Social Icons

Rabu, 19 Desember 2012

Big Bounce, Tak Ada Kiamat, Cuma Reinkarnasi

WGBH Educational Foundation Simulasi menunjukkan, semesta berkembang seperti otak raksasa. Ada hukum dasar yang mengendalikannya.

KOMPAS.com — Bila Buddhisme mengenal reinkarnasi, demikian pula astronomi dan kosmologi. Salah satu teori dalam kosmologi adalah Big Bounce yang menguraikan bahwa tak ada kiamat semesta atau akhir masa. Yang ada hanya reinkarnasi. Big Bounce juga kadang ditandingkan dengan Big Bang sebagai teori penciptaan semesta.

Big Bounce terkait dengan teori Big Bang atau kelahiran semesta 13,7 miliar tahun yang lalu serta teori Big Crunch yang menguraikan bahwa suatu saat semesta akan berhenti mengembang dan terus menyusut hingga menjadi satu kesatuan.

Menurut teori Big Bounce, Big Bang dan Big Crunch adalah suatu proses kehidupan semesta yang berupa siklus. Semesta tercipta lewat Big Bang, mengembang, menyusut, mati dalam bentuk Big Crunch hingga akhirnya terlahir kembali lewat Big Bang. Big Crunch akan selalu diikuti Big Bang.

Kebenaran Big Bounce sangat tergantung dari ada tidaknya Big Crunch. Sementara Big Crunch sendiri mensyaratkan adanya nilai densitas yang lebih tinggi dari nilai tertentu, atau disebut densitas kritis. Tanpanya, Big Crunch takkan terjadi.

Sejauh ini, penelitian menunjukkan adanya materi gelap yang membuat semesta terus mengembang. Gaya karena adanya materi gelap mengalahkan gaya gravitasi yang diprediksi membuat semua obyek semesta tertarik dalam Big Crunch.

Dengan demikian, masih sulit untuk memercayai akan adanya Big Bounce, semesta yang mengalami reinkarnasi. Big Bounce hanyalah salah satu teori yang menguraikan nasib semesta, masih ada teori lain, yaitu Big Crunch serta Big Rip.

Akankah manusia mampu membuktikan akan ada atau tidaknya Big Bounce. Satu-satunya cara adalah mengalaminya. Lima miliar tahun mendatang, Matahari akan menjadi bintang raksasa merah, membuat kehidupan di Bumi musnah. Manusia tak akan mengalami Big Bounce kecuali bisa survive dari kiamat Bumi dan hidup hingga triliunan tahun mendatang.
Sumber :
»»  READMORE...

Selasa, 18 Desember 2012

Big Crunch, Saat "Kiamat" Semesta Sangat Mampat

Devianart Ilustrasi Big Crunch

KOMPAS.com - Semesta diyakini bermula dari sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang sekitar 13,7 miliar tahun lalu. Bagaimana dengan akhir semesta? Apakah ilmu pengetahuan memang mengenal yang disebut kiamat?

Ada satu teori yang dikembangkan untuk menguraikan nasib semesta. Salah satunya disebut Big Crunch. Menurut teori itu, semesta akan berakhir menjadi kesatuan yang sangat mampat. Situasi tersebut mungkin bisa disebut kiamat.

Berdasarken teori Big Crunch, semesta akan mengembang sebagai konsekuensi dari Big Bang. Namun, pengembangan tak akan terus menerus terjadi. Pada suatu titik, semesta akan berhenti mengembang dan menyusut. Semua akan ditarik hingga hanya tersisa lubang hitam terbesar.

Untuk bisa membenarkan teori ini, beberapa ciri semesta perlu diterangkan. Salah satunya soal densitas semesta. Harua ada yang disebut densitas kritis untuk menerangkan bahwa semesta bisa mampat lagi setelah mengembang.

Semula, ilmuwan mengatakan, Big Crunch mungkin terjadi. Ilustrasinya, seperti bola yang dilempar ke atas dan pada suatu titik akan berhenti dan jatuh. Beitu pula semesta. Gaya gravitasi akan menang dan menarik semua objek pada akhirnya.

Hingga saat ilmuwan menemukan bahwa semesta terus-menerus mengembang. Ada energi gelap yang membuat semesta mengembang dan objeknya menjauh. Teori Big Crunch mulai goyah. Kemungkinan semesta takkan mati kecil.

