Social Icons

Senin, 19 November 2012

"Wine" Asli Indonesia Terbuat dari Salak


 
Wikipedia Salak (Salacca zalacca)

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Mendengar kata wine pasti tebersit dalam pikiran Anda bahwa minuman itu diolah dari buah anggur. Namun, pernahkah Anda berpikir bahwa minuman itu berasal dari buah lokal seperti salak, jambu mere, pisang uter, ketela, serta kulit pisang ambon?

Di tangan seorang peneliti dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Tri Yahya, buah-buah lokal tersebut bisa diolah menjadi minuman fermentasi. Ditemui di UKDW Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (19/11/2012), ia menunjukkan minuman fermentasi yang awal bulan ini dibuatnya bersama mahasiswanya.

Salak dan nanas, itulah nama buah lokal yang digunakan sebagai bahan dasarnya. Namun, sebelumnya, semua buah lokal di atas pernah diolahnya menjadi minuman fermentasi. ”Selama ini, di Indonesia khususnya, saya belum pernah menemui minuman fermentasi dari bahan dasar salak. Padahal, salak memiliki rasa sepet, daging buah yang sangat tebal, serta terdapat kandungan alkoholnya,” papar Tri Yahya.

Dengan dasar itulah, Tri Yahya pun memiliki ide untuk mencoba mengolah salak menjadi wine lokal. Alasan lain adalah buah lokal sangat mudah ditemui dan murah harganya. Terkait proses pembuatannya, buah salak dan nanas disterilisasi dengan bantauan mikroba saccharomyces cereviseae untuk menjadi alkohol.

”Satu kilogram salak bisa menghasilkan 10 liter minuman fermentasi. Kandungan alkoholnya pun rendah, yakni 10-14 persen,” tuturnya.

Manfaat minuman fermentasi dari salak ternyata tidak hanya menghangatkan tubuh. Minuman ini mampu membunuh bakteri penyebab diare serta membantu pencernaan tubuh. Tentu saja manfaat ini bisa diperoleh ketika alkohol yang diminum tidak melebihi 14 persen.

Sementara itu, terkait buah-buah lokal yang berpotensi diolah menjadi minuman fermentasi, Tri mengaku hanya terkendala oleh musim. Untuk itulah apabila akan dikembangkan di Indonesia perlu disesuaikan dengan buah-buah apa saja yang sedang musim.

Produk wine ini juga belum berani dipasarkan karena terbentur aturan di Indonesia. Untuk itulah, produk ini hanya dipamerkan di pameran universitas.

Hermia Sampe, salah seorang mahasiswa yang turut melakukan penelitian minuman fermentasi ini, menyatakan bahwa rasanya juga tak kalah dengan wine dari buah anggur. Ia mengaku bahwa penelitian ini merupakan salah satu cara pemanfaatan buah lokal yang banyak tersebar di Indonesia.

”Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, lebih lagi buahnya. Dengan mengolahnya menjadi sebuah produk berguna, tentu akan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat." (Olivia Lewi Pramesti/National Geographic Indonesia)
Sumber :
National Geographic Indonesia

»»  READMORE...

Ini Alasan Mengapa Einstein Genius

Penulis : Yunanto Wiji Utomo | Senin, 19 November 2012 | 11:03 WIB

Photoshop Gurus Albert Einstein
FLORIDA, KOMPAS.com — Peneliti dari Florida State University, Dean Falk, mengungkap salah satu alasan mengapa Einstein memiliki kecerdasan tinggi (genius). Ia mengatakan bahwa kecerdasan Einstein dipengaruhi oleh bentuk otaknya yang unik.

Falk, bersama Frederick E Leopore dari Robert Wood Johnson Medical School dan Adrianne Noe dari Museum of Health and Medicine, mengobservasi korteks otak besar Einstein yang didokumentasikan dalam 14 foto dan membandingkannya dengan 85 otak manusia lainnya.

