Social Icons

Selasa, 06 November 2012

BUKTI KEBENARAN AL-QURAN : MISTERI BANGUNAN PIRAMIDA

Piramida Mesir diyakini memiliki beragam analisis tentang misteri konstruksinya. Dibangun pada masa kekuasaan Firáun Khufu pada tahun 2560 SM, rupa-rupanya kontraversi masih terus berlanjut hingga akhir abad ke-19.
Logika para ilmuwan pun bingung menangkap bagaimana sebuah piramida dibangun? Hal ini karena teknologi mengangkat batu
-batu besar
yang bisa mencapai ribuan kilogram ke puncak-puncak bangunan belum ditemukan di zamannya. Apa rahasia di balik pembangunan piramida ini?

Koran Amerika Times edisi 1 Desember 2006, menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun piramida! Menurut penelitian tersebut disebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat piramida adalah tanah liat yang dipanaskan hingga membentuk batu keras yang sulit dibedakan dengan batu aslinya.

Para ilmuwan mengatakan bahwa Firaun mahir dalam ilmu kimia dalam mengelola tanah liat hingga menjadi batu. Dan teknik tersebut menjadi hal yang sangat rahasia jika dilihat dari kodifikasi nomor di batu yang mereka tinggalkan.

Profesor Gilles Hug, dan Michel Profesor Barsoum menegaskan bahwa Piramida yang paling besar di Giza, terbuat dari dua jenis batu: batu alam dan batu-batu yang dibuat secara manual alias olahan tanah liat.

Dan dalam penelitian yang dipublikasikan oleh majalah “Journal of American Ceramic Society” menegaskan bahwa Firaun menggunakan jenis tanah slurry untuk membangun monumen yang tinggi, termasuk piramida. Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram. Sementara untuk dasarnya, Firaun menggunakan batu alam.

Dengan metode pembuatan batu besar melalui cara ini, sang profesor membutuhkan waktu sepuluh hari hingga mirip dengan batu aslinya.

Sebelumnya, seorang ilmuwan Belgia, Guy Demortier, telah bertahun-tahun mencari jawaban dari rahasia di balik pembuatan batu besar di puncak-puncak piramida. Ia pun berkata, “Setelah bertahun-tahun melakukan riset dan studi, sekarang saya baru yakin bahwa piramida yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.”

Penemuan oleh Profesor Prancis Joseph Davidovits soal batu-batu piramida yang ternyata terbuat dari olahan lumpur ini memakan waktu sekitar dua puluh tahun. Sebuah penelitian yang lama tentang piramida Bosnia, “Piramida Matahari” dan menjelaskan bahwa batu-batunya terbuat dari tanah liat! Ini menegaskan bahwa metode ini tersebar luas di masa lalu. (Gambar dari batu piramida).

Sebuah gambar yang digunakan dalam casting batu-batu kuno piramida matahari mengalir di Bosnia, dan kebenaran ilmiah mengatakan bahwa sangat jelas bahwa metode tertentu pada pengecoran batu berasal dari tanah liat telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dalam peradaban yang berbeda baik Rumania atau Firaun!

( Al-Qur’an Ternyata Lebih Dulu Punya Jawaban )

Jika dipahami lebih dalam, ternyata Alquran telah mengungkapkan hal ini 1400 tahun sebelem mereka mengungkapkannya, perhatikan sebuah ayat dalam Al Quran berikut ini:

“Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-orang pendusta.” (QS. Al-Qashash: 38)

Subhanallah! bukti menakjubkan yang menunjukkan bahwa bangunan bangunan raksasa, patung-patung raksasa dan tiang-tiang yang ditemukan dalam peradaban tinggi saat itu, juga dibangun dari tanah liat! Al-Quran adalah kitab pertama yang mengungkapkan rahasia bangunan piramida, bukan para Ilmuwan Amerika dan Perancis.

Kita tahu bahwa Nabi saw tidak pergi ke Mesir dan tidak pernah melihat piramida, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentangnya. Kisah Firaun, terjadi sebelum masa Nabi saw ribuan tahun yang lalu, dan tidak ada satupun di muka bumi ini pada waktu itu yang mengetahui tentang rahasia piramida.