Ilmuwan kini masih terus mencari tahu dan memperkirakan nasib semesta pada akhirnya. Sains belum menemukan jawaban yang pasti. Big Crunch hanyalah salah satu teori. Masih ada teori lain, seperti Big Rip dan Big Bounce.

Jika semesta memang akan mati, maka berdasarkan prediksi, waktunya masih sekitar 100 triliun tahun ke depan. Saat itu, bintang terakhir akan padam. Kelahiran bintang baru tak dimungkinkan. Semesta menjadi sangat gelap dan dingin.
Sumber :

»»  READMORE...

Kiamat dalam Perspektif Kosmologi

Photos.com Kiamat


JAKARTA, KOMPAS.com — Isu kiamat yang bermula dari pemahaman akan penanggalan suku Maya merebak dalam beberapa tahun terakhir. Jumat (21/12/2012) dikatakan sebagai hari akhir ketika Bumi akan mengalami kehancuran dan makhluk hidup di dalamnya akan musnah.

Beberapa kalangan yang percaya akan ramalan tersebut menyusun berbagai persiapan. Ada yang membuat bahtera Nuh di China hingga menyiapkan ritual khusus. Sementara kalangan ilmuwan membantah bahwa kiamat akan terjadi Jumat nanti. Kiamat 2012 adalah kesalahan interpretasi.

Satu hal yang masih akan tetap mengusik walaupun kiamat 2012 tak terjadi adalah, apakah memang akan ada hari kiamat. Bagaimana ilmu pengetahuan, khususnya kosmologi, menerangkan satu peristiwa yang paling membuat umat manusia penasaran ini?

Premana W Premadi, peneliti bidang kosmologi dari Jurusan Astronomi, Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan, kiamat bisa diterangkan tergantung pada pemahaman manusia akan peristiwa kiamat itu sendiri.

"Jika kiamat dimaknai secara naif sebagai kepunahan makhluk hidup di Bumi, itu bisa terjadi akibat banyak sebab. Misalnya ada asteroid yang menumbuk Bumi seperti yang terjadi 100 juta tahun lalu," kata Nana.

Namun, Nana mengungkapkan bahwa kiamat bisa dimaknai lebih luas, terkait dinamika Matahari, dinamika galaksi maupun semesta dalam skala lebih luas, apakah memang ada proses yang merupakan kebalikan dari Big Bang.

Menurut Nana, kehancuran di Bumi telah diperkirakan secara saintifik oleh para astronom, terkait dengan dinamika dan terus menuanya Matahari. Nantinya, Matahari akan menjelma menjadi bintang raksasa merah.

"Secara saintifik, kiamat bisa terjadi saat Matahari nanti berubah menjadi bintang raksasa merah. Matahari akan memuai sehingga radiusnya bisa mencapai Bumi. Saat itu, makhluk hidup di Bumi akan musnah," terangnya.

Peristiwa itu diperkirakan terjadi 5 miliar tahun lagi. Meski demikian, "ribut-ribut" itu hanya akan terjadi di Bumi dan Tata Surya. Bagian lain dari galaksi Bimasakti akan tenang-tenang saja dan melanjutkan kehidupannya.

Dalam skala lebih luas, kehancuran mungkin bisa terjadi sekitar 7 miliar tahun lagi. "Saat itu, galaksi Andromeda akan bertabrakan dengan Bimasakti. Tapi, ini juga hanya di Bimasakti. Semesta memiliki ribuan galaksi," ungkap Nana.

Triliunan tahun kemudian, astronom telah memprediksikan bahwa semesta akan sangat tua. "Triliunan tahun kemudian, bintang terakhir akan berhenti bersinar karena kehabisan bahan bakarnya," tutur Nana saat dihubungi Kompas.com, Selasa (18/12/2012).

Nana mengungkapkan, semesta akan terus mengembang. Saat itu, laju pertumbuhan bintang hampir mendekati nol, tak ada bintang baru yang lahir. Ketika bintang terakhir mati, Nana mengatakan, "Saat itu mungkin juga bisa dikatakan kiamat, meskipun tidak yang meledak-ledak."