Melihat hasilnya, Falk menjelaskan, "Meskipun ukuran dan bentuk asimetri otak Einstein secara keseluruhan normal, bagian depan otak depan, bagian somatosensori, motor primer, lobus parietal, korteks temporal, dan oksipitalis-nya luar biasa."

Somatosensori adalah bagian otak yang berkaitan dengan pancaindera. Bagian primer motor ialah bagian otak yang bertanggung jawab mengeksekusi aktivitas tertentu. Korteks oksipitalis bertanggung jawab untuk kemampuan melihat sementara temporal untuk berbicara.

Falk seperti dikutip Science Daily, Jumat (15/11/2012), mengatakan, "Sifat-sifat itu mungkin menjadi dasar-dasar neurologis, misalnya pada kemampuan penglihatan dan spasial serta matematika Einstein."

Hasil penelitian Falk dan rekannya dipublikasikan di jurnal Brain pada Sabtu (17/11/2012) dengan judul "Lapisan Otak Besar Albert Einstein: Denskripsi dan Analisis Awal dari Foto-foto yang Belum Dipublikasikan."

Saat Einstein meninggal tahun 1955, bagian otak diambil dan difoto atas izin keluarganya. Otak itu dibagi dalam 240 bagian serta dibuat preparat serta fotonya. Koleksi sempat hilang selama 55 tahun sebelum akhirnya ditemukan dan disimpan di National Museum of Health and Medicine.

Makalah juga memublikasikan roadmap otak Einstein yang disiapkan pada tahun 1955 oleh Thomas Harvey untuk mengilustrasikan 240 bagian otak Einstein. Roadmap itu membantu menunjukkan lokasi dari preparat otak yang ditemukan baru-baru ini.
Sumber :

»»  READMORE...

Makhluk Aneh Bertahan dengan Makan DNA


Marine Biological Laboratory Bdelloidea

CAMBRIDGE, KOMPAS.com — Hewan mikro golongan bdelloidea, rotifera yang hidup di tanah lembab, menarik perhatian ilmuwan. Makhluk ini mampu mempertahankan eksistensi jenisnya dalam waktu 80 juta tahun tanpa reproduksi seksual.

Hasil studi terbaru yang dilakukan Alan Tunnacliffe dari University of Cambridge menambah keanehan makhluk ini. Menurut dia, 10 persen dari DNA bdelloidea ternyata berasal dari organisme uniseluler lainnya, seperti jamur dan bakteri.

"Kami tidak tahu bagaimana gen itu ditransfer, tetapi hampir pasti hal itu dilakukan dengan mencerna DNA dari sisa-sisa material organik yang melimpah di lingkungannya. Bdelloidea akan memakan apa pun yang lebih kecil dari kepalanya," kata Tunnacliffe, seperti dikutip Livescience, Sabtu (17/11/2012).

Banyak makhluk yang bereproduksi secara aseksual terancam kepunahan karena miskin keragaman genetik. Namun, cerita bdelloidea lain. Makhluk itu sukses mengatasi kekurangannya dan terus berkembang hingga semakin beragam dengan jumlah spesies kini mencapai 400.

Dengan DNA "alien" atau DNA yang berasal dari makhluk lain, bdelloidea mendapatkan modal untuk bertahan. Saat makhluk ini menghadapi kekeringan, salah satu gen dalam rantai DNA alien diaktifkan. Gen dari DNA asing itu juga diduga mampu menghasilkan antioksidan ampuh untuk mengatasi efek samping kekeringan.

Berdasarkan riset sebelumnya yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, tahun 2008, kesuksesan bdelloidea juga tak lepas dari kemampuan reparasi DNA. Hasil penelitian terbaru ini dipublikasikan di jurnal  PLoS Genetics, Kamis (15/11/2012).
Sumber :
LiveScience
»»  READMORE...

