Social Icons

Minggu, 07 April 2013

Pola Migrasi Hiu Putih Terkait Siklus Kembang Biaknya


Terry Goss / Wikipedia.org Hiu putih (Carcharodon carcharias)
CALIFORNIA, Untuk pertama kalinya peneliti berhasil mendokumentasikan migrasi hiu putih besar dan pergerakan mereka di lautan, selama bertahun-tahun. Pola yang muncul ternyata berbeda dengan pola yang terungkap berdasarkan hasil pengamatan selama beberapa bulan yang dilalukan sebelumnya.
Pengamatan selama 3 tahun yang dilakukan Michael Domeier, peneliti sekaligus presiden dari Marine Conservation Science Institute (MCSI), menunjukkan siklus berkembang biak hiu putih betina dewasa ternyata berlangsung selama dua tahun.
Tim peneliti melakukan pengamatan dengan menelusuri jejak penanda yang dipasang di sirip dorsal, pada 4 ekor hiu putih betina dewasa. Penelusuran dilakukan sejak hiu meninggalkan Pulau Guadalupe, Meksiko, yang menjadi tempat perkawinan mereka hingga mereka kembali ke tempat itu, 24 bulan kemudian.
Domeier mengatakan, selama 18 bulan pertama, hiu putih betina berenang sesukanya di lautan, hingga akhirnya mereka sampai di lepas pantai Baja, California untuk melahirkan keturunan mereka. "Selama masa melahirkan di Peninsula Baja, para betina tersebut dengan mudah diketahui oleh para penangkap ikan komersial, membuat mereka berada dalam resiko ditangkap," ujar Domeier kepada OurAmazingPlanet melalui surat elektronik.
"Resiko yang dihadapi bayi hiu putih yang baru lahir lebih besar, karena mereka akan menghabiskan tahun pertama mereka di perairan pesisir. Ukuran mereka yang kecil, membuat mereka jadi lebih mudah ditangkap," katanya Kamis (4/4/2013) lalu.
Pascamelahirkan, hiu putih betina dewasa kembali ke Pulau Guadalupe untuk kembali melakukan perkawinan. Hiu-hiu betina kembali ke pulau tersebut setiap dua tahun, sedangkan hiu jantan datang setiap tahun. Hasil pengamatan Domeier dan timnya telah dipublikasikan dalam jurnal Animal Biotelemetry.
Ikan hiu menjadi perhatian dunia karena populasinya yang terus menurun dan masih tingginya ancaman terhadap mereka akibat kegiatan perburuan. Berbagai penelitian tentang hiu dilakukan guna mengetahui karakteristik biologis, ekologis dan perilaku mereka.
»»  READMORE...

Cukup Kalsium Justru Mencegah Batu Ginjal




Para ahli mengatakan, jumlah kalsium yang kita terima baik dari produk susu maupun non-susu berpengaruh besar pada terjadinya batu ginjal. Orang yang cukup mendapat kalsium ternyata risikonya terkena batu ginjal lebih rendah.

Batu ginjal terjadi karena penumpukan zat-zat sisa di urin yang lama-kelamaan akan terbentuk menjadi kristal sehingga sulit dikeluarkan lewat sistem pembuangan. Gejala batu ginjal antara lain rasa nyeri pada punggung bawah, ada bercak darah di urin, pusing, demam, hingga muntah.

Para ahli percaya batu ginjal bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain obesitas, terlalu banyak mengasup makanan mengandung gula dan garam, faktor usia, sampai kurang minum air.

Dalam studi yang dimuat dalam Journal of Urology, tim peneliti mengukur kadar kalsium dalam makanan baik produk susu maupun non-susu serta kaitannya dalam menurunkan risiko batu ginjal.

Dr Eric Taylor dari Maine Medical Center di Portland mengepalai penelitian tersebut untuk menganalisis tiga studi berbeda, yakni Health Professionals Follow-up Study, Nurses Health Study I, dan Nurses Health Study II.

