Social Icons

Selasa, 20 November 2012

Teori Baru Mengapa Pria Suka Payudara


 
Creative Commons Attribution Pria diprogram untuk menyukai payudara wanita. Stimulasi payudara merangsang keinginan wanita untuk bersatu dengan pasangannya.
ATLANTA, KOMPAS.com — Sudah menjadi rahasia umum jika payudara wanita menjadi hal yang menarik di mata pria. Tahukah Anda? Ternyata hal ini bukanlah tanpa alasan, bahkan bisa dijelaskan secara ilmiah. Seorang profesor psikiatri dari Emory University, Larry Young, menguraikan hal ini dari sudut pandang neurologi dan evolusi.

Young mengungkapkan, ada sirkuit saraf pada manusia yang berevolusi, dari semula berfungsi menguatkan hubungan ibu dan bayinya menjadi mendukung interaksi antara pria dan wanita.

Saat stimulasi puting payudara pada proses penyusui, perempuan dibanjiri hormon oksitosin atau "candu cinta". Hormon ini berfungsi meningkatkan perhatian dan afeksi sehingga wanita menyusui fokus pada bayinya.

Namun, studi terbaru menunjukkan, stimulasi puting juga berkaitan dengan gairah seksual wanita. Stimulasi puting juga mengaktifkan area yang sama dengan stimulasi pada klitoris dan vagina.

Ketika pria menyentuh puting wanita dengan pijatan, perempuan juga melepaskan hormon oksitosin, seperti halnya ketika distimulasi oleh bayi saat menyusui. Namun dalam konteks ini wanita akan fokus pada pasangannya, menguatkan keinginan untuk bersatu.
Dengan kata lain, pria bisa membuat wanita lebih bergairah dengan menstimulasi putingnya selama foreplay dan hubungan seksual. Evolusi membuat pria seperti memiliki keharusan untuk melakukannya.

"Evolusi telah melakukan seleksi pada organisasi otak pria sehingga menjadi tertarik dengan payudara wanita secara seksual karena hasilnya mengaktifkan sirkuit saraf pada wanita, membuat wanita merasa lebih terikat kepadanya," kata Young seperti dikutip Livescience, Rabu (26/9/2012).
Pertanyaan selanjutnya, mengapa evolusi ini hanya terjadi pada manusia dan tidak terjadi pada mamalia lain? Young melihat hal itu terjadi karena manusia membentuk hubungan monogami, sedangkan 97 persen mamalia tidak.

"Kedua, mungkin ada hubungannya dengan postur badan manusia yang tegak dan bisa melakukan hubungan seksual secara face to face, yang memberikan lebih banyak kesempatan untuk menstimulasi puting saat berhubungan seksual," ungkap Young.
Kritik teori Young ini muncul dari antropolog Rutgers University, Fran Mascia Lees. Ia mengatakan, tak semua pria tertarik pada payudara. Di budaya Afrika, misalnya, perempuan tidak menutupi dada mereka, dan laki-laki juga tampaknya bersikap biasa saja.
Menanggapi hal itu, Young mengatakan bahwa hanya karena payudara tidak ditutupi dalam kebudayaan tertentu, bukan berarti lantas aktivitas memijat dan merangsang payudara tidak menjadi bagian dari foreplay dalam kebudayaan tersebut. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang stimulasi payudara sebagai foreplay dalam konteks antropologi.
Young mengelaborasi teori kecintaan pada payudara dan aspek neurologis lain dari seksualitas manusia dalam bukunya yang berjudul The Chemistry Between Us yang ditulis oleh Brian Alexander.

»»  READMORE...

Asal Usul Kemampuan Bernafas Manusia Terungkap

 
itsallaboutfish.co.uk Lamprey

FAIRBANKS, KOMPAS.com - Ilmuwan dari Universitas Alaska di Fairbanks berhasil mengungkap proses evolusi atau asal usul vertebrata, termasuk manusia, hingga bisa memiliki kemampuan bernafas.

Hasil penelitian tersebut dipresentasikan di pertemuan tahunan Society for Neuroscience pada Rabu (17/10/2012) hari ini di New Orleans, Amerika Serikat.

Michael Harris, pimpinan tim peneliti, mengungkapkan, "Untuk bernafas dengan paru-paru, Anda butuh lebih dari sekedar paru-paru. Anda perlu jejaring saraf yang peka terhadap karbon dioksida."