Apa yang akan terjadi setelah bintang terakhir "padam" nanti? Hingga saat ini, masih sulit untuk memperkirakannya, apakah akan ada proses di mana semesta baru tercipta atau akan terjadi semacam "daur ulang" dari semesta saat ini.

"Ada teori yang mengungkapkan bahwa semesta dapat berkembang dan pada suatu titik kolaps lagi," kata Nana. Jika hal ini terjadi, maka semesta yang akan dapat mampat lagi dan bintang-bintang baru dapat tercipta. Semesta yang semula mengalami "kiamat" bisa hidup lagi.

Namun, Nana mengungkapkan bahwa teori tersebut kurang didukung. Sejauh ini, dipercaya bahwa semesta akan terus-menerus mengembang tanpa batas. Pada saatnya nanti, semesta akan menjadi sangat dingin dan gelap.
»»  READMORE...

Mampukah Manusia Lari dari Kiamat?

Chris Gall Jika kiamat dimaknai sebagai kehancuran Bumi semata, maka manusia sebenarnya bisa menyelamatkan diri.

JAKARTA, KOMPAS.com — Kiamat oleh beberapa kalangan diprediksikan akan terjadi pada Jumat (21/12/2012) nanti. Jika kiamat terjadi saat itu, kemungkinan besar spesies manusia memang akan punah. Namun, jika kiamat terjadi kali lain, mampukah spesies manusia menyelamatkan diri?

Salah satu teori kepunahan massal di Bumi yang dikenal dalam ilmu pengetahuan adalah berubahnya Matahari menjadi bintang raksasa merah karena menua dan kehabisan energi. Peristiwa tersebut akan terjadi sekitar 5 miliar tahun kemudian.

Jika kiamat yang dimaksud adalah apa yang akan terjadi saat Matahari menua, maka kesempatan manusia untuk menyelamatkan diri, menurut dosen kosmologi Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Premana W Premadi, "Mungkin saja. Ini bukan sesuatu yang sangat mustahil".

Nana mengatakan, "Jika kita berbicara hal ini, maka terkait dengan bagaimana manusia sebagai makhluk berakal mengupayakan diri untuk membuat teknologi. Kita bisa saja mengembangkan pesawat ulang alik untuk terbang ke planet lain atau bulan planet di Tata Surya."

Kemungkinan manusia untuk menyelamatkan diri di masa itu boleh jadi sangat besar. Kini, manusia sudah bisa mengembangkan pesawat ke luar angkasa. Antara tahun 2025-2030, telah ada target untuk mendarat di Mars. Lima miliar tahun mendatang, terbang ke planet lain bisa jadi dianggap mudah.

Tujuan eksodus

Melarikan diri dari kiamat mungkin terdengar futuristik dan sangat mustahil. Namun, tanpa sadar manusia telah mengembangkan teknologi untuk mengupayakannya. Manusia juga sudah punya pengetahuan untuk menetapkan tujuan pelarian.

Salah satu tempat yang bisa dituju adalah Mars, planet "favorit" manusia saat ini. Christopher McKay, peneliti dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat NASA mengatakan bahwa manusia bisa mengatasi kendala lingkungan Mars dan hidup nyaman selama 4,5 miliar tahun tambahan.

McKay seperti diberitakan Discover Magazine, 28 Februari 2012, mengatakan, manusia bisa memproduksi gas rumah kaca di Mars, menghangatkan iklim Mars hingga air di planet itu mencair dan atmosfernya lebih mendukung.

Jika Mars sudah tak mendukung, manusia bisa pergi ke bulan Jupiter, Europa. Saat Europa tak lagi mendukung, bulan Saturnus, Titan, bisa menjadi tujuan selanjutnya. Setidaknya, manusia bisa tinggal di Tata Surya sebelum bintang raksasa merah berubah menjadi katai coklat.

Selain planet-planet di Tata Surya, manusia juga bisa menuju planet lain di Galaksi Bimasakti. Salah satunya adalah planet di bintang Proxima Centauri. Bintang itu merupakan katai merah yang bisa berumur 4 triliun tahun dan berjarak 4,2 tahun cahaya dari Bumi.

Saat ini memang belum dikonfirmasi adanya planet yang mendukung kehidupan di sekitar Proxima Centauri. Namun, katai merah adalah bintang yang umum di Bimasakti. Jika Proxima Centauri memang tak menyediakan planet layak huni, masih banyak pilihan lain.

