D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 2
ANGGOTA : 1. Nur Hotimah
2. Rian Alhidayat
3. Sintia Ramadona
4. Yogi Afrian
TINGKAT : II B 2
DOSEN PEMBIMBING
: Lukman Rohimin, S.Kep, Ns., M.M,
M.Kep
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur
Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
" Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru " tepat pada waktunya.
Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Palembang,
22 September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
………………………………………………………… 2
Daftar Isi
………………………………………………………………. 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ……………………………………………………..
4
1.2 Tujuan
Penulisan …………………………………………………..
4
1.3 Manfaat
Penulisan ………………………………………………....
4
1.4 Rumusan
Masalah ………………………………………………….
4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Ca Paru ……………………………………………. 5
Pengertian
……………....……………..……………………….
5
Etiologi …………………………...…………………………... 5-6
Patofisiologi …………………..………………………………. 6
Manifestasi Klinis …………………………………………….. 6
Klasifikasi/Pentahapan
Klinik (Clinical staging) …………….. 6-7
Studi Diagnostik ……………………………………………… 7
Manajemen
medis …………………………………………….
7
Penatalaksanaan
……………………………………………… 7
2.2 Asuhan Keperawatan
Pasien dengan Kanker Paru …………….....
8
Pengkajian …….…………………………………………….... 8
Diagnosa Keperawatan ………………………………………. 8-9
Rencana Keperawatan ……………………………………... … 9-11
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
………………………………………………………. 12
3.2 Saran
……………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………… 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kanker paru (Ca
Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan
wanita. Kanker paru ini meningkat dengan
angka yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi
kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada
wanita. Menurut hasil penelitian, hampir
70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan
tempat lain pada saat didiagnosis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma
cenderung untuk timbul di tempat jaringan perut sebelumnya(tuberculosis
fibrosis ) di dalam paru . Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium saluran
napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus kanker
paru dapat dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan. Selama 50 tahun terakhir
terdapat suatu peningkatan insidensi paru
- paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa
terdapat 1.500.000 kasus baru dalam
tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat
tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun,
sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
- Untuk memenuhi syarat mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I dalam pembuatan makalah mengenai Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru
- Untuk memberikan informasi tentang Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Dapat
menjadi pedoman mahasiswa dalam mengetahui Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca
Paru
2.
Dapat
memberikan informasi mengenai Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
gambaran umum mengenai Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru
2.
Mampu
menjelaskan Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru
3.
Memahami
problem, etiology, dan symptom dari Ca Paru
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Ca Paru
Pada
umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma,
hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Karena
pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau
karsinoma bronkogenik.
I. Pengertian
Tumor paru
merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995). Kanker
paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(underwood, patologi, 2000). Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap
rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001). Menurut
Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer
yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June
Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari
sel anaplastik dalam paru.
II. Etiologi
Seperti
kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum
diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan – bahan
karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan
predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status
imunologis.
1. Pengaruh
rokok.
2. Pengaruh
paparan industri
3. Pengaruh
adanya penyakit lain atau predisposisi oleh karena adanya penyakit lain.
4. Pengaruh
genetik dan status imunologis.
a. Merokok
Merupakan
penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari
dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok
seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok
ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10
tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok
yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
b. Iradiasi.
Insiden
karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang
radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan
dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan
agen etiologi operatif.
c. Zat-zat yang terhirup ditempat
kerja .
Terdapat
insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur
nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan
dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel,
radiasi dan arsen.
d. Polusi Udara
Mereka
yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada
mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari
industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap kendaraan/ pembakaran
(Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
e. Genetik.
Terdapat
perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
III. Patofisiologi.
Kanker
paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan. Empat
tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa),
karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan
adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan
napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di
cabang bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel
oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai prognosis
buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel
ini pertumbuhan lambat.
IV. Manifestasi Klinis
a. Gejala Awal
Stridor
lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronku.
b. Gejala Umum
Menurut
Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara lain yaitu:
Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang
disebabkan oleh massa tumor. Batuk kering tanpa membentuk sputum , tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder .
Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum
melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi
Anoreksia, lelah , berkurangnya
berat badan.
c. Gejala klinis
Pada
waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan infeksi
saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2 minggu
sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea, hemoptoe,
febris, berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah
berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri tulang,
stagnasi (vena cava superior syndroma). Rata – rata lama hidup pasien
dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal 2 – 5 tahun. Alasannya adalah pada
saat kanker paru terdiagnosa, sudah metastase ke daerah limfatik dan lainnya.
Pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi penyakit lain, lama
hidup mungkin lebih pendek.