Penelitian tersebut mengikutkan lebih dari satu juta pria dan wanita sehat berusia di bawah 60 tahun selama 20 tahun. Setiap empat tahun para partisipan diminta mengisi survei mengenai frekuensi mengasup suatu jenis makanan untuk mengetahui asupan kalsiumnya.

Para partisipan studi dibagi dalam 5 kelompok tergantung pada berapa banyak kalsium yang diasup. Kelompok dengan jumlah asupan kalsium terbanyak menunjukkan 77 persen penurunan risiko batu ginjal dibanding dengan kelompok yang asupan kalsiumnya rendah.

Pria dan wanita yang tiap hari mengasup 450 miligram kalsium dari produk non-susu menunjukkan risiko lebih baik untuk terhindar dari batu ginjal. Mereka yang mengasup 800 miligram kalsium setiap hari dari produk susu hanya menurunkan risikonya sampai 30 persen, dibanding dengan mereka yang mendapat 150 miligram kalsium.

"Ada beberapa data lain yang menyebutkan tidak perlu ada pembatasan kalsium untuk mencegah batu ginjal. Meski kebanyakan batu yang terbentuk di ginjal dibuat dari oksalat kalsium, kita tak perlu takut mengasup kalsium," kata Taylor.

Sumber :
»»  READMORE...

Sabtu, 06 April 2013

Cukup Kalsium Justru Mencegah Batu Ginjal


Para ahli mengatakan, jumlah kalsium yang kita terima baik dari produk susu maupun non-susu berpengaruh besar pada terjadinya batu ginjal. Orang yang cukup mendapat kalsium ternyata risikonya terkena batu ginjal lebih rendah.

Batu ginjal terjadi karena penumpukan zat-zat sisa di urin yang lama-kelamaan akan terbentuk menjadi kristal sehingga sulit dikeluarkan lewat sistem pembuangan. Gejala batu ginjal antara lain rasa nyeri pada punggung bawah, ada bercak darah di urin, pusing, demam, hingga muntah.

Para ahli percaya batu ginjal bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain obesitas, terlalu banyak mengasup makanan mengandung gula dan garam, faktor usia, sampai kurang minum air.

Dalam studi yang dimuat dalam Journal of Urology, tim peneliti mengukur kadar kalsium dalam makanan baik produk susu maupun non-susu serta kaitannya dalam menurunkan risiko batu ginjal.

Dr Eric Taylor dari Maine Medical Center di Portland mengepalai penelitian tersebut untuk menganalisis tiga studi berbeda, yakni Health Professionals Follow-up Study, Nurses Health Study I, dan Nurses Health Study II.

Penelitian tersebut mengikutkan lebih dari satu juta pria dan wanita sehat berusia di bawah 60 tahun selama 20 tahun. Setiap empat tahun para partisipan diminta mengisi survei mengenai frekuensi mengasup suatu jenis makanan untuk mengetahui asupan kalsiumnya.

Para partisipan studi dibagi dalam 5 kelompok tergantung pada berapa banyak kalsium yang diasup. Kelompok dengan jumlah asupan kalsium terbanyak menunjukkan 77 persen penurunan risiko batu ginjal dibanding dengan kelompok yang asupan kalsiumnya rendah.

Pria dan wanita yang tiap hari mengasup 450 miligram kalsium dari produk non-susu menunjukkan risiko lebih baik untuk terhindar dari batu ginjal. Mereka yang mengasup 800 miligram kalsium setiap hari dari produk susu hanya menurunkan risikonya sampai 30 persen, dibanding dengan mereka yang mendapat 150 miligram kalsium.

"Ada beberapa data lain yang menyebutkan tidak perlu ada pembatasan kalsium untuk mencegah batu ginjal. Meski kebanyakan batu yang terbentuk di ginjal dibuat dari oksalat kalsium, kita tak perlu takut mengasup kalsium," kata Taylor.


Sumber :
»»  READMORE...

Alasan Baru Menyukai Tahu





Bertambah lagi alasan untuk tetap menjadikan tahu sebagai makanan yang wajib ada dalam menu harian. Menurut studi terbaru, kandungan peptida kedelai dalam tahu berpotensi melambatkan pertumbuhan sel kanker.