Minggu, 18 November 2012

Indonesia Akan Kehilangan Banyak Taksonom Tahun 2015

Penulis : M Zaid Wahyudi | Senin, 19 November 2012 | 09:25 WIB


KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Manfaat Herbarium - Kusnadi, teknisi Herbarium Kebun Raya Bogor, memeriksa beragam kayu koleksi kebun Raya Bogor di Kota Bogor, Kamis (20/9/2012). Herbarium merupakan sumber informasi tanaman untuk studi taksonomi, biogeografi, dan keanekaragaman tumbuhan.Kebun dengan luas sekitar 87 hektar ini menjadi laboratorium botani dengan koleksi 3.333 jenis tanaman dan memiliki 14.104 spesimen yang berasal dari berbagai penjuru dunia.

TERKAIT:
JAKARTA, KOMPAS.com - Kurangnya ahli taksonomi dan terbatasnya dana penelitian menyebabkan baru 10-20 persen hewan tanpa tulang belakang, ikan perairan darat, serangga, reptil, amfibi, dan moluska Indonesia terdata. Padahal, mereka terancam punah akibat perusakan lingkungan dan perubahan iklim.

Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Rosichon Ubaidillah dihubungi dari Jakarta, Minggu (18/11/2012), mengatakan, jenis fauna yang banyak terdata adalah mamalia (90 persen), yakni 707 jenis, dan burung 80-90 persen (1.602 jenis).

Jumlah amfibi dan reptil yang terdata 1.112 jenis, ikan air tawar 2.184 jenis, ikan laut 3.288 jenis, dan serangga 151.847 jenis. Namun, yang terdata sebagian besar berasal dari Jawa dan Sumatera. Fauna dari Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua terdata sangat sedikit karena keterbatasan sumber daya manusia dan biaya ekspedisi.

Ahli taksonomi dan biosistematika yang menjadi tulang punggung studi keanekaragaman hayati Indonesia hanya 20 orang, sebagian besar ada di LIPI. Mereka mendata banyak kelompok binatang, seperti serangga, reptil, amfibi, moluska, udang-udangan, ikan, burung, copepoda (plankton), dan invertebrata.

Sebagian besar taksonom LIPI itu akan pensiun dalam lima tahun mendatang dan belum ada penggantinya. ”LIPI akan kehilangan banyak peneliti senior pada 2015,” tambah Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Siti Nuramaliati Prijono.

Menurut Nuramaliati, mencetak ahli baru tidak mudah. Jenis binatang yang ada sangat beragam. Mereka tersebar di 17.504 pulau. ”Untuk mendidik perlu 10-15 tahun,” katanya.

Kurangnya tenaga ahli dan dana itu membuat LIPI harus bekerja sama dengan institusi dan ahli luar negeri. ”Bukan berarti kami tak mampu. Kami terkendala dana dan tenaga,” kata Rosichon yang ahli serangga.

Kepunahan

Sedikitnya jumlah fauna yang terdata terjadi di tengah ancaman kepunahan. Banyak binatang yang belum sempat diteliti dan didata keburu hilang akibat pemanasan global, kerusakan lahan, dan penebangan hutan.

Rosichon mencontohkan, saat ini 92 persen jenis ikan Sungai Ciliwung dan 67 persen ikan Sungai Cisadane hilang dibandingkan dengan data yang dikumpulkan pada 1910. Ditemukan sejumlah ikan dari luar Indonesia yang bersifat invasif hingga membunuh ikan-ikan lokal.

Nuramaliati mengingatkan, banyak manfaat dari fauna yang terancam punah itu belum diteliti. Padahal, sejumlah negara gencar meneliti potensi ekonomi hewan dan tumbuhan tertentu, baik sebagai sumber energi maupun obat masa mendatang.

