BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu
struktur yang sangat khusus dan kompleks, menerima dan mengirimkan data ke
korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi diataranya bersifat
primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system organ
tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal,
dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan
mikroorganisme pada jaringan tubuh, local akibat kompetisi metabolism, toksin,
replikasi intraseluler/respon antigen antibody. Inflamasi dan infeksi dapat
terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari setengah kelainan
mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada mata orang dewasa meliputi :
1)
Radang/inflamasi pada kelopak mata,
konjungtiva, kornea, koroid, badan ciriary dan iris.
2)
Katarak, kekeruhan lensa.
3)
Glaucoma, peningkatan tekanan dalam
bola mata (IOP).
4)
Retina robek/lepas.
Tetapi sebagian orang mengira
penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit biasa cukup diberi tetes mata
biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit radang mata tidak segera
ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak, maupun ablasi retina.
b.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1) Apa Pengertian dari Konjungtivitis?
2) Apa Etiologi dari Konjungtivitis?
3) Bagaimanakah patofisiologis pada Konjungtivitis?
4) Apa saja manifestasi klinis dari Konjungtivitis?
5) Apa saja klasifikiasi dari Konjungtivitis?
6) Apakah pemeriksaan penunjang dari Konjungtivitis?
7) Bagaimna penatalaksanaanya?
8) Bagaimana komplikai Konjungtivitis?
9) Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Konjungtivitis?
c. Tujuan
Tujuan khusus
penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Persepsi Sensori
yang berjudul ”Konjungtivitis”. Tujuan umum penyusunan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang penyakit Konjungtivitis.
Sehingga diharapkan kita semua terhindar dari hal tersebut dan tidak melakukan
hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya Konjungtivitis.
d.
Sistematika
Penulisan
Penulisan makalah ini di awali
dengan kata pengantar, daftar isi, BAB I pendahuluan yang berisi latar
belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, sistematika penulisan, BAB II
pembahasan tentang konjungtivitis yang berisi tentang definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan dari Konjungtivitis, BAB III penutup
yang berisi kesimpulan, saran, dan di akhiri dengan daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Definisi
Konjungtivitis adalah inflamasi
konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis
mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan
pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan
pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang
disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), alergi, dan iritasi
bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)
2.
Etiologi
Konjungtivitis
dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti :
·
Bakteri
·
Klamidia
·
Virus
·
Jamur
·
Parasit (oleh bahan iritatif =>
kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Kebanyakan konjungtivitis bersifat
bilateral. Bila hanya unilateral, penyebabnya adalah toksik atau kimia.
Organism penyebab tersering adalah stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, dan
hemofilius. Adanya infeksi atau virus. Juga dapat disebabkan oleh butir-butir
debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan kosmetika yang mengandung klorin,
atau benda asing yang masuk kedalam mata.
3.
Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan
dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat
besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva
berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan
bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi
konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit
mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada yang bersifat akut atau
kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab konjungtivitis dan
factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis
yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan.
Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat
penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau
komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya
terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor lingkungan lain yang mengganggu.
Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air
mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan
kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air
mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya
agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema
epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin
pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis
limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan
fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan
perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva
ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan
hoperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus.
Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi
papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas,
atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika
klien mengeluh sakit pada iris atau badan siliare berarti kornea terkena.
4.
Klasifikasi
a.
Konjungtivitis
Alergi
Konjungtivitis
alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang paling sering
terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-musim tertentu
saja dan biasanya ada hubungannya dengan kesensitifan dengan serbuk sari,
protein hewani, bulu-bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan serangga,
obat-obatan. Konjungtivitis alergi mungkin juga dapat terjadi setelah kontak
dengan bahan kimia beracun seperti hair spray, make up, asap, atau asap rokok.
Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan dengan
alergi konjungtivitis.
b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga
“Pink Eye”. Bentuk ini adalah konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah
sembuh dari haemophylus influenza atau neiseria gonorhe.
c.
Konjungtivitis
Bakteri Hiperakut
Neisseria
gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan
mengancam penglihatan.
d.
Konjungtivitis
Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah
akibat infeksi human adenovirus (yang paling sering adalah keratokonjungtivitis
epidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleus.
Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
e.
Konjungtivitis
Blenore
Konjungtivitis
purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore). Blenore neonatorum
merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.
5.
