Marapu Ingin Ubah Image Reggae Identik dengan Ganja
Rastafarianisme adalah sebuah `agama' dan gerakan sosial politik kaum Afrika yang menginginkan kembalinya kaum kulit hitam ke Ethiopia sebagai tanah perjanjian mereka.
Hal itu diamini, D'iyan sang gitaris Marapu, dasar reggae dan rastafarianisme adalah membawa `perdamaian'. Banyak kultur Sumba yang sejalan dengan ideologi Rastafarianisme. Kedekatan dengan alam dan nenek moyang merupakan contoh yang bisa diadopsi dari kultur tersebut.
"Yang nggak kita adopsi adalah media ibadahnya, kalau kaum rasta kan ibadahnya pakai ganja, nah kalau kita di Marapu kan punya agama masing-masing, yang Kristen ya ibadah ke Gereja, dan yang Muslim dengan ibadahnya sendiri," ujar pria berdarah Sumba-Aceh ini.
Sebagai band reggae yang kuat dengan pesan-pesan sosial dan spiritualnya, mereka mengaku ingin mengubah image penggemar reggae yang identik dengan ganja.
"Kalau kami di panggung biasa minum air kelapa, ini kan lebih sehat dan menyegarkan, toh sama-sama berasal dari tumbuh-tumbuhan," ujar gitaris lulusan Akademi Perikanan ini kemudian tersenyum.
Begitu juga dengan konteks rambut gimbal. Bagi kaum rasta, dalam kitab mereka, berambut gimbal panjang, dan berketul-ketul adalah diibaratkan seperti "Lion Of Judah" satu simbol kepala singa yang melambangkan Haile Sellasie I. Namun menurut D'iyan, unsur spiritual dari berambut gimbal adalah melatih kesabaran dari segala hal.
"Punya rambut gimbal, semakin membuat kita peduli dengan diri kita, saya dua hari sekali pasti keramas, merawat kesehatan rambut, dan jadi sering mandi," aku gitaris yang memangkas rambut gimbalnya setahun yang lalu ini.
Kini di umurnya yang ke-11, dan dirilisnya album terbaru bertitel `Terang Dunia' ini, Marapu semakin siap meramaikan industri musik Indonesia. Marapu tetap memilih reggae sebagai pilihan bermusiknya, karena menurut mereka musik ini unik, apa adanya, merakyat, dan universal.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar