pasokan pangan.

Meskipun demikian, pernyataan Einstein tetap dianggap berlebihan. Bukankah tanaman pangan seperti jagung, gandum, dan padi diserbuki oleh angin? Benarkah kehidupan manusia bergantung pada lebah?

Produk karbohidrat seperti jagung, gandum, dan padi adalah bahan pangan penting, tetapi manusia butuh keragaman makanan.

Entomologis SE McGregor dalam Insect Pollination of Cultivated Crops Plants (1976) menyatakan, ”Sepertiga dari makanan kita, langsung atau tak langsung, bergantung pada produk dari tanaman yang diserbuki serangga. Lebah madu berperan atas tiap kunyahan ketiga dari makanan yang kita kunyah.”

Semakin penting

Sejak tahun 1976 sudah diperkirakan, ekonomi dunia akan dipicu perdagangan daging sapi, produk susu, minyak biji-bijian, dan buah-buahan. Hasil pertanian dan peternakan semakin menjadi santapan penting manusia meski tak bisa digeneralisasi.

Oktober tahun lalu, National Academy of Sciences mengindikasikan, sektor pertanian AS terlalu bergantung pada lebah madu sebagai penyerbuk. Reuters melaporkan, produksi pertanian AS yang bergantung pada lebah mencapai 15 miliar dollar AS per tahun, hampir sepertiga produk pertanian pangan di AS.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), sepanjang 1961-2006 produksi makanan global dari tanaman yang diserbuki hewan—80 persennya oleh lebah madu—berkisar 5 persen di negara maju dan 8 persen di negara berkembang.

Delaplane menulis, 75 persen tanaman di dunia mengambil manfaat sampai tingkat tertentu pada penyerbukan oleh hewan dan hanya 10 persen dari 75 persen tergantung sepenuhnya dari penyerbukan oleh hewan.

Akan tetapi, kebutuhan pada bahan makanan dari tanaman yang diserbuki hewan terus tumbuh, dari 3,6 persen tahun 1961 menjadi 6,1 persen tahun 2006. Semakin banyak orang suka es krim, tar blueberry, cokelat almond, kopi, dan berbagai jenis buah.

Maka Indeks PBB tentang Harga Pangan menjadi semakin penting untuk mengetahui seberapa risiko berkurangnya lebah madu memengaruhi ketahanan pangan.

Kendati demikian, karena tanaman yang bergantung pada penyerbukan hewan cenderung rendah tingkat produksinya dibandingkan yang tak bergantung pada penyerbukan, bahkan jauh lebih rendah dibandingkan hasil tunai pengerukan perut bumi dan penggundulan hutan, habitat mereka makin terusik.

Jaring kehidupan

Perubahan iklim yang dampaknya makin jelas menjadi ancaman paling serius terhadap kehidupan. Sebagian besar dipicu keserakahan manusia yang membongkar perut bumi, menguras lautan, mencipta dan menggunakan bahan kimia dan benih rekayasa genetika dalam pertanian, serta membangun infrastruktur yang merangsek ke hutan. Hasil ikutannya adalah serbuan spesies asing, polusi, kekeringan, dan bencana, yang menghancurkan habitat satwa dan serangga liar.

Di Molo, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, sampai akhir tahun 1990-an, sarang lebah bergelantungan di ranting-ranting pohon madu. Lebah bahkan membuat koloninya di batu.

Namun, pembongkaran batu marmer di gunung-gunung batu yang makin eksploitatif sejak tahun 2000-an menghancurkan bukit- bukit hijau. Keindahan daerah pegunungan tersubur di wilayah Timor dengan keragaman hayati di hutannya habis dilumat.

”Lebah hilang, sekitar 75 persen pohon madu habis,” ungkap Nifron Ba’un (33). ”Semua hancur, termasuk ritual adat dan kegiatan yang terkait alam. Kebersamaan hilang, tak ada lagi yang dipanen bersama.”

Kompleksitas yang menakjubkan dan keelokan alam adalah hasil dari rentang panjang evolusi, dirayakan berbagai komunitas di pojok-pojok bumi dengan berbagai ritual yang digolongkan sebagai sisa-sisa pagan.

”Kami sudah melakukan ritual memanggil lebah, tetapi belum berhasil. Masyarakat makin tak yakin pada ritual adat karena dikafirkan agama,” ujar Nifron.

Dalam penghancuran alam, pernyataan Einstein sungguh telak, ”Hanya dua hal yang abadi, semesta dan kebodohan manusia. Namun, aku tak yakin dengan yang pertama.”
Sumber :
Kompas Cetak
»»  READMORE...