Hilangnya fauna tertentu juga mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada.
Sumber :
Kompas Cetak

»»  READMORE...
Merintis (Lagi) Monorel

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Mobil melintas di samping tiang proyek monorel di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (4/11/2012). Pemprov DKI Jakarta berniat melanjutkan kembali proyek ini untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta.
Oleh YUNI IKAWATI

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemacetan lalu lintas di kota-kota besar di Indonesia, terutama Jakarta, mencuatkan beberapa alternatif moda transportasi massal untuk mengatasinya. Salah satunya monorel. Pembangunannya di Jakarta dirintis tahun 1999, tetapi terhenti pada 2009. Kini rencana itu kembali dilanjutkan.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dalam pertemuan dengan Gubernur Provinsi Banten Atut Chosiah, di Serang, pekan lalu, membicarakan kerja sama membangun jalur monorel dari Jakarta ke Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten.

Kebijakan Gubernur DKI yang baru akan memberi peluang berlanjutnya proyek pembangunan jalur monorel yang mandek tahun 2009. Terhentinya tahap konstruksi yang telah berjalan lima tahun itu meninggalkan beberapa kolom beton setengah jadi di Jalan HR Rasuna Said dan di Jalan Asia Afrika, dengan batang baja di atasnya yang mulai berkarat.

Semula proyek yang direncanakan awal 2000-an itu akan digunakan wahana monorel dan sistem transportasi akan menggunakan teknologi Jepang. Sistem itu meliputi kereta, kelistrikan, persinyalan, komunikasi, dan sistem pertiketan. Fabrikasi sistem ini belum sempat terlaksana.

Kendala pendanaan menjadi salah satu penyebab terhentinya proyek. Total proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan joint venture dari Singapura sebesar 659 juta dollar AS (sekitar Rp 6,5 triliun), termasuk pembangunan konstruksi jalan sebesar 235 juta dollar AS.

Jalur monorel di Jakarta direncanakan terdiri atas dua lintasan. Lintasan pertama sepanjang 14.275 km melewati Palmerah-Gelora Bung Karno-Casablanca-Dukuh Atas-Karet-Pejompongan.

Lintasan kedua sepanjang 9.725 km terbentang dari Kampung Melayu-Tebet-Casablanca-Karet-Tanah Abang-Cideng hingga Taman Anggrek.

Sumber daya lokal

Belakangan ini, akibat kemacetan yang kian parah di Jakarta dan sekitarnya, moda transportasi ini menjadi salah satu alternatif yang dilirik lagi. Untuk menekan biaya, diupayakan rancang bangun dengan memanfaatkan karya anak bangsa. Adapun fabrikasinya akan mengerahkan industri strategis PT Inka dan PT LEN Industri serta perusahaan swasta nasional PT Bukaka.

Konstruksi jalan dan kendaraan monorel didesain Kusnan Nuryadi (65), pakar teknik konstruksi dan mesin. Peraih penghargaan Adhicipta Rekayasa dari Persatuan Insinyur Indonesia ini mendalami desain konstruksi alat dan kendaraan berat sejak 40 tahun lalu.

Untuk mendesain moda transportasi itu, Kusnan mengkaji dan memadukan teknologi monorel dari Jepang dan Jerman, terutama bagian bogie (sistem roda peluncur).

Desain rancang bangun sistem ini dalam proses memperoleh paten, demikian pula teknik bekisting (pencetakan tiang dan jalan monorel).

Penelitian dan pembangunan prototipe monorel, baik konstruksi jalan maupun wahananya, dilakukan Kusnan bersama timnya dari PT Melu Bangun Wiweka (MBW) sejak 2010.

Prototipe gerbong monorel berkapasitas 125 orang telah selesai dibangun awal November ini dan diberi nama Urban Transit Monorel UTM-125. Peninjauan desain dilakukan Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Uji coba prototipe ini di trek sepanjang 50 meter, di kawasan pabrik Cibitung, akhir Oktober lalu, ditinjau oleh Jusuf Kalla dan Joko Widodo.

Tahap berikutnya adalah pembangunan trek monorel sepanjang 1,5 km, di Sentul, Bogor, untuk uji performansi.

