Ilmuwan mengungkapkan, mata spesies ini memang terlalu lemah untuk membedakan rasi bintang. Namun, mata kumbang kotoran yang sederhana masih mampu membedakan gelap dan terang akibat Bimasakti. Fauna ini memastikan agar dirinya tetap bergerak ke depan, tidak membalik.
"Kumbang kotoran ini tak peduli ke arah mana mereka pergi, mereka hanya perlu pergi dari kerumunan kompetitor di kotoran sumber makanan," kata Profesor Marcus Byrne dari Wits University yang melakukan penelitian.
Byrne mengetahui kehebatan kumbang tinja ini setelah melakukan eksperimen dengan kumbang tinja di Planetarium Wits, menggunakan simulasi langit malam dengan benda langitnya.
"Kami duduk di Vryburg dan menyadari bahwa Bimasakti adalah sumber cahaya yang sangat bagus. Kami berpikir, kumbang itu pasti bisa menggunakannya sebagai pembimbing arah," ungkap Byrne seperti dikutip Science Daily, Kamis (24/1/2013).
Byrne mengungkapkan, tak semua sumber cahaya bisa dimanfaatkan kumbang tinja. Benda langit dimanfaatkan karena posisinya yang relatif tak berubah dari sudut pandang kumbang, membantunya bergerak lurus.
Menurut Byrne, kumbang tinja memiliki prioritas dalam menggunakan sumber cahaya sebagai kompas. Jika Bulan dan Bimasakti tampak, maka kumbang akan memilih salah satu yang terbaik.
Byrne dan timnya sebelumnya telah membuktikan bahwa kumbang tinja bisa memanfaatkan Matahari, Bulan, dan cahaya yang terpolarisasi untuk pembimbing arah. Sebelum bergerak, kumbang melihat ke langit dan sedikit berputar sebelum bergerak untuk menentukan arah. Kumbang tinja adalah spesies pertama yang mampu memanfaatkan galaksi sebagai kompas.
Sumber :