Ajaib, 1400 tahun yang lampau, Nabi Muhammad saw, berbilang tahun setelah Berakhirnya dinasti Firaun memberitahukan bahwa Firaun membangun monumen yang kelak dinamakan Piramid menggunakan tanah liat.

Subhanallah! Sungguh suatu hal yang hanya dapat dipahami oleh orang orang yang bukan sekedar berakal, tetapi juga mempergunakan akalnya. Merugi mereka yang tidak yakin dan mempercayai Al Quran. Wallahua’lam (Yusuf Mansur Network)
»»  READMORE...

Senin, 05 November 2012

Moyang Manusia Sudah Mengenal Daur Ulang



shutterstock

KOMPAS.com - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitat Rovirai Virgili dan Catalan Institute of Human Paleoecology and Social Evolution, Spanyol, mengungkapkan bahwa manusia dari era Upper Paleolithic sudah melakukan daur ulang terhadap peralatan batu mereka untuk digunakan sebagai alat lain.

Studi ini dilakukan berdasarkan pengamatan pada artefak hangus yang ditemukan di kawasan Moli del Salt di Tarragona, Spanyol. Sebelumnya, daur ulang terhadap perangkat batu zaman pra sejarah sulit dilacak karena tidak ada rekaman arkeologis. Namun, setelah ditemukan bukti, seperti pada laporan yang dituangkan di jurnal Archaeological Science, tampaknya praktek itu dimungkinkan.

“Untuk mengidentifikasi daur ulang, sangatlah penting untuk membedakan dua tahap pembuatan sebuah benda. Saat sebelum dia dibentuk dan saat sesudahnya. Kedua bentuk dipisahkan oleh sebuah interval di mana benda itu telah mengalami modifikasi,” kata Manuel Vaquero, peneliti dari Universitat Rovira I Virgili.

“Ini merupakan kali pertama sebuah studi sistematik seperti ini dilakukan,” ucapnya.

Dalam studinya, para arkeolog menemukan banyak sisa-sisa pembakaran di Moli del Salt yang diperkirakan berasal dari era Upper Palaeolithic, sekitar 13 ribu tahun lalu. Para pakar menyatakan, pemilihan artefak sisa pembakaran dilakukan karena mereka bisa menginformasikan dengan mudah apakah mereka telah dimodifikasi setelah dikenai api.

Dari penelitian yang dilakukan, terindikasi bahwa praktek daur ulang terhadap alat-alat sehari-hari merupakan tindakan yang jamak dilakukan di masa tersebut. Perangkat daur ulang sendiri lebih banyak digunakan untuk aktivitas domestik dan tampaknya terkait dengan kebutuhan alat yang mendesak. Sayangnya, praktek daur ulang ini tidak terdokumentasi dalam catatan sejarah, seperti halnya pendokumentasian artefak-artefak lain.

Menggunakan peralatan yang didaur ulang membuat manusia-manusia tersebut tidak perlu bepergian jauh dari perkampungan mereka demi mencari bahan baku untuk alat-alat yang mereka butuhkan. “Mereka cukup memakai peralatan-peralatan yang ditinggalkan oleh kelompok-kelompok lain yang pernah menghuni kawasan tertentu,” ucap Vaquero.

Meski demikian, saat menganalisa situs arkeolog tersebut, Vaquero dan timnya mengingatkan bahwa manusia yang menempati kawasan Moli del Salt bisa saja telah membawa benda-benda daur ulang tersebut dari tempat mereka pertama kali menemukannya. “Ada kemungkinan juga bahwa mereka melakukan penggalian atau menyingkirkan sedimen saat mencari alat-alat yang mereka butuhkan itu,” ucapnya.(Abiyu Pradipa/National Geographic Indonesia)
Sumber :
National Geographic Indonesia
Editor :
yunan
»»  READMORE...

Pencarian Kehidupan di Mars Masih Mengecewakan


Penulis : Yunanto Wiji Utomo | Senin, 5 November 2012 | 17:14 WIB

NASA Citra Mars seperti diambil teleskop antariksa Hubble pada 26 Agustus 2003.


