Social Icons

Selasa, 12 Februari 2013

Suplemen Protein, Bolehkah Jadi Sumber Protein?

Suplemen protein tinggi cukup populer saat ini. Bentuknya pun beragam, dari mulai susu dengan tambahan protein, snack, hingga minuman kocok (shake). Namun menurut para ahli, itu bukan cara terbaik untuk mencukupi kebutuhan protein Anda.

Menurut  Mintel, perusahaan penelitian pasar, pada tahun 2012, hampir 19 persen produk baru baik makanan dan minuman yang diluncurkan di Amerika Serikat dilabeli sebagai produk berprotein tinggi. Angka ini lebih tinggi dari pada yang terjadi di negara-negara lain, termasuk India (9 persen) dan Inggris (7 persen).

Protein merupakan nutrien yang esensial, ditemukan di setiap sel di tubuh. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perawatan sel-sel tubuh, bahkan juga berperan sebagai sumber energi. Secara umum, sekitar 10 hingga 35 persen dari kalori harian Anda harusnya berasal dari protein.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), wanita dewasa perlu makan sekitar 46 gram protein setiap hari, dan pria dewasa adalah sekitar 56 gram. Dengan pola makan modern seperti sekarang sebenarnya banyak orang sudah kelebihan protein. Dalam kurun waktu 2009 hingga 2010, sebuah survei makanan di AS menemukan bahwa rata-rata wanita mengonsumsi sekitar 70 gram protein perhari, dan laki-laki sekitar 100 gram.

Snack atau shake mungkin adalah cara yang mudah mendapatkan sejumlah protein, namun para ahli lebih menyarankan untuk mendapatkan protein dari makanan. "Saya tidak pernah merekomendasikan suplemen protein," kata Katherime Tallmadge, penulis "Diet Simple". "Orang membutuhkannya dari makanan."

Snack protein tinggi ataupun shake seringkali mengandung kalori dan gula yang tinggi pula. Selain itu, mereka juga tidak meninggalkan rasa kenyang, tidak seperti ketika memakan makanan.

Sumber protein alami yang baik antara lain daging merah, ikan, kacang-kacangan, telur, susu dan tofu, demikian menurut CDC.

Untuk menjadi bahan bakar saat berolahraga dan untuk membentuk otot, Tallmadge merekomendasikan yogurt yang dimakan sebelum dan sesudah berolahraga. "Yogurt adalah sumber protein utama," katanya.

Sedangkan bagi Anda yang menginginkan sumber protein yang tidak mudah basi saat dipakai untuk mendaki atau berwisata, Anda dapat memilih kacang atau buah-buahan kering.


Sumber :
»»  READMORE...

Tapak Dara Obati Leukemia

 
Bunga Tapak Dara
JAKARTA, Daun dan bunga tapak dara (Catharanthus roseus) bisa menjadi obat leukemia. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Arif Yoga Pratama, Ari Purnomo, dan Amallia Nugrahaeni, meneliti teh dari daun dan bunga tapak dara yang mengandung alkaloid vinblastine, vincristine, leurosine, catharanthine, dan lochnerine yang berkhasiat antikanker.

”Tanaman ini murah dan mudah diperoleh. Kandungan kimia utama yang berkhasiat antikanker adalah senyawa alkaloid vincristine dan vinblastine,” kata Arif sebagaimana dikutip situs UNY, Jumat (11/1).

Vincristine digunakan sebagai bahan obat kanker bronkial, tumor ganas pada ginjal, kanker payudara, leukemia, dan berbagai jenis tumor ganas yang awalnya menyerang saraf dan otot. Tanaman ini juga mengandung alkaloid catharanthine yang diduga melarutkan inti sel kanker. (UNY.ac.id/ELN)


Sumber :
Kompas Cetak
»»  READMORE...

Senin, 11 Februari 2013

Hiu Inspirasi Obat Antikanker

ABERDEEN, Para peneliti di Universitas Aberdeen, Skotlandia, selangkah lagi menghasilkan obat antikanker dan antiradang.