Manifestasi
Klinis
Gejala subjektif meliputi rasa
gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda asing. Penyebab keluhan
ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel
yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif
meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan),
pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane
atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
Adapun manifestasi sesuai
klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1)
Konjungtivitis Alergi
·
Edema berat sampai ringan pada
konjungtivitas
·
Rasa seperti terbakar
·
Injekstion vaskuler pada
konjungtivitas
·
Air mata
sering keluar sendiri
·
Gatal-gatal adalah bentuk
konjungtivitas yang paling berat
2)
Konjungtivitis Bakteri
·
Pelebaran pembuluh darah
·
Edema konjungtiva sedang
·
Air mata keluar terus
·
Adanya
secret atau kotoran pada mata
·
Kerusakan kecil pada epitel kornea
mungkin ditemukan
3)
Konjungtivitis Viral
·
Fotofobia
·
Rasa seperti ada benda asing didalam
mata
·
Keluar air mata banyak
·
Nyeri prorbital
·
Apabila kornea terinfeksi bisa
timbul kekeruhan pada kornea
·
Kemerahan konjungtiva
·
Ditemukan sedikit eksudat
4)
Konjungtivitis Bakteri hiperakut
·
Infeksi mata menunjukkan secret
purulen yang massif
·
Mata merah
·
Iritasi
·
Nyeri palpasi
·
Biasanya terdapat kemosis
·
Mata bengkak dan adenopati preaurikuler
yang nyeri
5)
Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
·
Ditularkan dari ibu yang menderita
penyakit GO
·
Menyebabkan penyebab utama oftalmia
neinatorm
·
Memberikan secret purulen padat
secret yang kental
·
Terlihat
setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
·
Perdarahan subkonjungtita dan
kemotik
6.
Pemeriksaan
Penunjang
a)
Pemeriksaan
Mata
·
Pemeriksaan tajam penglihatan
·
Pemeriksaan
dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan pandangan).
·
Pemeriksaan dengan melakukan uji
fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea).
·
Pemeriksaan dengan melakukan uji
festel (untuk mengetahui letak adanya kebocoran kornea).
·
Pemeriksaan oftalmoskop
·
Pemeriksaan dengan slitlamp dan
loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi lebih besar disbanding
ukuran normalnya).
b)
Therapy
Medik
Antibiotic
topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek
virus).
c)
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel
radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
7.
Pentalaksanaan
Secara umum pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau antibiotic
(gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis akibat alergi dapat
diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan
kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis dapat sembuhmtanpa
pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan, sembuh dalam waktu
1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan
konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut:
a.
Konjungtivitis Bakteri
Sebelum
terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic tunggal,
seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila
tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan.
Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata
disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau
salep mata 4-5 kali sehari.
b. Konjungtivitis
Bakteri Hiperakut
· Pasien
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan sistemik.
Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam
fisiologik setiap ¼ jam.
· Kemudian
diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
Pengobatan
biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan terisolasi, medika menstosa :
ü
Penisilin tetes mata dapat diberikan
dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000/ml setiap 1 menit sampai 30
menit.
ü
Kemudian salep diberikan setiap 5
menit selama 30 menit. Disusul pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3
hari.
ü
Antibiotika sistemik diberikan
sesuai dengan pengobatan gonokokus.
ü
Pengobatan diberhentikan bila pada
pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali
berturut-turut negative.
c.
Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan
keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan penyebab pencetus penyakit.
Dokter biasanya memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan
pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah. Rasa sakit
dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap
pelan-pelan dengan salin (gram fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada
mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik
bagi mikroorganisme.
d.
Konjungtivitis Viral
Beberapa
pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan
topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.
e. Penatalaksanaan
pada konjungtivitis blenore berupa pemberian penisilin topical mata dibersihkan
dari secret. Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan
membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan memberikan salep
kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis.
Pengobatan konjungtivitis blenore :
Ø
Penisilin topical tetes atau salep
sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap setengah jam pada 6 jam
pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
Ø
Suntikan
pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka
pemberian obat tidak akan efektif.
Ø
Kadang-kadang perlu diberikan
bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi chlamdya yang banyak terjadi.
8.
Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak
segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada
mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang
tidak tertangani diantaranya:
1) Glaucoma
2)
Katarak
3)
Ablasi retina
4)
Komplikasi pada konjungtivitis
kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin,
trikiasis .
5)
Komplikasi pada konjungtivitis
purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6)
Komplikasi pada konjungtivitis
membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan
perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan
orang bisa menjadi buta.
7) Komplikasi
konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS KONJUNGTIVITIS
PENGKAJIAN
1.
Riwayat keperawatan
a)
Riwayat Perjalanan penyakit
ü Keluhan
utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
ü Apa
penyebabnya, kapan terjadinya iritasi atau trauma
ü Bagaimana
dirasakan, kelopak matanya bengkak, mata merah dan gatal-gatal
ü Kehilangan
kepercayaan diri pada klien
b)
Riwayat pengobatan sebelumnya
ü Apakan klien
pernah mendapatkan pengobatan jenis antibiotic sistemik atau topikal
ü Berapa lama
klien mendapatkan pengobatan tersebut
ü Kapan klien
mendapatkan pengobatan terakhir
c)
Proses pertolongan pertama yang
dilakukan
ü
Klien sudah memberian obat tetes
mata
ü Klien diberi
instruksi untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Mengidentifikasi tipe konjungtivitis
b.
Penglihatan perifer matanya bengkak,
mata merah, dan gatal-gatal
c.
Kenyamanan
d.
Klien merasa malu dengan penyakitnya
e.
Klien khawatir rekan-rekannya akan
tertular oleh penyakitnya
DATA YANG RELEVAN (ANALISA DATA)
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH KEPERAAWATAN
|
1
|
DS :
-
Klien mengeluh sudah 3 hari
kelopak matanya bengkak, mata merah dan gatal-gatal
DO: -
|
Edema dan iritasi konjungtiva
|
Gangguan persepsi sensori
|
2
|
DS :
-
Klien mengatakan malu dengan
penyakitnya
DO: -
|
Adanya perubahan pada kelopak mata
|
Gangguan konsep diri (body image menurun)
|
3
|
DS :
-
Klien khawatir rekan-rekannya akan
tertular dengan penyakitnya
DO: -
|
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya
|
Ansietas
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan
persepsi sensori b.d edema dan iritasi konjungtiva d.d klien mengeluh sudah 3
hari mata bengkak, mata merah dan gatal-gatal.
2.
Gangguan konsep diri (body image menurun)
b.d adanya perubahan pada kelopak mata d.d klien mengatakan malu dengan
penyakitnya.
3. Ansietas b.d
kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya d.d klien khawatir
reken-rekannya akan tertular dengan penyakitnya.
NCP (NURSING CARE PLANING)
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
DIAGNOSA 1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam:
Gangguan persepsi sensori teratasi
KH:
·
Klien tidak mengeluh matanya bengkak, mata tidak
merah, dan tidak gatal-gatal.
|
Mandiri
1.
Kompres tepi palpebra (mata dalam keadaan tertutup)
dengan larutan salin selama kurang lbih 3menit.
2.
Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah
dibasahi salin dan setiap pengusap hanya dipakai satu kali.
3.
Beritahu klien agar tidak menutup mata yang sakit.
4.
Anjurkan klien menggunakan kacamata gelap.
5.
Anjurkan pada klien wanita dgn konjungtivitis alergi
agar menghindari/ mengurangi penggunaan tata rias hingga semua gejala
konjungtivitis hilang.
6.
Kaji kemampuan klien menggunakan obat mata dan
ajarkan klien cara menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara menggunakan
obat tetes mata atau salep mata.
Kolaborasi
7.
Kolaborasi dalam pemberian:
-
Antibiotic
-
Analgesic ringan seperti asetaminofen.
-
Vasokonstriktor seperti nafazolin.
|
Mandiri
1. Melepaskan
eksudat yang lengket pada tepi palpebra.
2. Membersihkan
palpebra dari eksudat tanpa menimbulkan nyeri dan meminimalkan penyebaran
mikroorganisme.
3.Mata yng tertutup merupakan
media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
4. Pada klien
fotobia, kacamata gelap dapat menurunkan cahaya yang masuk pada mata sehingga
sensitivitas terhadap cahaya menurun. Pada konjungtivitis alergi, kacamata
dapat mengurangi ekspose terhadap allergen atau mencegah orotasi lingkungan.
5.Mengurangi ekspose allergen atau
iritan.
6.
Mengurangi risiko kesalahan penggunaan obat mata.
Kolaborasi
7.
Dapat berguna:
-
Mempercepat penyembuhan pada konjungtivitis infeksif
dan mencegah infeksi sekunder pada konjungtivitis viral.