FLORIDA, KOMPAS.com - Adakah kehidupan di Mars di masa lalu ataupun kini? Jika ada, pasti makhluk hidup meninggalkan jejak. Jejak keberadaan makhluk hidup salah satunya adalah metana di atmosfer.

Lewat robot Curiosity yang mendarat di Kawah Gale 6 Agustus 2012 lalu, para ilmuwan dari Badan Penerbangan dan Antariksa NASA berupaya mencari kandungan metana dalam atmosfer Mars. Bila ada, mungkin metana itu bisa menjadi tanda ada atau pernah adanya kehidupan di planet itu.

Curiosity telah menganalisis atmosfer Mars saat berada di wilayah yang disebut Rocknest beberapa waktu lalu. Analisis dilakukan dengan instrumen Sample Analysis at Mars (SAM). Hasil penelitian diumumkan NASA pada Jumat (2/11/2012)

Hasilnya ternyata mengecewakan. "Intinya, kita belum mendeteksi metana sejauh ini," kata Chris Webster, ilmuwan dari Jet Propulsion Laboratory di California, pimpinan penggunaan instrumen Tunable Laser Spectrometer SAM.

"Namun demikian, kita akan terus mencarinya selama beberapa bulan ke depan sebab Mars, seperti yang kita tahu, mungkin menyimpan kejutan," papar Webster seperti diberitakan Space.com Jumat lalu.

Sebelumnya, keberadaan metana di atmosfer Mars pernah terdeteksi dengan wahana luar angkasa lain. Namun, konsentrasi metana yang terdeteksi memang sangat sedikit, cuma 10 - 50 bagian per miliar.

Tak ditemukannya metana lewat misi Curiosity bukan berarti temuan sebelumnya salah. Menurut Sushil Atreya, ilmuwan Universitas Michigan yang terlibat misi SAM, metana bisa berubah, tergantung pada produksi dan degradasinya di Mars.

Di Bumi, 90 persen metana yang ada di atmosfer bersumber dari makhluk hidup. Di Mars, metana yang mungkin ada bisa bersumber dari makhluk hidup ataupun komet. Metana bisa 'dihancurkan' lewat reaksi dibantu cahaya Matahari ataupun diserap permukaan Mars.

Menurut ilmuwan, tingkat penyerapan metana di Mars cukup efisien. Dalam waktu beberapa ratus tahun, metana di atmosfer bisa disapu bersih. Oleh karena itu, dipercaya bahwa metana yang mungkin ada saat ini belum terbentuk lama.

Terkait misi deteksi metana di Mars, Atreya mengatakan, "Tetap ikuti terus. Cerita tentang metana di Mars baru saja dimulai." Pencarian metana dan komposisi atmosfer Mars lainnya dapat juga membantu memahami mengapa Mars memiliki atmoser tipis, hanya 1 persen ketebalan atmosfer Bumi.
Editor :
yunan
»»  READMORE...

Ditemukan, 9 Spesies Baru Tarantula Langka

Penulis : Lusiana Octaviani | Senin, 5 November 2012 | 18:41 WIB

Rogerio Bertani Typhochlaena amma
SAO PAULO, KOMPAS.com - Ilmuwan berhasil mengidentifikasi sembilan spesies baru tarantula lewat penelitian di wilayah tengah dan timur Brasil. Tarantula yang ditemukan dikenal sebagai tarantula pemanjat pohon.

Tarantula pemanjat pohon, dikenal pula dengan tarantula arboreal, punya bantalan pada kakinya sehingga mempermudah pergerakan di permukaan pohon ataupun daun yang halus.

"Bila sebelumnya terdapat tujuh spesies tarantula di wilayah tersebut, kita sekarang memiliki 16 spesies," kata Rogerio Bertani, peneliti dari Instituto Butantan di Brasil seperti dikutip Livescience, Selasa (30/10/2012).

Spesies yang ditemukan diantaranya merupakan anggota genus tua dan tergolong pada jenis tarantula yang sangat pilih-pilih dalam makanan dan tempat tinggal. Ada empat spesies baru yang berasal dari genus itu.