Selain rasanya enak, tahu selama ini lebih populer sebagai salah satu sumber protein nabati. Namun penelitian mengenai makanan ini mengungkap manfaat lebih besar dari tahu.

Peneliti dari University of Arkansas di Fayetteville mengisolasi peptida kedelai (asam amino rantai pendek yang terkait dengan jenis ikatan yang spesifik). Isolasi dilakukan dengan menghilangkan minyak, serat, dan karbohidrat dari kedelai.

Kemudian ditambahkan peptida yang mampu menumbuhkan kanker. Hasilnya, peptida kedelai mampu memperlambat pertumbuhan sel kanker kolon sampai 73 persen, sel kanker hati sampai 70 persen, dan kanker paru sampai 68 persen.

Para peneliti menduga, peptisa kedelai menghambat satu atau lebih jalur penanda di sel kanker yang diperlukan untuk pertukaran gas dan nutrisi yang dibutuhkan demi pertumbuhan kanker. Karena jalur tersebut dihambat akibatnya pertumbuhan sel kanker menjadi pelan.

Sumber :
Womens Health
»»  READMORE...

Teh Hitam Bantu Turunkan Tensi Darah




Banyak cara untuk mengelola tensi darah agar tetap normal, baik melalui obat-obatan atau perubahan pola makan dan gaya hidup. Salah satu cara alami yang bisa dilakukan antara lain dengan rutin mengonsumsi teh hitam.

Variasi tekanan darah bisa menjadi indikasi serius adalah kesalahan dalam sistem kardiovaskular. Misalnya saja peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menjadi gejala awal stroke atau tekanan darah.

Sebuah artikel yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition mengklaim bahwa minum teh hitam cukup efektif untuk menurunkan variasi tekanan darah. Para ilmuwan yakin kandungan dalam teh hitam, bukan kafein, berdampak positif pada penurunan tensi.

Perbedaan antara teh hitam dan teh jenis lainnya adalah teh hitam lebih teroksidasi karena fermentasi daunnya lebih lama. Sebelumnya teh hitam juga diketahui mampu meningkatkan kewaspadaan, mencegah penyakit Parkinson, dan mengatasi pengerasan arteri.

Untuk mengetahui efek teh hitam terhadap tekanan darah, tim peneliti dari Australia melakukan eksperimen yang melibatkan 111 pria dan wanita yang menunjukan gejala pra-hipertensi. Para partisipan ditanyai kebiasaan minum teh perhari dan sudahkah memonitor tensi darah sampai 3 kali dalam kurun waktu 6 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan, minum tiga cangkir teh hitam setiap hari mampu menurunkan variasi tekanan darah sampai 10 persen. Efek minum teh hitam terlihat setelah satu hari dan terus berlanjut dalam enam bulan kebiasaan itu dilakukan.

Selain rajin minum teh hitam, para ahli menyarankan agar orang yang tensi darahnya mulai tinggi untuk rutin memeriksakan dirinya ke dokter. Menjaga pola makan dengan lebih banyak mengasup buah dan sayur, mengurangi stres, serta membatasi konsumsi alkohol dan garam, juga membantu menurunkan tekanan darah.

Sumber :
»»  READMORE...

Jumat, 05 April 2013

Dikembangkan Cara Cegah Penyakit pada Obesitas





Berat badan sangat berlebih alias obesitas memang identik dengan penyakit. Namun menurut studi terbaru yang dimuat dalam jurnal Cell Press orang obesitas punya peluang untuk tetap sehat dan terbebas dari risiko penyakit kronis.
Para peneliti dari University of Tokyo menemukan bahwa, pada tikus, penghambatan suatu protein tertentu yang terkait dengan kondisi obesitas dan inflamasi dapat mencegah terjadinya diabetes. Mereka percaya hasil penemuan ini dapat berkembang menjadi sebuah perlakuan nyata untuk mencegah penyakit pada orang obesitas.

Protein ini, yang dikenal dengan nama apoptosis inhibitor of macrophage (AIM) ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam orang obesitas. AIM bekerja untuk mereduksi jumlah lemak yang disimpan saat seseorang mulai mengalami obesitas. Semakin bertambah berat badan, semakin banyak AIM yang diproduksi tubuh.