V. Klasifikasi/Pentahapan Klinik
(Clinical staging)
Klasifikasi
berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.
1. T : T0 : tidak
tampak tumor primer
T1 : diameter tumor < 3
cm, tanpa invasi ke bronkus
T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis
atau pneumonitis, namun berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi
pleura.
T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar
atau sudah dekat karina dan atau disetai efusi pleura.
2. N : N0 : tidak didapatkan
penjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau
kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M : M0 : tidak
terdapat metastase jauh
M1 : sudah terdapat
metastase jauh ke organ – organ lain.
VI.
Studi Diagnostik
1. Chest
x – ray ( pandangan lateral dan poteroanterior), tomografi dada dan CT
scanning.
2. Radioisotop
scanning
3. Tes
laboratorium
a. Pengumpulan
sputum untu sitologi, bronkoskopi dengan biopsi, hapusan dan perkutaneus biopsi
b. Mediastinoskopi
VII. Manajemen medis
1. Manajemen
umum : terapi radiasi
2. Pembedahan
: Lobektomi, pneumonektomi, dan reseksi.
3. Terapi
obat : kemoterapi
VIII. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker yaitu :
1. Kuratif. Dimana tenaga kesehatan
berupaya memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
klien.
2. Paliatif. Untuk mengurangi dampak
kanker dan meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (hospice care) pada
kasus terminal. Untuk mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik
pada pasien maupun keluarga.
4. Suportif. Untuk menunjang
pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi serta
obat-obatan.
Adapun penatalaksanaan yang dapat
dilakukan yaitu melakukan :
1. Pembedahan. Tujuannya untuk
mengangkat semua jaringan yang sakit dan mempertahankan sebanyak mungkin fungsi
paru-paru yang tidak terkena kanker. Adapun jenis tindakannya yaitu :
- Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka
penyakit paru/thoraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
-
Pneumoktomi (pengankatan paru)
-
Lobektomi (pengangkatan lobus)
2. Radioterapi. Pada beberapa kasus
yang inoperable, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bias juga
sebagai terapi paliatif pada tumor dengan komplikasi yang bertujuan untuk
mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap pembuluh darah/bronkus.
3. Kemoterapi. Kemoterapi digunakan
sebagai terapi baku untuk pasien mulai dari stadium IIIA dan untuk pengobatan
paliatif. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kegagalan target pencapaian
pengobatan antara lain :
- Resistensi terhadap sitostatika
- Penurunan dosis sitostatika dimana
penurunan dosis sebesar 20% akan menurunkan angka harapan sembuh sekitar 50%.
- Penurunan intensitas obat dimana
jumlah obat yang diterima selama kurun waktu tertentu kurang. Untuk mengatasi
hal tersebut dosis obat harus diberikan secara optimal dan sesuai jadwal pemberian.
2.2 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kanker Paru
I. Pengkajian
a. a. Riwayat
Perokok
berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan karsinogen, penyakit paru kronis
sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan fibrosis
pada jaringan paru.
b. Pemeriksaan
fisik pada pernapasan
Batuk
menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea, hemoptisis karena erosi kapiler
di jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak sedap akibat akumulasi sel yang
nekrosis di daerah obstruksi akibat tumor, infeksi saluran pernapasan berulang,
nyeri dada karena penekanan saraf pleural oleh tumor, efusi pleura bila tumor
mengganggu dinding paru, disfagia, edema daerah muka, leher dan lengan.
c. Nutrisi
: Kelemahan, berat badan menurun dan anoreksia
d. Psikososial
: Takut, cemas, tanda –tanda kehilangan.
e. Tanda
vital : Peningkatan suhu tubuh, takipnea
f. Pemeriksaan
diagnostik.
1. Radiologi
a) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi
dada.
b) Bronkhografi. Untuk melihat tumor
di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a) Sitologi (sputum, pleural, atau
nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA.
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi.
c) Tes kulit, jumlah absolute
limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
3. Histopatologi.
a) Bronkoskopi. Memungkinkan
visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui).
b) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran <
2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c) Torakoskopi. Biopsi tumor
didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d) Mediastinosopi. Untuk mendapatkan
tumor metastasis/ kelenjar getah bening yang terlibat.
e) Torakotomi. Untuk diagnostik kanker
paru.
4. Pencitraan
a) CT-Scanning, untuk mengevaluasi
jaringan parenkim paru dan pleura.
b) MRI, untuk menunjukkan keadaan
mediastinum.