"Dalam genus yang diteliti (Typhochlaena), semula  beranggotakan spesies tunggal yang dikenal sejak 1841, kami kini memiliki 5 spesies. Tarantula-tarantula itu adalah tarantula arboreal paling kecil di dunia. Analisis menunjukkan bahwa genus itu sangat tua,"jelas Bertani.

Selain spesies itu, Bertani juga menemukan spesies lainnya yang diberi nama Pachistopelma bromelicola. Seperti namanya, jenis itu hanya tinggal di tanaman tanaman bromelia, famili tanaman berbunga berbiji tunggal.

"Hanya satu spesies yang diketahui hidup secara eksklusif di dalam tanaman ini, dan sekarang kita memiliki spesies lain yang juga tinggal di sana," kata Bertani.

Jenis yang juga ditemukan adalah Iridopelma katiae. "Spesies ini juga hidup di tanaman bromelia, salah satu diantara beberapa tempat hidup bagi tarantula yang memiliki air dan perlindungan dari sinar Matahari," papar Bertani.

Penemuan spesies baru itu dipublikasikan di jurnal Zookeys. Peneliti mengatakan, semua spesies sangat spesifik ke wilayah penemuannya dan sangat rentan oleh aktivitas manusia.
Sumber :
Editor :
yunan
»»  READMORE...

Matematika Bisa Menyakitkan

Penulis : Yunanto Wiji Utomo | Senin, 5 November 2012 | 20:07 WIB

Shutterstock Ilustrasi
CHICAGO, KOMPAS.com — Matematika bisa membuat seseorang benar-benar merasakan sakit secara fisik dalam kondisi tertentu. Inilah yang terungkap dalam riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal PLoS ONE, Rabu (31/10/2012).

Tim peneliti yang dipimpin Ian Lyons, psikolog dari Universitas Chicago, melakukan observasi terhadap 14 orang yang mengalami kecemasan tinggi pada matematika (high math anxiety) dan 14 orang dengan tingkat kecemasan pada matematika yang rendah (LMA).

Tingkat kecemasan diidentifikasi oleh individu itu sendiri. Parameter kecemasan dinilai dari rasa gelisah saat berjalan menuju kelas matematika atau saat harus mengambil mata pelajaran matematika untuk lulus dari studi.

Dalam riset, orang yang mengalami HMA dan LMA diberikan satu seri soal matematika dan soal cerita. Peserta diminta melihat monitor, sementara aktivitas otaknya dilihat dengan magnetic resonance imaging (MRI). Di layar, akan tampak lingkaran kuning dan kotak biru sebagai tanda jenis soal selanjutnya, apakah matematika atau soal cerita.

Hasil riset menunjukkan, saat sinyal soal matematika keluar, aktivitas bagian otak yang terkait dengan rasa sakit pada orang dengan HMA tiba-tiba meningkat. Semakin cemas, maka semakin tinggi pula aktivitas bagian itu. Hal yang sama tak dijumpai pada orang dengan LMA.

Riset tersebut menunjukkan bahwa dengan kondisi tertentu, matematika benar-benar bisa memicu rasa sakit. Namun, peneliti mengingatkan, bukan berarti matematika harus dimusuhi. Sebab rasa bukan datang dari matematika itu sendiri.

"Karena temuan kami spesifik pada aktivitas terkait isyarat tertentu, bukan matematika itu sendiri yang memicu rasa sakit, tetapi antisipasi pada matematika itu yang menyakitkan," papar Lyons dalam publikasinya.

Sebelumnya, peneliti lain juga telah menemukan bahwa rasa sakit fisik bisa disebabkan oleh pengalaman sehari-hari. Sebagai contoh, putus cinta dan penolakan sosial terbukti mengakibatkan sakit secara fisik.
Sumber :
LiveScience
Editor :
yunan
»»  READMORE...

Dua Tim UGM Juara Kontes Robot

Penulis : Thomas Pudjo Widijanto | Selasa, 6 November 2012 | 08:16 WIB

Gandang Sajarwo/ KOMPAS.com Robot Humanoid karya Mahasiswa UGM.

YOGYAKARTA, KOMPAS — Tim robot Alfarobi Divisi Humanoid Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, meraih perunggu pada kontes robot internasional 2012 di Korea Selatan, 25-28 Oktober. Mereka bersaing dengan peserta lain dari 10 negara.