Pengujian konstruksi jalan dan gerbong monorel akan bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. ”Aspek konstruksi, keselamatan, performansi kendaraan harus teruji secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan,” Kusnan memaparkan.

Setelah tahap pengujian dapat memenuhi standar, produksi dilaksanakan PT Flobbus Indonesia.

Spesifikasi gerbong monorel ini berlebar 2,5 meter, seukuran bus transjakarta. Panjang gerbong 13,2 meter. Daya motor traksi per gerbong 4 x 65 kilowatt (260 KW).

Rangkaian monorel di Jakarta disarankan lima gerbong. Dengan kapasitas 125 penumpang per gerbong, total penumpang yang terangkut 625 orang.

Dengan kelajuan 2 menit saat jam sibuk dan 4 menit di luar jam sibuk, monorel mengangkut 390.000 orang per hari di dua jurusan.

Estimasi biaya desain konstruksi dan gerbong monorel untuk dua jalur Rp 3,6 triliun. Dibandingkan dengan rencana awal pada 10 tahun lalu sebesar Rp 6,5 triliun, anggaran ini dua kali lebih hemat.

”Bila harga tiket Rp 10.000 untuk 390.000 penumpang per hari, kami optimistis periode pengembalian investasi delapan tahun dapat tercapai,” kata Indra Nugraha, Manajer MBW.

Menurut dia, selain di Jakarta, monorel juga akan dibangun di Makassar, Sulawesi Selatan.

Kelebihan

Monorel menjadi pilihan moda transportasi di perkotaan karena memiliki kelebihan. Sistem monorel memakai jalur trek khusus berelevasi 5,5 meter sehingga bebas hambatan dan bisa beroperasi tepat waktu.

Monorel memakai daya listrik sehingga tak menimbulkan polusi udara dan suara. Karena itu dapat diintegrasikan dengan pertokoan dan perkantoran.

Rangka treknya yang ramping dapat didirikan di atas median jalan sehingga tidak mengganggu pemandangan kota dan dapat bergerak lincah di jalur sempit.

”Pelaksanaan konstruksi jauh lebih cepat dan murah dibandingkan dengan pembangunan kereta bawah tanah. Biaya pembebasan tanah minimal karena hanya memerlukan tanah seluas tiang fondasi,” kata Arie Anggodo Kakiailatu, Manajer Umum MBW.
Sumber :
Kompas Cetak

»»  READMORE...

Apakah Manusia Purba Bisa Berlayar?

Daily Mail Homo neanderthalensis


LAS VEGAS, KOMPAS.com — Bukan saja manusia yang pandai berlayar di zaman kuno. Manusia purba, seperti Neanderthals, diduga juga sudah mampu mengarungi lautan Mediterania dengan perahu sederhana.

Alan Simmons, arkeolog dari University of Nevada di Las Vegas dalam publikasinya di jurnal Science, Jumat (16/11/2012), menguraikan beberapa artefak yang bisa menjadi penguat dugaannya. Artefak-artefak itu diduga lebih tua dari usia daratan Mediterania yang mulai terbentuk 9.000 tahun lalu.

Salah satu artefak yang ditemukan adalah obsidian dari Pulau Aegean di Melos yang ditemukan di lapisan tanah 11.000 tahun lalu di Goa Franchthi. Ekskavasi di pantai Cyprus juga menemukan artefak batu yang berasal dari 12.000 tahun lalu.

"Kami menemukan bukti bahwa perburuan manusia memicu kepunahan kuda nil kerdil di Cyprus 12.000 tahun lalu," kata Simmons seperti dikutip Livescience, Jumat hari ini.

Menurut Simmons, artefak dan dugaan kepunahan kuda nil kerdil itu menjadi penguat bahwa manusia purba tidak harus pandai bertani atau beternak untuk mendapatkan sumber pangan. Mereka bisa jadi seorang pemburu yang sudah punya kemampuan berlayar.

Baru-baru ini ditemukan pula artefak-artefak yang menunjukkan bahwa manusia purba mampu berlayar jauh, bahkan hingga ke wilayah Crete.

