CAMBRIDGE, KOMPAS.com -
Bagaimana dan di mana kecerdasan manusia lahir? Ilmuwan menemukan bahwa
"big bang" kecerdasan bermula dari cacing laut yang berukuran mungil.
Dua studi yang diterbitkan di jurnal Nature Goescience mengungkapnya.
Ilmuwan berpandangan, kecerdasan bermula dari duplikasi gen yang sangat menentukan kesintasan suatu spesies. Jika gen terduplikasi, mutasi yang lebih cepat, baik yang ujungnya menguntungkan, netral atau merugikan, bisa berlangsung.
Hewan bertulang belakang memiliki banyak duplikasi gen yang memproses glutamat, senyawa yang berperan penting dalam proses belajar dan mengingat. Gen itu berperan dalam pengkodean reseptor yang mengikat glutamat dan komponen sel lain di sel.
Dalam salah satu studi yang dipublikasikan, ilmuwan menemukan bahwa duplikasi gen tersebut bermula dari cacing laut berukuran 5 cm disebut pikaia pada 550 juta tahun lalu. Dari sanalah, kecerdasan dimulai.
"Gen ini menghasilkan big bang kognitif, menghasilkan beberapa perilaku menarik. Ini menghasilkan toolbox molekuler, begitu banyak protein yang ada di sinapsis, batas antar sel saraf," kata Seth Grant, pakar neurosains dari University of Cambridge yang terlibat riset.
Peneliti berupaya melihat apakah duplikasi gen berperan dalam kecerdasan hewan bertulang belakang. Tim Grant menguji tikus putih dengan beragam mutasi untuk mengetahuinya. Tikus dihadapkan pada serangkaian tes visual yang menguji kemampuan belajar dan respon pada lingkungan.
Grant dan rekannya menemukan, mutasi pada gen yang mengendalikan glutamat menentukan respon adaptif tikus pada lingkungan. Kemampuannya menurun. Pada manusia, mutasi pada gen ini dapat menyebabkan skizofrenia.
Bukti ini menunjukkan bahwa duplikasi gen juga berperan dalam evolusi yang lebih cepat pada protein di sistem saraf yang berinteraksi dengan glutamat, memungkinkan vertebrata memiliki respon yang lebih baik pada lingkungan.
"Bukti kami menunjukkan secara pasti bahwa duplikasi gen-gen itu dan ekspansi pada gen di keluarga tersebut menghasilkan serangkaian perilaku yang lebih kompleks pada vertebrata," tegas Grant seperti dikutip Livescience, Selasa (4/12/2012).
Ilmuwan berpandangan, kecerdasan bermula dari duplikasi gen yang sangat menentukan kesintasan suatu spesies. Jika gen terduplikasi, mutasi yang lebih cepat, baik yang ujungnya menguntungkan, netral atau merugikan, bisa berlangsung.
Hewan bertulang belakang memiliki banyak duplikasi gen yang memproses glutamat, senyawa yang berperan penting dalam proses belajar dan mengingat. Gen itu berperan dalam pengkodean reseptor yang mengikat glutamat dan komponen sel lain di sel.
Dalam salah satu studi yang dipublikasikan, ilmuwan menemukan bahwa duplikasi gen tersebut bermula dari cacing laut berukuran 5 cm disebut pikaia pada 550 juta tahun lalu. Dari sanalah, kecerdasan dimulai.
"Gen ini menghasilkan big bang kognitif, menghasilkan beberapa perilaku menarik. Ini menghasilkan toolbox molekuler, begitu banyak protein yang ada di sinapsis, batas antar sel saraf," kata Seth Grant, pakar neurosains dari University of Cambridge yang terlibat riset.
Peneliti berupaya melihat apakah duplikasi gen berperan dalam kecerdasan hewan bertulang belakang. Tim Grant menguji tikus putih dengan beragam mutasi untuk mengetahuinya. Tikus dihadapkan pada serangkaian tes visual yang menguji kemampuan belajar dan respon pada lingkungan.
Grant dan rekannya menemukan, mutasi pada gen yang mengendalikan glutamat menentukan respon adaptif tikus pada lingkungan. Kemampuannya menurun. Pada manusia, mutasi pada gen ini dapat menyebabkan skizofrenia.
Bukti ini menunjukkan bahwa duplikasi gen juga berperan dalam evolusi yang lebih cepat pada protein di sistem saraf yang berinteraksi dengan glutamat, memungkinkan vertebrata memiliki respon yang lebih baik pada lingkungan.
"Bukti kami menunjukkan secara pasti bahwa duplikasi gen-gen itu dan ekspansi pada gen di keluarga tersebut menghasilkan serangkaian perilaku yang lebih kompleks pada vertebrata," tegas Grant seperti dikutip Livescience, Selasa (4/12/2012).
Sumber :
LiveScience
Tidak ada komentar:
Posting Komentar