Menurut Harris, jejaring saraf itulah yang membuat manusia atau golongan vertebrata lain mampu menghirup oksigen yang kemudian diubah oleh sel menjadi energi serta mengeluarkan karbon dioksida sebagai sisa metabolisme.

Proses evolusi kemampuan bernafas manusia dan vertebrata lain tak lepas dari perkembangan jejaring saraf yang peka karbon dioksida, yang oleh Harris disebut "generator irama".

Dalam penelitiannya, Harris mencoba mencari asal usul generator irama tersebut. Ia meyakini, kemampuan bernafas tidak berasal dari hewan yang sudah punya paru-paru tetapi yang memiliki generator irama.

"Kami mencoba meneliti contoh hidup hewan yang tak bernafas, seperti lamprey dan mencoba melihat bukti generator iramna yang bisa melakukan aktivitas selain pernafasan," kata Harris seperti dikutip Science Daily, Selasa (16/10/2012).

Lamprey merupakan jenis ikan primitif. Fauna itu tak punya paru-paru dan tak bernafas dengan mekanisme yang sama dengan vertebrata. Sebagai larva, lamprey hidup di lumpur. Sementara, oksigen dan makanan didapatkan dengan memompa air ke tubuhnya. Lamprey punya perilaku mirip batuk pada untuk membersihkan diri dari lumpur. Perilaku ini dikendalikan oleh pusat generator irama di otak.

"Kami berpikir bahwa perilaku batuk pada lamprey mirip dengan pernafasan pada amfibi," kata Harris.

"Ketika kami mengambil otak lamprey dan mengukur aktivitas saraf yterkait pernafasan, kami menemukan pola yang menunjukkan aktivitas pernafasan dan generator irama yang sensitif dengan karbon dioksida," sambung Harris.

Evolusi berjalan hingga kemampuan bernafas kemudian dimiliki oleh ikan. Dalam perkembangannya, terjadi evolusi yang memunculkan hewan darat, meliputi amfibi, reptil dan mamalia. Kemampuan bernafas pun terus berevolusi sesuai lingkungan yang dihadapi. Kemampuan bernafas manusia saat ini tidak terlepas dari proses panjang di belakangnya.
 
Sumber :

»»  READMORE...

Mengapa Gajah Punya Rambut Tipis?


NEW JERSEY, KOMPAS.com - Rambut dikatakan mampu mempertahankan panas tubuh. Tapi, mengapa gajah yang sudah berukuran besar dan tinggal di lingkungan cukup panas masih perlu memiliki rambut?

Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal PLoS ONE pada Rabu (10/10/2012) lalu mengungkap bahwa rambut tak hanya berfungsi mempertahankan panas tubuh. Rambut tipis justru membantu mendinginkan tubuh. Pendinginan lebih efektif dengan adanya rambut tipis daripada tanpa rambut sama sekali.

Conor L. Myhrvold dari Departemen Teknik Sipil dan Perencanaan di Princeton University dan rekannya mempelajari mengapa jagah memiliki rambut tipis di kulitnya.

Gajah diketahui bisa menghadapi suhu yang panas, mencapai 48 derajat Celsius. Sementara, dengan ukuran tubuh yang cukup besar, mamalia raksasa ini tak memiliki permukaan kulit yang cukup lebar untuk melepaskan panas.

Menurut Myhrvold, rambut tipis pada gajah berfungsi membantu melepaskan panas. Seperti diberitakan Scientific American, Jumat (12/10/2012), rambut tipis gajah bisa melepaskan kelebihan panas hingga 20 persen panas tubuh.

Berdasarkan riset ini, peneliti menyimpulkan bahwa rambut pun mengalami evolusi untuk mendinginkan tubuh. Mamalia pada masa lalu dihadapkan pada kondisi lingkungan yang panas.

»»  READMORE...

Lendir Physarum Dapat Merekam Memori

 
Audrey Dussutour/National Geographic News Dengan meninggalkan jejak lendir, Physarum polycephalum bisa mengetahui kemana saja mereka sudah singgah.
KOMPAS.com - Ilmuwan dari Universitas Sydney dalam studi terbarunya yang diterbitkan jurnal Proceedings of the National Academies of Science menyatakan, makhluk bersel tunggal Physarum polycephalum tidak memiliki sistem syaraf (otak) namun dapat merekam memori.

Dalam sebuah percobaan para ilmuwan melihat bahwa Physarum polycephalum yang berbentuk seperti lendir ini tidak akan melintasi jalan yang telah mereka lalui, mereka cenderung menghindarinya. Ternyata makhluk ini mengeluarkan lendir pada setiap jalan yang telah dilewati. Mekanisme ini diduga sebagai bentuk "memori spasial eksternal" untuk navigasi arah.