-
Mengurangi nyeri seperti nyeri perorbital pada
konjungtivitis viral.
- Mengurangi
dilatasi pembuluh darah pada konjungtivitis alergi.
|
2
|
DIAGNOSA 2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam:
Gangguan konsep diri teratasi.
KH :
·
Klien tidak malu lagi dengan penyakitnya.
|
Mandiri
1.
Kaji tingkat penerimaan klien.
2.
Ajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang dialaminya.
3.
Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
4.
Jelaskan perubahan yang terjadi berhubungan dengan
penyakit yang dialami.
5.
Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan
tindakan yang dilakukan.
|
Mandiri
1.
Untuk mngetahui tingkat ansietas yg dialami olh
klien mengenai perubahan dari dirinya.
2.
Membantu pasien atau orang terdekat untuk memulai
menerima perubahan.
3.
Kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang
sesuai pada waktu individu menghadapi rasa duka dalam berbagai cara yang
berbeda.
4.
Memberikan penjelasan tentang penyakit yang dialami
kepada pasien/orang terdekat sehingga ansietas dapat berkurang.
5.
Menyediakan, menegaskan kesanggupan dan meningkatkan
kepercayaan pada klien.
|
3
|
DIAGNOSA 3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam: ansietas teratasi.
KH:
·
Klien tidak khawatir rekan-rekannya akan tertular
penyakitnya.
|
Mandiri
1.
Kaji tingkat ansietas atau kecemasan.
2.
Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
3.
Beri dukungan moril berupa doa terhadap pasien.
4.
Dorong pasien untuk mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaan.
5.
Identifikasi sumber atau orang yang menolong.
|
Mandiri
1.
Bermanfaat dalam penentuan intervensi yang tepat
sesuai dengan kebutuhan klien.
2.
Meningkatkan pemahaman klien tentang proses
penyakitnya.
3.
Memberikan perasaan tenang kepada klien.
4.
Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi
yang nyata, mengklarifikasikan kesalahpahaman dan pemecahan masalah.
5.
Memberi penelitian bahwa pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
Ø Gangguan
sensori-persepsi; penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera.
Tujuan :Klien
tdk mengalami gangguan penglihatan dgn kriteria hasil klien dpt pertahankan
ketajaman penglihatan tnpa kehilangan lbih lanjut.
Intervensi : - Kaji derajat/tipe kehilangan penglihatan
Rasional : Menentukan pilihan intervensi selanjutnya.
-
Dorong klien untuk mengekspresikan
perasaan tentang kehilangan/ kemungkinan kehilangan penglihatan.
Rasional : Meskipun
kehilangan penglihatan yang telah terjadi tidak dapat diobati akan tetapi
kehilangan lebih lanjut dapat dicegah.
-
Ajarkan klien untuk pemberian
tetes mata (jumlah tetesan, jadwal, dosis).
Rasional : Mengontrol TIO dan mencegah
kehilangan penglihatan lanjut.
-
Kolaborasi untuk memberikan obat
sesuai indikasi.
Rasional :
Membantu mempercepat proses penglihatan dan mencegah kehilangan penglihatan
lanjutan.
Ø Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan :
Klien tidak mengalami kecemasan dengan kriteria hasil : klien melaporkan
ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi, klien menunjukan keterampilan
pemecahan masalah.
Intervensi :
-
Kaji tingkat ancietas, derajat
pengalaman infeksi/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional : Fungsi ini
mempengaruhi persepsi pada pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus
ancietas dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO.
-
Berikan informasi yang akurat dan
jujur, diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dapat mencegah kehilangan
pengelihatan tambahan.
Rasional : Menurunkan
ancietas sehubungan dengan ketidak tahuan/harapan yang akan datang dan
memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang POB.
-
Dorong pasien untuk mengakui
masalah dan mengekspresikan perasaan.
Rasional : Memberikan
kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah
konsepsi dan pemecahan masalah
-
Identifikasi sumber yang menolong
Rasional : Memberikan
keyakinan bhw pasien tdk sendirian dlm menghadapi masalah.
Ø Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yaang diperoleh.
Tujuan : Klien dapat memahami
keadaannya dengan kriteria hasil :
-
Klien menyatakan pemahaman tentang
kondisi, prognosis dan pengobatan.
-
Klien dapat mengidentifikasi
hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit.
Rasional :
-
Tunjukan teknik yang benar untuk
pemberian tetes mata, minta pasien untuk mengulangi tindakan.
