Ilustrasi pembuluh darah |
Pembuluh darah tepi memiliki bentuk yang kecil, tetapi jika terkena gangguan akibatnya bisa separah pembuluh darah koroner. Bahkan, gangguan di pembuluh darah tepi bisa menjadi indikator dari gangguan jantung.
Direktur umum sumber daya manusia di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) dr. Iwan Dakota mengatakan, gangguan pada pembuluh darah tepi sering kali disepelekan. Padahal, gangguan tersebut memilik implikasi yang lebih serius lantaran memiliki keterkaitan dengan penyakit jantung koroner.
"Bila seseorang memiliki penyakit pembuluh darah tepi, kemungkinan dia memiliki risiko penyakit jantung juga, begitu pula sebaliknya," paparnya dalam konferensi pers 'Berpenyakit Jantung Koroner Boleh Jadi Berpenyakit Pembuluh Darah Tepi' di Jakarta, Kamis (13/6/2013).
Hal senada juga diungkapkan pakar pembuluh darah dari Universitas Mahidol, Thailand, dr. Thosaphol Limpijankit. Menurutnya, jika pembuluh darah tepi bermasalah maka pembuluh darah di seluruh tubuh juga dapat terganggu.
Thosaphol memaparkan, faktor risiko mengalami penyakit pembuluh darah tepi meningkat apabila mengalami penyakit seperti diabetes, stroke, jantung, dan sebagainya. Selain itu, faktor usia lebih dari 55 tahun juga dapat meningkatkan risikonya.
"Maka bagi mereka yang berisiko tinggi sebaiknya segera melakukan skrining untuk mendeteksi dini adanya penyakit ini," ujarnya.
Sayangnya, lanjut Thosaphol, umumnya pasien sudah terlambat mengetahui adanya penyakit pembuluh darah tepi. Mereka baru memeriksakan diri ketika keadaan mereka sudah parah seperti adanya luka di kaki yang tidak dapat sembuh. Jika terjadi luka, artinya pembuluh darah tepi sudah mengalami kerusakan.
Gangguan pembuluh tepi merupakan gangguan atau kerusakan di bagian pembuluh darah yang berada jauh dari jantung, seperti di kaki. Jika dibiarkan gangguan ini dapat mengakibatkan chronic limb ischemia yaitu kondisi luka terbuka yang tidak kunjung sembuh, stroke, dan serangan jantung yang mampu berujuang pada kematian ketika darah tidak lagi dapat diedarkan ke seluruh tubuh.
Kepala Divisi Pelatihan dan Pendidikan RSJPDHK dr. Ismoyo Sunu mengatakan, selain bagi yang sudah memiliki faktor risiko, skrining juga perlu dilakukan bagi mereka yang kerap merasakan sakit dan pegal atau kram berlebihan di daerah kaki sehabis berjalan jauh. Skrining tersebut dinamakan dengan ankle brachial index.
"Skrining bertujuan untuk membuktikan apakah itu hanya pegal biasa atau memang ada penyakit pembuluh darah tepi atau katup vena bermasalah," paparnya.
Selain faktor risiko penyakit jantung lainnya seperti merokok, obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga, dan kadar kolesterol tinggi juga meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah tepi.