Kiamat 2012, Dari Isu Lokal Jadi Teror Global

Photos.com Kiamat

KOMPAS.com - Kamis (20/12/2012) ini adalah hari terakhir periode 13 baktun kalender Maya. Sebagian warga dunia percaya, Jumat besok adalah kiamat. Persiapan pun dilakukan, mulai dari khusyuk berdoa, berlindung dalam bungker, hingga memborong produk pangan olahan dan lilin. Namun, sebagian besar justru tak menggubris isu itu.

Otoritas keamanan China, Selasa lalu, menangkap 93 penyebar isu kiamat. Beberapa di antaranya anggota sekte ”Tuhan Maha Agung” yang yakin kiamat terjadi pada 21 Desember nanti, sesuai ramalan yang didasarkan pada akhir kalender Penghitungan Panjang bangsa Maya di Amerika Tengah.

”Mereka percaya Matahari tak bersinar dan listrik padam tiga hari mulai 21 Desember,” kata seorang anggota Biro Keamanan Publik di Xining, Provinsi Qinghai, China, seperti dikutip kantor berita Xinhua.

Rumor itu sukses. Sejak beberapa minggu lalu, warga China memborong makanan dan minuman kaleng, lilin, korek api, hingga baju hangat untuk bertahan hidup jika kiamat terjadi.

Pebisnis Yang Zongfu pun membuat bola raksasa untuk menyelamatkan diri bila kiamat tiba. Bola yang disebut ”Perahu Nuh” baru itu diklaim mampu melindungi dari radiasi, api, dan temperatur tinggi. Pesanan tak hanya dari China, tetapi juga dari Selandia Baru. Tiap bola dihargai 1 juta-5 juta yuan (Rp 1,5 miliar-Rp 7,7 miliar).

Ada pula warga yang ingin berbagi kebahagiaan. Seorang perempuan bermarga Jiang menjual murah apartemennya dari harga normal 3 juta yuan menjadi hanya 1,04 juta yuan. ”Hasil penjualan saya sumbangkan untuk anak yatim piatu dan menikmati hidup jelang kiamat,” katanya kepada chinadaily.com.cn, Selasa pekan lalu.

Di Australia, sebuah bungker dibangun di perbukitan dekat Tenterfield, New South Wales. Kelompok pendiri bungker juga yakin kiamat pada 21 Desember. Namun, dasarnya adalah teks Mesir kuno dan kitab suci, bukan kalender Maya. Mereka yang ingin tinggal di bungker, seperti dikutip news.com.au awal Agustus lalu, dikenai biaya sekitar Rp 50 juta.

Sementara itu, pemimpin spiritual Maya di Bacuranao, Kuba, Kamis (6/12/2012), menggelar doa memohon keselamatan saat kiamat tiba. Sebaliknya, situs-situs arkeologi Maya di Meksiko dan Guatemala, wilayah asli bangsa Maya, justru ramai dikunjungi turis. Di tempat itu, Jumat besok saat kiamat dikabarkan datang, akan diadakan pesta kembang api, konser, dan berbagai kegiatan lain. Pesta menyambut kiamat juga diselenggarakan di sejumlah negara.

Bagaimana di Indonesia? Sepertinya tenang-tenang saja walau hasil jajak pendapat Ipsos Global Public Affairs, Mei lalu, menyebut 19 persen orang Indonesia percaya kiamat akan terjadi pada 21 Desember.

Hampir semua penduduk Indonesia mengidentifikasikan diri pada agama tertentu. Mereka memang meyakini kiamat pasti tiba. Namun, kapan saat itu tiba, tak ada yang bisa memprediksi. ”Mengapa harus percaya sama ramalan itu? Kayak enggak punya iman saja,” kata Farid (35), pegawai swasta di Cimahi, Jawa Barat.

Isu kiamat 2012 kembali muncul menjelang 12 Desember (12-12-12) lalu. Namun, bukan menjadi topik serius, kiamat justru menjadi bahan gurauan.  

Amri (34), anggota staf penjualan sebuah perusahaan distribusi, mengatakan, kiamat bisa dijadikan obrolan halus untuk menarik tunggakan utang para pemilik toko. ”Sudah Koh (engkoh), tinggalin dulu ATM (kartu anjungan tunai mandiri)-nya, sudah mau kiamat nih,” bujuknya kepada seorang pemilik toko di Proyek Pasar Pagi Lama, Tambora, Jakarta Barat.

Berbeda dengan kepanikan yang melanda masyarakat China, warga Tionghoa yang ditemuinya umumnya tak terlalu percaya isu kiamat. Mereka lebih percaya dengan kombinasi angka, seperti 12-12-12. Pada saat itu, mereka membuka toko pukul 12 siang dan menutupnya pukul 12 malam. Jam buka toko normal dari pagi hingga sore.

Kondisi masyarakat Indonesia yang cukup tenang ini jauh berbeda ketika isu kiamat 2012 mencapai puncak kepopulerannya pada 2009. Saat itu, banyak toko buku memajang buku-buku bertema kiamat, mulai dari yang ilmiah hingga spiritual.

Suasana makin dramatis saat infohiburan (infotainment) ramai mengabarkannya dan diluncurkannya film 2012. Penggambaran kehancuran Bumi yang bagus membuat banyak penonton menangis histeris seusai pertunjukan. Saat itu, Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan larangan menonton film itu agar tidak merusak iman.

Mengglobal


Kiamat 2012 merupakan rekaan orang-orang yang terobsesi dengan kiamat. Isu pun dirangkai dengan data arkeologi berbagai bangsa dan fenomena astronomi dan geologi yang dimaknai berbeda. Untuk memperkuat isu, mereka menambahnya dengan tafsir serampangan kitab suci dan teks-teks kuno.

Guru Besar Filsafat Universitas Katolik Parahyangan Bambang Sugiharto mengatakan, globalisasi membuat isu kiamat yang semula bersifat lokal, dari kalender bangsa Maya, akhirnya menjadi isu global. Kolektivitas global yang terwujud bersamaan membuat bencana yang dihadapi satu pihak menjadi bencana seluruh warga dunia. ”Manusia lebih tertarik hal-hal gelap dan misterius daripada yang indah-indah,” ujarnya.

Ketakutan global yang dialami sebagian orang dinilai psikolog sosial Universitas Gadjah Mada, Helly P Soetjipto, sebagai manajemen teror, menakut-nakuti orang dengan kematian. Isu ini sangat mudah dimasukkan kepada mereka yang orientasi hidupnya fokus mengejar materi dan kesenangan.

”Kematian adalah misteri hidup. Karena itu, semua orang menyiapkan diri mati. Sayangnya, persiapan yang dilakukan lebih banyak dengan menumpuk materi, bukan membangun hubungan vertikal,” katanya.

Sekjen Masyarakat Neurosains Indonesia yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Taufiq Pasiak, mengatakan, otak manusia memiliki sistem takut. Rasa takut membuat manusia selalu membutuhkan sesuatu yang bersifat transendental untuk menggantungkan ketakutannya.

Namun, manusia juga memiliki sistem pikir rasional. Inilah yang membuat manusia selalu berusaha mencari penjelasan atas ketakutan yang dialaminya, termasuk ketakutan atas kematian dan kiamat.

Penjelasan tentang kiamat dan mati ada di dalam agama. Namun, penjelasannya bersifat global. Inilah yang mendorong manusia terus mencari penjelasan tentang kiamat, termasuk mereka-reka kapan kiamat sesungguhnya terjadi.

Pencarian ini akan terus ada sepanjang sejarah manusia. Karena itu, isu-isu kiamat berikutnya, setelah kiamat 2012, akan selalu ada. (REUTERS/AFP/AP)
Sumber :
Kompas Cetak
»»  READMORE...

Obat Nyamuk Aman dari Ekstrak Zodia

SMA Negeri 2 Kudus/Novan Obat Nyamuk Ekstrak Zodia

KOMPAS.com - Obat nyamuk dengan bahan kimia bisa mengganggu kesehatan jika digunakan dalam jangka waktu lama. Sebagai upaya mencari alternatif, dua siswa SMA Negeri 2 Kudus, Dian Hayuningtyas Prihananti dan Cahyaningtyas Suci Ba’dzazani, membuat obat nyamuk dari tanaman zodia (Evodia suaveolens).

Tumbuhan dari suku jeruk-jerukan (Rutaceae) itu merupakan tanaman endemik Indonesia asal Papua. Penduduk Papua memanfaatkan tanaman itu untuk mengusir nyamuk dengan cara mengusapkan perasan daun zodia ke kulit.

Kini, tanaman itu tersebar hampir di seluruh Nusantara. Banyak orang menanam zodia di halaman rumah atau ruangan dengan pot sebagai tanaman hias ataupun tanaman ”pengusir nyamuk”.

Menurut Dian, nyamuk menjadi masalah keseharian. Nyamuk membuat tidur tidak nyenyak dan dapat menyebarkan beragam penyakit mulai dari demam berdarah, chikungunya, filariasis, hingga malaria.