”Keikutsertaan tim robot UGM ini untuk menimba pengalaman dari perkembangan robotika dunia,” kata Alldino Andi Sumbodo, dosen pembimbing tim Alfarobi, kepada wartawan di Yogyakarta, Senin (5/11/2012). Korea Selatan mengirim 15 tim, Jepang 5 tim, selebihnya Amerika Serikat, China, Inggris, Kanada, Meksiko, Malaysia, dan Myanmar.

Ada lima robot dari UGM yang dikirim ke Korea Selatan. Adapun peraih perunggu adalah robot Alfa yang unggul pada penempatan benda di antara beberapa tantangan uji kecakapan yang lain. Robot-robot UGM dibangun dengan dana sekitar Rp 30 juta.

”Robot kami memang masih sangat terbatas, kalah dengan robot-robot Korea yang harga pembuatannya sampai Rp 150 juta, sementara robot kami jauh dari nilai itu,” kata Alldino. Tim Korea Selatan secara intens mempelajari robot humanoid sekitar tujuh tahun, sedangkan tim UGM baru satu tahun terakhir.

Tim robot humanoid UGM diwakili Hadha Afrisal, Ridwan Wicaksono (Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi angkatan 2009), Widhi Yoga S (Teknik Mesin 2009), serta Bryan Novega dan Sigit Diantoro (Elektronika dan Instrumentasi 2009).

Tingkat nasional

Di tingkat nasional, tim robot UGM menjuarai lomba. Tim robot Safinah One juara II pada kontes kapal cepat tak berawak.

Malikh Khidir, Ketua Tim Safinah, menyatakan, meskipun hanya memperoleh juara II, prestasi ini sangat memuaskan. Dari semua tim, hanya kapal cepat UGM yang bisa kembali ke pengendali jarak jauhnya.

”Yang lain tidak bisa kembali ke darat. Kami dengan juara pertama dari PENS (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya) kalah bobot saja. Perahu PENS bobotnya sekitar 1 kilogram,” kata dia.

Keistimewaan kapal cepat berukuran 1 meter persegi ini bisa dijadikan kapal pengintai tanpa awak di perbatasan. Kapal dilengkapi dua kamera yang bisa mengidentifikasi benda-benda yang dilalui.

Kini, UGM telah bekerja sama dengan TNI AL untuk pengadaan kapal pengintai di perbatasan ini. ”Sedang kami konsep. Yang pasti, panjang kapal tak hanya 1 meter, tetapi 4 meter. Daya jelajahnya pun akan lebih jauh,” kata Malikh. (TOP)
 
Sumber :
Kompas Cetak
Editor :
Caroline Damanik
»»  READMORE...

Jumat, 02 November 2012

Kisah "Horor" Penjelajahan Luar Angkasa


Bangkai mahluk hidup di luar angkasa, risiko dimakan serigala.

Jum'at, 2 November 2012, 00:35
Elin Yunita Kristanti
(ilustrasi) tak semua penjelajahan luar angkasa berakhir sukses
(ilustrasi) tak semua penjelajahan luar angkasa berakhir sukses(NASA|Space.com
VIVAnews - Berawal dari peluncuran satelit sebesar bola basket pada 4 Oktober 1957, Sputnik 1, Uni Soviet memulai apa yang disebut sebagai "Space Age" yang mengubah dunia.

Sejak saat itulah, penjelajahan luar angkasa dilakukan, termasuk mengirim manusia ke luar bumi. 

Tak semua misi berhasil, beberapa di antaranya berujung tragedi. Lupakan soal campur tangan alien, meninggalkan atmosfer Bumi sendiri sudah berbahaya. Ada sejumlah episode mengerikan, aneh, dan tidak masuk akal yang terjadi. 

Berikut sejumlah cerita mengerikan yang terjadi di luar angkasa seperti dilansir Discovery. Yang mungkin mampu membuat bulu kuduk merinding. 

1. Bangkai mahluk hidup di luar angkasa

Sebelum akhirnya berhasil mengirimkan para kosmonot dan astronot, eksplorasi luar angkasa mengorbankan banyak nyawa binatang. Monyet, anjing, dan simpanse.