"Lendir ini meninggalkan jejak lendir di tempat yang telah mereka datangi, kemudian mereka dapat mendeteksi tempat yang telah lewati itu," kata ahli biologi, Chris Reid.

Untuk membuktikan teori ini, peneliti meletakkan Physarum dalam sebuah perangkap berbentuk U. Pada permukaan yang tidak terkontaminasi,  96 persen spesimen mampu melewati perangkap untuk menemukan gula (pancingan makanan) sebelum batas waktu yang ditentukan selama 120 jam.

Namun, ketika perangkap dilapisi dengan lendir sehingga mereka tidak dapat mengetahui jejak sendiri, hanya sepertiga dari organisme yang mencapai tujuan sebelum batas waktu. Mereka menghabiskan waktu sepuluh kali lebih lama untuk kembali ke daerah yang telah mereka lewati.

Penelitian juga menyatakan jika Physarum dapat mengenali dan bereaksi terhadap jalur yang ditinggalkan oleh spesies makhluk berlendir lainnya. Reid mengatakan, memori spasial eksternal digunakan oleh organisme primitif untuk memecahkan masalah serupa dengan otak manusia masa kini. Ini merupakan penanda awal dari sebuah evolusi memori. Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lendir ini juga dapat memecahkan misteri labirin dan mengantisipasi peristiwa periodik. (Umi Rasmi/National Geographic Indonesia)
Sumber :
National Geographic Indonesia

»»  READMORE...

Otot Artifisial 200 Kali Lebih Kuat dari Aslinya

 
Science Otot artifisial berhasil dikembangkan dari tabung nano berisi parafin. Otot ini 200 kali lebih kuat dari aslinya.
TEXAS, KOMPAS.com - Kecil tapi perkasa. Peneliti Amerika Serikat berhasil mengembangkan otot artifisial yang 200 kali lebih kuat dari otot asli dengan ukuran yang sama.

Ray Raughman, peneliti dari University of Texas di Dallas yang memimpin studi mengatakan bahwa otot yang dikembangkan pada dasarnya adalah tabung karnon nano. Tabung nano tersebut diisi dengan material lainnya sehinga membentuk serabut otot buatan.

Langkah pertama, peneliti merangkai tabung nano dengan proses yang sama seperti seeorang yang tengah merangkai benang wol. Bagian tabung nano yang kosong lalu diisi dengan material beragam material termasuk parafin.

Untuk membuat otot buatan ini berkontraksi, peneliti memanaskannya. Saat dipanaskan, parafin memuai, mendorong dinding tabung nano dan membuatnya lebih pendek dan tebal. Saat didinginkan kembali, parafin menyusut dan tabung mengecil serta memanjang lagi.

Baughman mengutarakan, otot buatannya bisa berkontraksi dan relaksasi dalam waktu 25 milidetik atau 25 per seribu detik. Dengan kemampuan itu, otot buatan ini bisa melakukan banyak sekali pekerjaan sesuai tujuan pengembangannya.

Richard Vaia, peneliti material dari Air Force Research Laboratory di Wright-Patterson Air Force Base di Ohio terpesona dengan otot buatan ini. "Hal yang baru adalah bagaimana mereka menggunakan sifat kedua material, memrosesnya dengan tepat dan menggabungkannya," katanya.

Baugman seperti dikutip TechNewsDaily, Kamis (15/11/2012), mengungkapkan bahwa prospek penggunaan otot buatan itu besar. Penggunaannya pada alat medis yang kecil sangat cocok. Selain itu, otot buatan ini ke depan juga bisa digunakan robot. Dengan otot, gerakan robot bisa lebih natural.

Saat ini, laboratorium Baughman sudah mampu mengembangkan otot sepanjang 1 km. Pengembangan akan dilakukan sehingga bisa menghasilkan otot lebih panjang serta tak cuma peka terhadap panas, tapi juga zat kimia. Hasil riset ini dipublikasikan di jurnal Science, Kamis kemarin.
Sumber :
»»  READMORE...

Mumi Anjing Beri Petunjuk Keberadaan Suku Kuno


 
Reuters Mumi anjing memberi petunjuk adanya suku kuno yang sudah memelihara satwa itu di masa lalu.


MEXICO CITY, KOMPAS.com - Mumi anjing ditemukan di wilayah Cueva de la Candelaria di Coahuila pada tahun 1953. Mumi tersebut menjadi mumi anjing pertama yang ditemukan di Meksiko. Biasanya, mumi anjing ditemukan di Peru dan Mesir.