Rasional : Meningkatkan
keefektifan pengobatan, memberikan kesempatan untuk pasien menunjukan
kompetensi dan menanyakan pertanyaan.
-
Kaji pentingnya mempertahankan
jadwal obat, contoh : tetes mata. Diskusikan obat-obatan tang harus dihindari
Rasional :
Mempertahankan konsistensi program obat adalah hal yang penting. Beberapa obat
dapat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial kehilangan
penglihatan tambahan.
-
Identifikasi efek samping yang
merugikan dari penggunaan obat.
Rasional : Efek
samping obat yang merugikan mempengaruhi rentang dari ketidaknyamanan sampai
ancaman kesehatan berat.
-
Anjur untuk memeriksa secara
rutin.
Rasional :
Mengawasi kemajuan/pemeliharaan penyakit untuk memungkinkan intervensi dini.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1
|
Mandiri
1.
Mengompres tepi palpebra (mata
dalam keadaan tertutup) dengan larutan salin selama kurang lebih 3 menit.
2.
Mengusap eksudat secara
perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan setiap pengusap hanya
dipakai satu kali.
3.
Memberitahu klien agar tidak
menutup mata yang sakit.
4.
Menganjurkan klien
menggunakan kacamata gelap.
5.
Menganjurkan pada klien wanita
dengan konjungtivitis alergi agar menghindari atau engurangi penggunaan tat
arias hingga semua gejala konjungtivitis hilang.
6.
Mengkaji kemampuan klien
menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara menggunakan obat mata dan
ajarkan klien cara menggunakan obat tetes mata atau salep mata.
Kolaborasi
7.
Kolaborasi dalam pemberian:
-
Antibiotic
-
Analgesic ringan seperti asetaminofen.
-
Vasokonstriktor seperti nafazolin.
|
S : klien tidak mengeluh matanya
bengkak, mata tidak merah dan tidak gatal-gatal.
O : -
A :
·
Gangguan persepsi sensori teratasi.
P :
·
Intervensi dihentikan.
|
2
|
Mandiri
1.
Mengkaji tingkat penerimaan
klien.
2.
Mengajak klien mendiskusikan
keadaan atau perasaan yang dialaminya.
3.
Mencatat jika ada tingkah
laku yang menyimpang.
4.
Menjelaskan perubahan yang
terjadi berhubungan dengan penyakit yang dialami.
5.
Memberikan kesempatan klien
untuk menentukan keputusan tindakan yang dilakukan.
|
S : Klien mengatakan tidak malu lagi dengan
penyakitnya.
O : -
A :
·
Gangguan konsep diri teratasi.
P :
·
Intervensi dihentikan.
|
3
|
Mandiri
1.
Mengkaji tingkat ansietas atau
kecemasan.
2.
Member penjelasan tentang
proses penyakitnya.
3.
Member dukungan moril berupa
doa terhadap pasien.
4.
Mendorong pasien untuk
mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
5.
Mengidentifikasi sumber atau
orang yang menolong.
|
S : klien tidak khawatir lagi rekan-rekannya
akan tertular penyakitnya.
O : -
A :
·
Risiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Teratasi.ansietas teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
|
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
1. Kesimpulan
Konjungtivitis adalah inflamasi
konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis
mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh
berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:
-
Bakteri
-
Klamidia
-
Virus
-
Jamur
-
Parasit
(oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi
alergi).
Gejala subjektif meliputi rasa
gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda asing. Penyebab keluhan
ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel
yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif
meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan),
pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane
atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
2.
Saran
Penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih
baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer,
Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata
dan Penglihatan.
Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata
Perhimpunan Dokter Spesialis
Mata
Indonesia. Jakarta : CV. Sagung Seto
Capernito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku
Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC .
Marrilyn,
Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media
Aeuscualpius.
http://pary08.wordpress.com/2011/01/03/askep-kojungtivitis
KMB
KONSEP – ASKEP KONJUNGTIVITIS
Disusun
oleh:
Kelompok V
Ayu
Dwi Putri PO.71.20.1.11.010
Deni PO.71.20.1.11.014
Hasanah
Eka Wahyu Ningsih PO.71.20.1.11.030
Maretta
Fitriani PO.71.20.1.11.046
Tingkat : II B. I
Dosen
Pembimbing : Sumitro Adi Putra, S.Kep., Ns., M.Kep.
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik
Kesehatan Palembang
Jurusan
Keperawatan
2011/2012