II. Diagnosa keperawatan
Preoperasi
1) Kerusakan
pertukaran gas b/d hipoventilasi
2) Bersihan
jalan napas tidak efektif b/d peningkatan jumlah secret paru, meningkatnya
tahanan jalan napas
3) Ansietas
b/d perubahan status kesehatan, takut mati
4) Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, tindakan b/d kurang informasi
Pascaoperasi
1) Kerusakan
pertukaran gas b/d pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai oksigen,
2) Bersihan
jalan napas tidak efektif b/d viskositas secret, keterbatasan gerakan dada,
kelemahan
3) Nyeri
akut b/d trauma jaringan, insisi bedah
4) Ansietas
b/d perubahan status kesehatan, ancaman kematian
III.
Rencana Keperawatan
Preoperasi
DX
1
Kriteria
hasil :
- Menunjukkan
perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang normaldan
bebas gejala distress pernapasan.
- Klien
berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi
:
- Kaji
status pernapasan, catat peningkatan frekwensi. Rasionalnya dispneu
merupakan kompensasi adanya tahan jalan napas
- Catat
ada tidaknya bunyi tambahan. Rasionalnya bunyi napas dapat
menurun. Krekles adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai
akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi
adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan
mucus atau edema serta tumor.
- Kaji
adanya sianosis. Rasionalnya penurunan oksigenasi bermakna
terjadi sebelum sianosis.
- Kolaborasi
pemberian oksigen. Rasionalnya memaksimalkan sediaan oksigen
sesuai kebutuhan tubuh.
Dx.2
Kriteria
hasil :
- Hilangnya
dispneu
- Mempertahankan
jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
- Mengeluarkan
secret tanpa kesulitan
- Menunjukkan
prilaku untuk memperbaiki atau mempertahankan jalan napas
Intervensi
:
- Catat
perubahan dan upaya pola napas. Rasionalnya penggunaan otot
interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya
bernapas.
- Observasi
penurunan ekspansi dinding dada. Rasionalnya ekspansiadada
sehubungan dengan akumulasi cairan, edema dan secret pada lobus.
- Catat
karakteristik batuk juga produksi dan karakteristik sputum. Rasionalnya karakteristik
batuk dapat berubah tergantung pada penyebebnya, sputum bila ada mungkin
banyak, merah atau purulen.
- Pertahankan
posisi tubuh atau kepala dan gunakan alat bantu napas sesuai kebutuhan.Rasionalnya menudahkan
memelihara jalan napas atas paten.
- Kolaborasi
pemberian bronkodilator (aminofilin, albuterol dll). Awasi untuk efek samping
merugikan dari obat (takikardi, hipertensi, insommnia dan tremor). Rasionalnya obat
diberkan untuk menghialngkan spasme bronkus, menurunkan viskositas secret,
memperbaiki venrilasi dan memudahkan pengeluaran secret.
DX.
3
Kriteria
Hasil :
- Mengakui
dan mendiskusikan rasa takutnya
- Tampak
rileks dan melaporkan ansietas menurun
- Menunjukkan
pemecahan masalah
Intervensi
- Obserfasi
peningkatan gelisah, emosi labil. Rasional memburuknya
penyakit dapat menyebabkan / meningkatkan ansietas.
- Pertahankan
lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan. Rasionalnya menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan
penghematan energy.
- Tunjukkan/bantu
dengan teknik relaksasi . rasionalnya
memberikan kesempatan bagi pasien untuk menangani ansietasnya sendir idan
merasa terkontrol.
- Identifikasi
presepsi klien terhadap ancaman yang ada. Rasionalnya
membantu pengenalan ansietas/takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat
membantu klien.
- Dorong
pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan. Rasionalnya merupakan langkah awal dalam mengatasi perasaan.
Dx.
4
Kriteria
hasil :
- Menjelaskan
hubungan antara proses penyakit dan terapi
- Menggambarkan/
menyatakan diet, obat dan program aktifitas
- Mengidentifikasi
dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medic.
Intervensi
:
- Bantu
klien untuk belajar memenuhi kebutuhannya. Berikan informasi yang jelas dan
ringkas pada klien. Rasionalnya untuk
meningkatkan konsentrasi dan energy untuk penerimaan tugas baru.
- Berikan
informasi verbal dan tertulis tentang obat. Rasionalnya
pemberian instruksi penggunaan obat yang aman membantu pasien untuk mengikuti
dengan tepet program pengobatan.
- Kaji
konseling nutrisi tentang kebutuhan makanan dan kalori klien. Rasionalnya pasien dengan pernapasan
berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga
memerlukan peningkatan nutrisis untuk proses penyembuhan.
- Berikan
pedoman untuk aktifitas. Rasionalnya
pasien tidak boleh terlalau lelah dan mengimbangi periode istirahat dan
aktifitas untuk meningkatkan stamina dan menjegak kebutuhan oksigen
yang berlebihan.