Obat itu adalah pengembangan dari struktur protein buatan manusia. Struktur itu, reseptor antigen variabel baru (VNARs), sangat mirip dengan struktur pada sistem kekebalan tubuh hiu.

Seperti dilaporkan BBC, lembaga penelitian Skotlandia Enterprise dan Bioteknologi serta Dewan Riset Sains Biologi memberikan suntikan dana penelitian 1,5 juta euro (sekitar Rp 18 miliar) untuk menuntaskan riset.

Saat ini, tim peneliti menghasilkan lebih dari 10 miliar molekul dan menegaskan perpustakaan obat mereka setara dengan 10.000 hiu tanpa perlu memelihara seekor hiu pun di akuarium.

”Ini riset ambisius dan menggembirakan yang akan membangun reputasi Aberdeen sebagai ibu kota komersial Skotlandia bagi penemuan obat,” kata Senior Vice-Principal Universitas Aberdeen Stephen Logan, Rabu (6/2/2013). (BBC/GSA)

Sumber :

Kompas Cetak

»»  READMORE...

Inilah Bagian Otak yang Membuat Manusia Jahat

Gerhard Roth Massa hitam di bagian depan otak yang memicu kejahatan pada manusia.


BERLIN, Neurolog asal Jerman, Dr Gerhard Roth, menemukan bagian otak yang membuat manusia menjadi jahat. Bagian itu tampak sebagai massa hitam dalam citra sinar X, terletak di bagian depan bawah otak. Massa hitam didapatkan pada hampir setiap pelaku kriminal.

Roth menemukannya ketika mempelajari para pelaku kejahatan di Jerman yang dihukum bertahun-tahun. Studi ini bagian dari upaya Pemerintah Jerman memahami kejahatan. Dalam studi, Roth meminta para pelaku kejahatan itu melihat film pendek sebelum gelombang di bagian otaknya diukur.

Menguraikan hasil studinya, Roth mengungkapkan, "Kapan pun ada adegan brutal kotor muncul, mereka tak menunjukkan emosi apa pun. Pada bagian otak yang berkaitan dengan belas kasih dan dukacita, tak terjadi apa pun."

Secara neurologis, Roth mengungkapkan bahwa perilaku jahat bisa muncul akibat beberapa sebab. Salah satu sebabnya adalah tumor. Setelah tumor diangkat, orang itu akan normal kembali seperti potensi jahatnya dicabut.

"Atau orang yang defisit secara fisiologis karena senyawa tertentu seperti serotonin di otak bagian depan tidak bekerja secara efektif," kata Roth seperti dikutip Daily Mail, Selasa (5/2/2013) lalu.

Dengan temuan ini, Roth mengungkapkan, tindakan kriminal seperti "genetik". Jika ada anak muda yang punya penyakit tertentu di bagian depan otaknya, maka ada peluang sebesar 66 persen anak itu akan melakukan tindakan kriminal. Tetapi, tentu tak otomatis demikian.

Roth mengatakan, tidak semua kriminal identik. Ia membagi pelaku kriminalitas menjadi tiga. Pertama, mereka yang tumbuh di lingkungan di mana pencurian dan pembunuhan dimaklumi. Dengan demikian, ia pun dapat membunuh dan mencuri tanpa rasa bersalah.

Golongan kedua adalah orang yang secara mental terganggu. Mereka melihat dunia atau orang lain sebagai ancaman. Ketiga adalah psikopat murni, orang yang seperti "terlahir" jahat. Adolf Hitler dan Stalin masuk dalam kategori ini.

Sumber :

»»  READMORE...

Pengaruh Masturbasi pada Hormon Testosteron

Tak sedikit pria yang melakukan masturbasi secara rutin, terutama jika mereka tak bisa mendapat kepuasan dari sesi bercinta. Meski tidak memberikan pengaruh secara langsung, namun masturbasi tetap berdampak pada kadar hormon testosteron.