Di Kepulauan Ionian, ditemukan bukti situs manusia yang berusia 110.000 tahun lalu. Investigasi juga menemukan kapak, pencungkil dan golok berbahan batu yang diperkirakan berasal dari masa 170.000 lalu di Crete.

Crete dan tempat penemuan lainnya terpisah dari daratan utama pada masa itu. Simmons mengatakan, bukti itu menunjukkan bahwa pelayaran tidak dilakukan oleh manusia modern, tapi manusia purba seperti Neanderthals atau bahkan Homo erectus.

Meski demikian, dugaan itu harus diuji. Saat ini, salah satu masalah dalam penelitian arkeologis adalah penanggalan yang tepat. Jika penanggalan karbon yang dilakukan pada artefak itu tepat, manusia purba terbukti bisa berlayar.
Sumber :
»»  READMORE...

Rabu, 14 November 2012

Inikah Pornografi dari Masa Prasejarah?

Penulis : Yunanto Wiji Utomo | Rabu, 14 November 2012 | 16:37 WIB

PNAS Ukiran batu yang merujuk pada figur alat kelamin perempuan.


KOMPAS.com — Manusia pada masa lalu menghasilkan beragam karya seni, misalnya lukisan di batu ataupun arca. Beberapa karya seni menunjukkan tubuh manusia tanpa busana ataupun organ intim manusia.

Sebuah arca pernah ditemukan pada tahun 1908 di Austria, bernama Venus of Willendorf. Usia arca itu sekitar 25.000 tahun dengan tinggi sekitar 11 cm. Arca tersebut sering disebut sebagai bagian "palaeo-porn" atau pornografi zaman purba.

Karya seni lain adalah ukiran batu berusia 37.000 tahun yang ditemukan di wilayah Abri Castanet, Perancis. Ukiran tersebut, menurut ilmuwan, menunjukkan organ kelamin perempuan, berupa lingkaran dan gambaran serupa celah di sisinya.

Di sisi lain, sudah di masa sejarah, Candi Sukuh di kaki Gunung Lawu juga menunjukkan arca dan relief yang eksplisit menunjukkan tubuh manusia. Terdapat figur yoni di lantai candi, serta figur pria tanpa kepala yang sedang menggenggam kelaminnya.

Penemuan tersebut sering memunculkan pertanyaan. Apakah manusia di zaman purba sudah mengenal pornografi? Benarkah karya seni yang ditemukan merupakan pornografi.

Temuan ukiran di Perancis dalam berita New York Times, 14 Mei 2012, lalu berjudul "A Precursor to Playboy: Graphic Images in Rock". Sementara itu, berita temuan Venus of Hohle Fels pada tahun 2008 diberi judul "Obsession with Naked Women Dates Back 35,000 Years".

April Nowell, seorang arkeolog dari University of Victoria, Kanada, mengungkapkan bahwa karya seni masa lalu yang menunjukkan tubuh manusia tak berarti pornografi. Menurutnya, ide bahwa karya seni itu merupakan pornografi adalah cara manusia modern untuk melegitimasi akar perilakunya saat ini dengan masa lalu.

Dalam wawancara dengan New Scientist, Selasa (13/11/2012), Nowell mengatakan bahwa karya seni yang mempertunjukkan tubuh manusia di masa lalu punya arti lain. "Ketika kita bicara seni paleolitik di masa lalu lebih luas, kita bicara tentang keajaiban berburu, agama ataupun kesuburan."

Publikasi yang terkait interpretasi seni dengan pornografi muncul di media massa, bahkan jurnal ilmiah seperti Nature.

"Itu memungkinkan jurnalis, peneliti, pakar evolusi pada khususnya untuk melegitimasi dan menaturalisasi nilai-nilai Barat masa kini dan perilakunya dengan melihat balik pada 'kabut prasejarah'," ungkap Nowell.
»»  READMORE...