Kini, arkeolog dari National Institute of Anthropology and History (INAH) menuturkan, mumi itu akan dianalisis. Dengan analisis itu, ilmuwan berharap dapat menguak umur secara pasti mumi anjing dan fungsinya pada masyarakat setempat di masa lalu.

Mumi anjing itu ditemukan bersama 4000 artefak dan sekitar 200 tulang manusia. Umur mumi diperkirakan 800 - 1200 tahun. Dengan temuan tulang manusia, arkeolog percaya bahwa anjing itu telah dipelihara dan digunakan untuk membantu berburu di masa lalu.

Alejandro Bautista Valdespino, seperti dikutip Daily Mail, Senin (19/11/2012), menuturkan, "Itu memberi petunjuk bahwa anjing berfungsi sebagai teman dalam upacara kematian dalam tradisi suku nomaden. Ini juga memberi petunjuk kemungkinan hewan ini sudah dipelihara."

Dugaan fungsi anjing di masa lalu menjadi kunci untuk menguak keberadaan suku kuno. Arkeolog, seperti diberitakan Artdaily.org hari ini mengungkapkan, mumi anjing itu berkaitan dengan suku lagunero, populasi manusia yang masih berburu dan meramu yang hidup di wilayah yang kini Comarca Lagunera.

Mumi anjing itu kini dipamerkan di museum kota Torreon. Arkeolog Yuri De La Rosa dari INAH menuturkan, mumi itu diduga terawetkan secara alami oleh gurun kering tempat penemuannya. Kondisi gurun mengeringkan kulit anjing hingga ke tulangnya.

Sejumlah analisis yang akan dilakukan diantaranya adalah radiografi untuk mengidentifikasi luka, penyakit atau sebab kematian dan tes DNA.

»»  READMORE...

Rahasia di Balik Kreativitas Rapper

Nature Bagian otak yang terkait denganm kreatifitas para rapper (bertanda kuning).
WASHINGTON, KOMPAS.com - Kemampuan rapper seperti Notorious B.I.G atau Eminem melontarkan lirik secara spontan kerap kali memesonakan. Apa sebenarnya rahasia di balik kemampuan itu?

Siyuan Liu, Allen Braun dan timnya dari  National Institute of Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD) di National Institute of Health di Amerika Serikat melakukan penelitian untuk menguaknya. Hasil riset dipublikasikan di jurnal Scientific Reports.

Liu dan rekannya meneliti 12 rapper gaya bebas yang telah memiliki pengalaman 5 tahun. Otak para rapper dipindai dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) saat tengah melakukan dua aktivitas rap. Pertama, saat rapper mengimprovisasi lirik dan nada. Kedua, saat mereka tampil dengan lirik yang telah diketahui.

Riset mengungkap, saat para rapper mendendang, ada bagian yang diaktifkan sementara bagian lain 'dimatikan'. Ada aktivitas jaringan saraf unik yang menunjukkan adanya jalur khusus terkait kreatifitas improvisasi.

Liu mengemukakan bahwa perubahan aktivitas terjadi di bagian korteks prefrontal, bagian otak yang berkaitan dengan kemampuan bahasa dan pengambilan keputusan. Improvisasi meningkatkan aktivitas area yang bertanggungjawab untuk berpikir tetapi menonaktifkan bagian yang berfungsi mengontrol.

"Kami pikir yang kami lihat adalah relaksasi dari fungsi eksekutif untuk memungkinkan perhatian yang tak fokus dan proses tanpa saringan yang menjadi muasal kreatifitas," kata Braun seperti dikutip National Geographic, Jumat (16/11/2012).

Bagian lain yang mengalami peningkatan selama rapper mendendang adalah sistem perisylvian (terkait bahasa), amygdala (terkait emosi) dan cingulate motor area (terkait gerak). Perubahan ini menunjukkan, nge-rap melibatkan spontanitas, kreatifitas, bahasa, mood gerak dan motivasi.

Peneliti selanjutnya akan meneliti aktifitas manusia dengan talenta lain, seperti membuat puisi, bercerita dan kreatifitas lainnya.

Liu mengatakan, "Kami pikir prosesnya terbagi dua. Pertama, fase improvisasi secara spontan. Di fase ini, Anda mnghasilkan ide yang hebat. Kami berpikir ada fase kedua, seperti perbaikan proses kreatif."

»»  READMORE...