Rendahnya kadar testosteron pada pria bisa menyebabkan berbagai gangguan, baik fisik maupun psikis. Termasuk diantaranya adalah berkurangnya rambut di tubuh, gangguan ereksi, berkurangnya massa otot, hingga gangguan kesuburan.

Ada banyak faktor yang menyebabkan penurunan level testosteron. Ketahui pengaruh dari masturbasi terhadap level si hormon pria ini.

Siklus hormonal
Menurut studi yang dipublikasikan dalam Journal of Zhejiang University, ejakulasi yang dihasilkan dari masturbasi akan mengganggu siklus hormonal. Ejakulasi yang diikuti dengan absen selama 6 hari akan menyebabkan kadar hormon testosteron pada hari ke-7 meningkat pesat, sampai 146 persen.

Level naik
Sebuah studi tahun 2010 menyebutkan, kadar testosteron akan meningkat selama hubungan seks atau masturbasi. Namun penelitian lain menunjukkan kalau kadar testosteron sedikit lebih tinggi setelah masturbasi, terutama pada pria berusia muda.

Menurunkan level testosteron
Menurut artikel yang ditulis dalam situs Ask Men, pria yang setiap hari melakukan masturbasi memiliki level testosteron lebih sedikit sehingga hasrat mereka untuk bercinta ikut redup.


Sumber :
LiveStrong
»»  READMORE...

Gangguan Bakteri Usus Memicu Kolik

Dunia kedokteran belum mengetahui dengan pasti mengapa bayi mengalami kolik, yaitu kondisi jika bayi menangis terus tanpa sebab yang jelas. Dugaan sementara kondisi itu dipicu oleh ketidaknormalan bakteri usus.

Penelitian berhasil mengidentifikasi bakteri khas di usus pada bayi-bayi yang kolik. Pada minggu pertama kehidupan bayi, para peneliti menemukan bayi yang kolik memiliki jumlah bakteri yang disebut Proteobacteria. Sementara pada bayi yang tidak kolik tak ditemukan bakteri itu.

Proteobacteria antara lain adalah bakteri penghasil gas sehingga akan menyebabkan bayi menderita sakit perut dan menangis terus.

Menurut Carolina de Weerth, peneliti dari Belanda yang melakukan riset ini, bayi yang kolik juga hanya memiliki bakteri jenis lain seperti bifidobacteria dan lactobacilli, lebih sedikit. Padahal bakteri-bakteri itu memiliki efek anti-inflamasi sehingga akan mengurangi inflamasi di usus dan rasa sakit.

"Selama ini para profesional percaya bahwa kolik hanyalah siklus menangis yang ekstrem pada bayi. Hasil studi ini menunjukkan, paling tidak pada beberapa kasus, ketidaknormalan koloni bakteri di usus bisa memicu kolik," kata de Weerth.

Bayi terlahir dengan usus yang steril tanpa memiliki bakteri. Bakteri baru akan berkembang dan membentuk koloni beberapa jam setelah proses persalinan.

Ketidaknormalan bakteri usus itu akan menghilang beberapa bulan kemudian. Karena itulah kolik biasanya hanya terjadi pada bayi baru lahir.

Penelitian yang dilakukan de Weerth ini berskala kecil dan periodenya hanya beberapa bulan. Karena itu masih diperlukan studi berskala besar dan lama untuk menguatkan studi ini.

Meski begitu, menurut Dr.William Muinos, wakil direktur departemen gastroenterologi di Miami Childrens Hospital mengatakan studi tersebut cukup masuk akal. Apalagi bakteri di usus memang berpengaruh pada produksi gas dan pergerakan usus.

Beberapa bayi yang kolik juga diketahui mengalami gangguan refluks atau heartburn. Tetapi menurutnya koloni bakteri hanya salah satu faktor pencetus kolik. Emosi dan kegembiraan juga bisa menyebabkan kolik.


Sumber :
»»  READMORE...