Padahal kadar AIM yang berlebihan di darah akan berbahaya. Hal ini dikarenakan AIM memicu antibodi yang menyerang tubuh, sehingga menyebabkan inflamasi. Inflamasi akan memicu banyak masalah kesehatan yang terjadi saat mengalami obesitas.

"Obesitas dapat mengembangkan penyakit metabolik dan kardiovaskular yang awalnya  dipicu oleh resistensi insulin dan disebabkan oleh inflamasi kronis," ujar para peneliti yang diketuai oleh Toru Mizayaki.

"Penghambatan AIM berpotensi menjadi terapi untuk mencegah bukan hanya resistensi insulin dan gangguan metabolisme, tetapi juga autoimunitas dalam kondisi obesitas."

Para peneliti juga menemukan bahwa kadar antibodi imunoglobulin M (IgM) mengalami peningkatan pada tikus yang diberi diet tinggi lemak. IgM juga dapat berikatan dengan AIM, yang dapat menyebabkan produksi antibodi lebih meningkat.

"Ikatan AIM-IgM berperan penting dalam proses autoimun yang terkait obesitas," tulis para peneliti dalam studi tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa kadar AIM yang tinggi dalam darah  berkorelasi dengan indeks massa tubuh yang tinggi, terutama pada pasien dengan penyakit autoimun. Mereka berpendapat, dengan menghambat AIM maka dapat membantu mencegah penyakit terkait obesitas pada manusia.

"Namun, tingkat AIM lebih bervariasi pada  manusia dibandingkan pada tikus," tulis para peneliti. Sehingga untuk mengaplikasikan hasil temuan ini pada manusia mungkin masih memerlukan waktu yang lama, selain membutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap manusia.

Sumber :
Everyday Health
»»  READMORE...

Rajin Makan Pisang Cegah Stroke



Pola makan yang sehat wajib kita jalani jika ingin terhindar dari berbagai penyakit. Berkaitan dengan hal tersebut, para ahli merekomendasikan kita untuk rutin makan pisang dan mengurangi keripik untuk mencegah stroke.

Pisang merupakan buah yang kaya kandungan potasium. Satu buah pisang rata-rata mengandung 420 mg. Potasium berperan dalam menurunkan tekanan darah. Sedangkan keripik mengandung banyak garam yang dapat menaikan tekanan darah. Itu sebabnya kombinasi kedua hal tersebut sangat disarankan jika tak ingin terkena stroke.

Sebuah studi menemukan orang yang cukup asupan potasium memiliki risiko stroke 24 persen lebih kecil. Meski begitu sebelumnya para peneliti menemukan bahwa konsumsi potasium pada orang tua dapat berbahaya karena menyebabkan  penurunan fungsi ginjal sehingga tidak dapat menghilangkan sisa-sisa potasium dari darah.

Namun hal tersebut dibantah lewat penelitian terbaru yang menunjukkan potasium tidak berpengaruh negatif terhadap fungsi ginjal. Para peneliti menyebutkan ada bukti sangat kuat bahwa rutin mengonsumsi makanan sumber potasium berdampak sangat positif bagi mereka yang menderita hipertensi.

Para peneliti menganalisa 128.000 orang hingga lebih dari 33 kali percobaan. Mereka menemukan bahwa orang yang mengonsumsi lebih banyak mineral, misalnya rajin makan pisang, aman untuk setiap orang. Asupan potasium yang disarankan perhari adalah tidak lebih dari 3.500 mg.

Studi lain menemukan bahwa mengurangi asupan garam dalam empat minggu atau lebih secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah. Pada akhirnya hal itu dapat menurunkan risiko stroke dan serangan jantung.

Dr. Clare Walton dari Stroke Association mengatakan diet yang sehat merupakan kunci dari mengatur risiko stroke. "Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko terbesar untuk stroke. Mengubah pola makan menjadi lebih sehat dapat menjaga tekanan darah tetap terkontrol," katanya.


Sumber :
»»  READMORE...