Astronom memprediksikan, semesta akan "mati" 100 triliun tahun kemudian. Saat itu, semesta menjadi sangat gelap dan dingin. Namun, dalam kondisi semesta tersebut, manusia masih mampu mengupayakan kehidupan.

Perkembangan terbaru dalam kosmologi menunjukkan, semesta tidak cuma satu, diperkirakan bisa mencapai 10.500. Manusia bisa menuju semesta lain melewati wormhole, semacam gerbang ke semesta lain.

Nah, ada banyak skenario yang bisa disusun manusia untuk selamat dari bencana besar. Anda percaya manusia bisa mengupayakannya?
»»  READMORE...

'Nonton' Tayangan Porno Bikin Ingatan Lemah

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi Pria menonton porno


KOMPAS.com — Menonton tayangan porno mungkin dapat menghibur bagi sebagian orang. Namun, berhati-hatilah! Menurut sebuah penelitian, menontonnya dapat mengganggu short term memory atau ingatan jangka pendek seseorang.

Studi ini merupakan studi pertama yang menguji pengaruh antara menonton tayangan porno dan fungsi otak dalam menyimpan ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek dibutuhkan manusia untuk menjaga informasi dalam pikiran ketika sedang menjalankan suatu tugas atau pekerjaan. Ingatan jangka pendek bertanggung jawab untuk pemahaman, penalaran pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.

Peneliti dari Jerman melakukan studi terhadap 28 pria heteroseksual dengan usia rata-rata 26 tahun. Para pria diminta melihat beberapa gambar pada layar komputer. Sebagian gambar merupakan gambar porno dan lainnya tidak. Gambar yang tidak mengandung unsur pornografi adalah gambar orang sedang tertawa, berolahraga, dan berkendara.

Setelah para pria melihat gambar-gambar tadi, mereka harus menekan tombol "ya" atau "tidak" untuk menunjukkan gambar yang mereka lihat selanjutnya adalah gambar yang sama seperti yang sudah mereka lihat sebelumnya. Hasilnya, mereka menjawab lebih banyak salah pada gambar yang memiliki unsur pornografi, dibandingkan gambar yang tidak mengandung unsur itu.

Rata-rata pria menjawab 80 persen benar pada gambar tidak porno, dan 67 persen benar pada gambar porno. Kemampuan ingatan jangka pendek mereka menjadi lebih buruk karena terganggu oleh hasrat seksual dan keinginan mereka untuk melakukan masturbasi ketika melihat gambar porno.

"Gairah seksual mengganggu ingatan jangka pendek, yang merupakan aspek penting dari fungsi eksekutif," kata Christian Laier, mahasiswa dari University of Duisburg-Essen di Jerman yang melakukan penelitian ini.

Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Sex Research ini dapat membantu psikolog untuk memahami mengapa orang yang kecanduan tayangan porno sering lupa untuk tidur, melewatkan janji, tanggung jawab, pekerjaan, dan bermasalah dengan pasangannya.

"Gairah seksual berpengaruh terhadap gangguan kognitif yang menjadi dasar hal-hal negatif ini terjadi," ungkap para peneliti.

Sumber :
LiveScience
»»  READMORE...

Fosil Baru, Bermata Besar dan Berkaki Empat Belas

University of Leicester Pauline avibella

LONDON, KOMPAS.com — Paleontolog menemukan fosil makhluk invertebrata di sebuah batuan di wilayah Herefordshire. Fosil itu diduga kuat merupakan spesies sekaligus genus baru dari makhluk serupa udang yang disebut Ostracods.

Fosil ditemukan dalam wujud lengkap, terdiri atas cangkang dan bagian lunak hewan, meliputi tubuh, alat gerak atau kaki, mata, insang, dan saluran pencernaan. Menurut ilmuwan, fosil sudah berusia 425 juta tahun.

"Fosil ini benar-benar memberikan gambaran tentang biologi hewannya," ungkap David Siveter dari University of Leicester yang terlibat penelitian. Ia bersama rekannya mendeskripsikan hasil riset di jurnal Proceedings of the Royal Society B.

Siveter mengungkapkan, fosil yang ditemukan menggambarkan hewan yang memiliki mata besar dan 14 alat gerak. Dua alat gerak di bagian depan secara khusus beradaptasi untuk berenang di dasar suatu perairan.

Analisis fosil itu cukup sulit. "Kami tak bisa mengambilnya dari batuan sebab fosil begitu rentan dan kecil. Kami juga tak bisa melakukan analisis sinar-X karena tak ada cukup kontras densitas antara batu dan fosil," kata Siveter seperti dikutip New York Times, Senin (17/12/2012).

Untuk menguak kebaruan spesies ini, peneliti akhirnya menggunakan teknik tomografi. Dengan teknik ini, secuplik fosil diambil dan dicitrakan. Teknik ini diizinkan oleh komunitas internasional, sedikit merusak fosil tapi menghasilkan data berharga. Spesies dan genus baru yang ditemukan dinamai Pauline avibella, diambil dari nama istri Siveter, Pauline.
 
Sumber :
New York Times
»»  READMORE...

Senin, 17 Desember 2012

Si Kembar Ebb dan Flow "Bunuh Diri" di Bulan

NASA Wahana antariksa NASA, Ebb dan Flow, yang tergabung dalam misi GRAIL.

FLORIDA, KOMPAS.com — Dua wahana antariksa Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Ebb dan Flow, sukses "bunuh diri" dengan menabrakkan diri di kutub utara Bulan, Senin (18/12/2012) pagi.

Ebb dan Flow adalah bagian dari misi Gravity Recovery and Interior Laboratory (GRAIL), misi NASA untuk membuat peta gravitasi Bulan. Wahana akan bergerak lebih cepat ketika berada di daerah dengan gravitasi lebih kuat dan sebaliknya. Dengan demikian, gravitasi bisa dipetakan.

Misi yang diluncurkan pada September 2011 ini telah membuahkan hasil yang mengagumkan. Dengan mengukur jarak antardua wahana, ilmuwan menemukan bahwa kerak Bulan lebih tipis dari dugaan. Tumbukan Bulan juga tak cuma berpengaruh di permukaannya, tetapi juga lapisan yang lebih dalam.

Seiring waktu berjalan, bahan bakar Ebb dan Flow mulai habis. NASA mengumumkan rencana bunuh diri dua wahana kembar itu pada Kamis (13/12/2012) lalu. Wahana ditabrakkan di kutub utara Bulan agar tak merusak peninggalan misi Apollo.

"Kami merasakan kecemasan saat berakhirnya misi. Di sisi lain, ini merupakan perayaan karena misi membuahkan hasil luar biasa dalam ilmu pengetahuan," kata Charles Elachi, Direktur Jet Propulsion Laboratory NASA, di Pasadena, yang terlibat dalam penanganan misi.

NASA mulai kehilangan kontak dengan wahana antariksa pertama pada Selasa (18/12/2012) pukul 05.28 WIB dan kedua 20 detik kemudian. Dengan hilangnya kontak, Ebb dan Flow dinyatakan telah mati di Bulan.

NASA memberi nama "makam" Ebb dan Flow secara khusus. Nama Sally Ride diberikan sebagai bentuk penghargaan pada astronot perempuan pertama NASA yang meninggal pada Juli 2012 lalu. Sally Ride dikenal sangat getol dalam memperkenalkan antariksa kepada anak-anak.

Misi utama GRAIL berlangsung hingga Mei 2012. Setelah misi utama itu, Ebb dan flow mulai merendah di dekat permukaan Bulan pada ketinggian 55 km. Pada tanggal 6 Desember 2012 lalu, keduanya hanya ada pada ketinggian 11 km.

Maria Zuber, pimpinan tim peneliti misi GRAIL yang juga pakar keantariksaan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), seperti dikutip Reuters, Selasa, mengatakan, "Ebb dan Flow telah membuka cadar Bulan."

Ia mengatakan, penemuan dalam misi ini tak hanya bisa menguraikan bagaimana Bulan terbentuk dan berevolusi, tetapi juga memberi petunjuk bahwa Bumi dan planet lain di Tata Surya mengalami tumbukan yang "kejam" di masa lalu.

Zuber mengatakan, beberapa penelitian lanjut direncanakan. Salah satunya adalah mengintegrasikan peta gravitasi yang baru dengan lokasi pendaratan Apollo dan batuan yang diambil dalam misi tersebut.
Sumber :
Reuters
»»  READMORE...