Sementara ide mengorbankan hewan di "altar" ilmu pengetahuan mungkin tidak tepat, namun fakta ada banyak hewan jenis simian dan canine  yang mati di luar angkasa menjadi cerita mengerikan. Ini menimbulkan banyak teori bahwa mungkin ada lusinan hewan yang menjadi mumi yang hingga saat ini masih membuat putaran orbit. Hal yang sama bisa jadi juga menimpa manusia. 

2. Risiko jadi makanan serigala

Tak hanya ketika menembus atmosfer, para penjelajah luar angkasa juga menghadapi risiko saat mendarat ke bumi. Seperti yang dialami Alexei Leonov, kosmonot Uni Soviet.Pada 18 Maret 1965, ia berhasil menjadi manusia pertama yang berjalan kaki di luar angkasa atauextra-vehicular activity (EVA). Karena mengalami kebocoran udara dan sejumlah material yang kaku, ia buru-buru masuk kembali ke dalam kapsulnya. 

Sebuah usaha yang susah payah, karena ia harus menurunkan tekanan pakaian luar angkasanya dan risiko berebut masuk dalam kapsul. 

Saat pesawat berhasil kembali ke Bumi, ia mendarat di Pegunungan Ural, di mana Leonov dan komandannya dipaksa menunggu pasukan penyelamat di tengah lolongan serigala lapar. 

3. Toilet mengerikan 

Pada 5 Mei 1961, Alan Shepard memakai popok dewasa saat mengangkasa menggunakan Freedom 7. Namun, fasilitas kamar mandi di pesawat Apollo jauh lebih buruk, sebelum perbaikan signifikan dilakukan. 

Dalam misi Mercury, Gemini, dan Apolo, para kru secara faktual mengenakan kapsul. Mereka hidup di tempat duduk mereka, melakukan segala sesuatu yang personal di sana, seperti makan, tidur, buang air kecil, apapun.

Urin dikumpulkan dalam wadah yang menempel pada tubuh, kantong mirip kondom yang punya tiga pilihan: kecil, sedang atau besar. 

Untuk buang air besar, para astronot pertama menempelkan tas plastik pada bagian pantat. Saat selesai membuang hajat, ia akan menutup tas tersebut, meremas-remasnya, mencampur cairan pembunuh bakteri dengan kotoran di dalamnya. Meski dalam kacamata para insinyur ini cara efektif, untuk para astronot, sangat mengerikan. 

4. Dekompresi

Ini adalah salah satu fakta mengerikan dalam perjalanan luar angkasa. Dekompresi. 

Semua kru Soyuz 11 yang berjumlah tiga orang, Vladislav Volkov, Georgi Dobrovolski dan Viktor Patsayev, tewas akibat penurunan tekanan ketika mempersiapkan diri untuk kembali ke bumi. Ini adalah kematian pertama manusia yang terjadi di luar angkasa. 

Sebelumnya, seorang teknisi Johnson Space Center, Houston menceritakan pengalamannya mengalami dekompresi ketika berada di ruangan hampa udara. Ingatan terakhirnya sebelum kesadaran adalah sensasi kelembaban dalam lidahnya mulai mendidih.

Hingga saat ini belum ada kesepakatan di kalangan ilmuwan tentang gejala dekompresi mendadak, namun ada di antara kemungkinan itu adalah daging yang membengkak, darah yang menguap, bola mata pecah, dan paru-paru meledak. 

5. Seks di luar angkasa

Topik ini dianggap tabu, atau sebaliknya menarik bagi sejumlah orang. Namun seks dalam ruangan nyaris tanpa bobot menjadi masalah yang harus dipecahkan dalam misi penjelajahan luar angkasa jangka panjang. Termasuk bagi masa depan umat manusia yang di masa depan mungkin tinggal di luar bumi.

Baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet mengeksplorasi topik ini dari sudut pandang kedokteran. Termasuk menciptakan baju yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan biologis itu. 

Mungkin berhubungan seksual di luar angkasa tak semenarik dalam benak penggemar sains fiksi, justru mungkin tampak aneh dan menyeramkan. (umi)


»»  READMORE...