Untuk mengatasi, umumnya orang menggunakan obat nyamuk berbahan kimia. Baik itu obat nyamuk cair yang disemprotkan, obat oles, obat nyamuk bakar, maupun obat nyamuk padat yang dipanasi menggunakan pemanas elektrik.

”Lama-lama, obat nyamuk berbahan kimia dapat mengganggu kesehatan karena mengandung pestisida,” kata Dian.

Merujuk pada penelitian Indonesian Pharmaceutical Watch tahun 2001, obat nyamuk yang beredar di pasaran mengandung senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, antara lain dikhlorvos (2,2-dichlorovinyl dimethyl phosphate/DDVP), yang dapat merusak sistem saraf, mengganggu sistem pernapasan, dan kerja jantung. Senyawa kimia lain yang ditemukan adalah propoxur (karbamat). Jika terhirup atau terserap tubuh manusia, senyawa kimia itu dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan pusing, sakit, kepala, serta berpengaruh buruk pada hati dan sistem reproduksi.

Berlatar keprihatinan itu, Dian dan Suci, siswa kelas XII IPA, membuat penelitian ”Ekstrak Zodia dengan Pemanas Otomatis untuk Memberantas Nyamuk”. Tujuannya sederhana, mengusir dan memberantas nyamuk dengan alat dan bahan baku yang ramah lingkungan.

Bahan bakunya, tanaman zodia, diambil dari halaman rumah dan sekolah. Dian dan Suci berupaya mengekstrak tanaman itu dipadukan dengan alat pemanas elektrik.

Daun zodia sebanyak 10 gram dicampur air 100 mililiter dan diblender. Hasilnya didestilasi menggunakan alat suling untuk menghasilkan ekstrak zodia.

Dari barang bekas

Dian dan Suci juga membuat alat pemanas elektrik menggunakan barang bekas. Bahan itu antara lain kaleng bekas susu, tali sumbu, tempat bedak, dan botol transparan bekas obat dikombinasikan dengan bola lampu 5 watt, sakelar, dan rangkaian lampu otomatis (LDR).

Ekstrak zodia yang ditaruh dalam botol transparan dihubungkan dengan tali sumbu yang mampu menyerap ekstrak zodia menuju pemanas, berupa lampu yang diletakkan di dalam kaleng bekas susu.

”Setelah terkena panas, ekstrak zodia akan menguap. Untuk menghilangkan bau kurang sedap, ekstrak itu dicampur dengan cengkeh,” kata Dian yang pernah meraih perunggu dalam World Mathematics Team Championship 2011 di Beijing, China.

Ampuh

Untuk membuktikan keampuhan obat nyamuk berbahan ekstrak zodia, Dian dan Suci menguji pada dua tabung berisi nyamuk. Dalam tempo sehari, nyamuk dalam tabung yang diberi obat nyamuk mati semua. Adapun pada tabung yang tidak diberi obat nyamuk hanya ada dua nyamuk yang mati dalam tempo lima hari.

Guru pendamping Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Dwi Purbo Laksono mengatakan, ekstrak zodia tidak berbahaya bagi kesehatan manusia karena tidak mengandung racun.

Merujuk pada penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Kementerian Pertanian, minyak yang disuling dari daun tanaman zodia mengandung linalool (46 persen) dan a-pinene (13,26 persen). Linalool dikenal sebagai pengusir nyamuk.
Sumber :
Kompas Cetak
»»  READMORE...

Ini Dua Tempat Bebas Kiamat Maya

AFP Bugarach

KOMPAS.com  Ke mana manusia harus berlindung dan menyelamatkan diri saat kiamat tiba? Menurut isu kiamat 21/12/2012 yang muncul dari kesalahan interpretasi kalender suku Maya, ada dua tempat yang bisa dijadikan perlindungan, yaitu Desa Bugarach di Perancis dan Desa Sirince di Turki.

Bugarach terletak di wilayah Pyrénées. Desa ini lengkapnya disebut Pic de Bugarach. Hanya dihuni oleh sekitar 180 orang, sebagian besar penduduk di wilayah ini adalah para petani dan karyawan pensiunan.

Diberitakan Torronto Star, Rabu (19/12/2012), berdasarkan rumor (yang tentu saja tak benar), desa ini akan mengalami transformasi menjadi bahtera Nuh saat kiamat. Armada alien akan menjemput semua orang di wilayah ini dan membawanya ke tempat di antariksa yang aman.

Sementara itu, Sirince terletak di dekat kota Ephesus di Yunani. Penduduk desa ini kurang dari 1.000 orang. Seperti umumnya desa, warga Sirince juga mengandalkan pertanian dalam kehidupan ekonominya.