Pasca operasi
Dx.
1
Kriteria
hasil :
- Menunjukkan
perbaikan ventilasi dan oksigenasi jarinhan adekuat degan gda dlam rentang
normal
- Bebas
gejala distress pernapasan
Intervensi
:
- Catat
frekwensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan. Obserfasi penggunaan otot bantu
napas dan perubahan kulit. Rasionalnya
pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai akibat mekanisme
kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru.
- Auskultasi
paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tidak normal. Rasionalnya konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang
dioperasi noemal pada pasien pneumonoktomi. Namun pasien lubektomi harus
menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada.
- Pertahankan
kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan posisi, pengisapan dan
penggunaan alat bantu pernapasan. Rasionalnya
obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi yang dapat mengganggu pertukaran
gas.
- Bantu
dengan latihan napas dalam dan napas mulut dengan tepat. Rasionalnya meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi serta
mencegah atelektasis.
Dx.
2
Kriteria
hasil :
- Menunjukkan
patensi napas dengan cairan secret mudah dikeluarkan, bunyi napas jelas dan
pernapasan tidak bising.
Intervensi
:
- Auskultasi
dada untuk karakterisitik bunyi napas dan adanya secret. Rasionalnya pernapasan bising, rinki dan mengi menunjukkan
tertahannya secret dan obstruksi jalan napas.
- Bantu
pasien /instruksikan untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk
dan menekan daerah insisi. Rasionalnya
posisis duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan menguatkan
upaya batuk untuk mobilisasi dan pembuangan secret.
- Obserfasi
jumlah dan karakteristik sputum. Rasionalnya
peningkatan jumalah secret tidak berwarna/berair awalnya normal dan harus
menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
- Dorong
masikan cairan peroral (2500 ml/hari). Rasionalnya
hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang/peningkatan pengeluaran
- Kolaborasi
pemberian bronkodilator, ekspektoran dan analgetik sesuai indikasi. Rasionalnya menghilangkan spasme bronkus
untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas secret.
Dx.
3
Kriteria
hasil :
- Klien
melaporkan nyeri hilang/terkontrol
- Tampak
rileks dan istirahat dengan baik
- Berpartisipasi
dalam aktifitas yang diinginkan
Intervensi
:
- Tanyakan
pasien tentang nyeri, tentukan karakteristik nyeri (skala 0-10). Rasionalnya membantu evaluasi gejala
nyeri karana kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji
tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaliasi keefektifan analgesic dan
meningkatkan control nyeri.
- Kaji
pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien. Rasionalnya ketidaksesuaian antara petunjuk verbal /nonverbal dapat
memberikan pentunjuk derajat nyeri, kebutuhan/kekefektifan intervensi.
- Catat
kemungkinan penyebab nyeri. Rasionalnya
insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi
anterolateral.
- Dorong
klien untuk menyatakan perasaannya tentang nyeri. Rasionalnya takut dapat meningkatkan tegangan otot dan
meningkatkan ambang presepsi nyeri
Dx.4
Kriteria
hasil :
- Mengakui
dan mendiskusikan masalah
- Menunjukkan
rentang perasaan yang tepat dan penampilan tampak rileks
Intervensi
:
- Evaluasi
tingkat pemahaman pasien atau orang terdekat tentang penyakit klien. Rasionalnya pasien dan orang terdekat
mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi adanya perubahan pola
hidup
- Terima
penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan. Rasionalnya bila penyangkalan ekstrim atau ansietas mempengaruhi
kemajuan penyembuhan
- Berikan
kesempatan untuk bertanya da jawab dengan jujur. Rasionalnya menurunkan presepsi kesalahan interpretasi terhadap
informasi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut
Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer
yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June
Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari
sel anaplastik dalam paru. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal,
dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar
(tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Etiologinya antara lain :
1. Pengaruh
rokok.
2. Pengaruh
paparan industri
3. Pengaruh
adanya penyakit lain atau predisposisi oleh karena adanya penyakit lain.
4. Pengaruh
genetik dan status imunologis.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kita harus memahami
dan bisa membuat konsep dasar dan asuhan keperawatan dari berbagai macam
penyakit agar pada waktu pelaksanaan nanti di rumah sakit kita bisa melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Phipps,
Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
Doengoes,
Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Engram,
Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta
Tucker,
Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin
Aih dkk, volume 4, edisi V, EGC, Jakarta
Alsagaff,
Hood, dkk. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga
University Press, Surabaya.
Lab/UPF
Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dokter Soetomo,
Surabaya
Wilson,
Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby
Year Book, Toronto.