Minggu, 10 Februari 2013

Tubuh "Tipe Buah Pir" Juga Rentan Penyakit

Bentuk tubuh "buah pear" dengan pinggul dan bokong yang besar tidak lebih terhindar dari risiko kesehatan.
Mereka yang memiliki bentuk tubuh seperti buah pir ternyata tidak lebih baik daripada yang memiliki bentuk seperti buah apel.  Menurut penelitian terbaru, tubuh tipe buah pir juga termasuk kelompok yang rentan mengalami penyakit degeneratif, paling tidak untuk sebagian orang yang sudah berisiko tinggi.

Selama ini orang percaya bahwa tubuh berbentuk buah apel yaitu dengan penyimpanan lemak terbesar berada di daerah perut, memiliki risiko lebih besar terkena penyakit degeneratif seperti diabetes dan penyakit jantung dibanding mereka yang mempunyai tubuh berbentuk buah pir, yaitu mereka yang cenderung menyimpan lemak di daerah bokong, pinggul, dan paha. Pemikiran ini didasari oleh lemak di perut merupakan penyebab dari diabetes tipe 2, terutama bagi wanita. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian, salah satunya ilmuwan dari Athens University, Yunani.

Namun para peneliti dari University of California Amerika menemukan fakta berbeda. Riset terbaru mereka menyatakan, lemak yang tersimpan pada bokong, yang dikenal juga dengan istilah jaringan adiposa glutea, mensekresi kadar protein yang dapat memicu inflamasi dan resistensi insulin. Hal ini umumnya terjadi pada mereka yang memiliki sindrom metabolik, yaitu merujuk pada kelompok dengan faktor risiko sehingga dapat melipatgandakan risiko penyakit jantung dan peningkatan risiko diabetes.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism ini melibatkan 45 orang pasien dengan sindrom metabolik awal. Mereka merupakan orang yang memiliki paling tidak faktor risiko untuk sindrom metabolik, termasuk obesitas, hipertensi, resistensi insulin, kadar trigliserida tinggi, dan kadar HDL (kolesterol baik) rendah. Sedangkan untuk kelompok kontrolnya, para peneliti melibatkan 30 orang dengan faktor risiko yang lebih sedikit untuk sindrom metabolik. Kedua kelompok meiliki umur dan jenis kelamin yang sama.

Dalam penelitian ini, para peserta diukur tekanan darah, kadar kolesterol, kadar gula darah, dan kadar protein C-reaktif mereka. Kadar protein yang disekresi oleh jaringan lemak (chemerin, resistin, cisfarin dan omentin 1) diukur dalam darah dari sampel lemak subkutan yang diambil dari bokong. Lemak subkutan ditemukan tepat di bawah kulit, berkebalikan dengan lemak visceral yang ditemukan di sekitar organ di perut.

Hasilnya, dalam kedua sampel lemak yang diambil dari peserta dengan sindrom metabolik, ditemukan kadar protein chemirin yang lebih tinggi dan kadar omentin 1 yang lebh rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.

"Kadar chemirin yang tinggi berkaitan dengan empat dari lima karakteristik dari sindrom metabolik sehingga berpotensi menyebabkan sindrom metabolik. Karena kehadirannya juga menjadi indikator dari inflamasi dan resistensi insulin," ujar Ishwarlal Jialal, penulis utama studi, serta profesor patologi dan laboratorim obat dari University of California  Davis.

Sedangkan protein omentin berkaitan dengan kadar HDL, serta memiliki hubungan negatif dengan kadar gula dan trigliserida yang merupakan faktor risiko untuk perkembangan sindrom metabolik.

Menurut Jialal, meskipun hasil penelitian mengindikasikan tubuh tipe pir tetap memiliki risiko, tetapi hal ini tak perlu membuat Anda memusingkan bentuk tubuh . Karena strategi terbaik untuk panjang umur adalah dengan menjalani kehidupan yang sehat dengan menjaga berat badan normal serta berolahraga teratur.

Sumber :
Everyday Health
»»  READMORE...