Menurut rumor kiamat 2012, seperti diberitakan International Business Times, Jumat (14/12/2012), Sirince bisa menjadi tempat menyelamatkan diri karena merupakan tempat suci, dekat dengan lokasi Bunda Maria di surga.

Meski berita bahwa dua desa itu bia jadi perlindungan saat kiamat palsu, tetapi tetap saja banyak orang yang berdatangan, setidaknya untuk wisata. Jumlah wisatawan meningkat drastis sehingga harga hotel yang semula sekitar Rp 540.000 meningkat menjadi belasan juta rupiah.

Bugarach juga ramai dikunjungi jurnalis yang ingin meliput. "Ini pertama kali kami kedatangan 200 wartawan dari seluruh dunia. Ini menakjubkan," kata Patrice Etienne, pemilik satu-satunya toko di Bugarach.

Di Bugarach, ramainya turis dan wartawan yang bertanya banyak hal malah membuat lelah. Jika beberapa kalangan tak mengharapkan tanggal 21 Desember 2012 tiba, warga Bugarach justru ingin tanggal itu cepat lewat agar mereka bisa kembali hidup normal.
Editor :
yunan
»»  READMORE...

Big Freeze, Skenario Kiamat Semesta Paling Mungkin

mysticpolitics

KOMPAS.com - Ada skenario akhir semesta yang disebut Big Freeze. Skenario ini kadang juga disebut "Heat Death" atau matinya panas alias energi. Dalam teori ini, kiamat terjadi sebagai konsekuensi karena proses mengembangnya semesta yang tanpa batas.

Istilah Heat Death yang menjadi nama lain teori ini berasal dari gagasan bahwa dalam sistem yang terisolasi, entropi atau sederhananya terkait dengan energi per satuan temperatur, akan terus meningkat hingga mencapai nilai maksimum.

Pada saat entropi mencapai maksimum, panas akan terdistribusi merata di wilayah yang sangat luas, tak mengizinkan adanya ruang yang memungkinkan penggunaan energi. Saat itu, gerak mekanik dalam suatu sistem takkan mungkin.

Skenario akhir masa dalam Big Freeze berlawanan dengan Big Crunch. Dalam Big Crunch, semesta akan menjadi sangat mampat, membentuk lubang hitam sangat besar. Sementara, dalam Big Freeze, semesta menjadi sangat gelap dan dingin.

Untuk menentukan skenario mana yang lebih mungkin, ilmuwan harus menggali data tentang densitas, komposisi dan bahkan bentuk semesta. Ada yang disebut densitas kritis. Jika nilai densitas yang ditemukan lebih rendah, maka skenario Big Freeze menjadi mungkin.

Sejauh ini, pengukuran oleh Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) yang menangkap Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR) mengindikasikan bahwa densitas jauh lebih kecil dari densitas kritis. Dengan demikian, ilmuwan menyatakan, Big Freeze adalah skenario kiamat semesta yang paling mungkin. Kapan terjadinya? Masih triliunan lagi lagi. Selain Big Freeze, masih ada teori akhir semesta lain disebut Big Bounce dan Big Rip.
Sumber :
»»  READMORE...

Big Rip, Semua Terpisah Jauh Saat Kiamat

google.com
ilustrasi

KOMPAS.com - Teori akhir masa yang diungkapkan pertama kali pada tahun 2003 menyatakan, semesta akan berakhir dalam Big Rip. Big Rip adalah Big Freeze yang ekstrem, dimana semesta sangat-sangat dingin dan semua objek terpisah jauh.

Kiamat semesta dalam teori ini terkait dengan energi gelap. Adanya energi gelap yang menentang gaya gravitasi membuat semesta terus mengembang tanpa batas, berbeda dengan yang dinyatakan pada teori Big Crunch.

Dalam Big Freeze, energi gelap bernilai konstan. Sementara, dalam Big Rip, energi gelap mengalami peningkatan. Konsekuensinya, semesta dalam teori Big Rip mengembang secara dipercepat. Objek di semesta menjauh lebih cepat.

Mungkinkah kiamat macam ini terjadi? Syaratnya adalah energi gelap itu sendiri. Jika ilmuwan berhasil membuktikan bahwa kekuatan energi gelap terus meningkat, mengembangnya alam semesta dapat lebih cepat dan Big Rip mungkin terjadi.

Observasi dengan Chandra X Ray Observatory menunjukkan, energi gelap tidak tumbuh kekuatannya. Dengan demikian, Big Rip tampaknya tak mungkin terjadi. Selain Big Rip, dikenal pula teori semesta lain, Big Crunch dan Big Bounce.
Sumber :
»»  READMORE...