Kompas.com
JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa pun mengakui bahwa kuliner
di Indonesia sangat banyak ragamnya, mulai dari aneka racikan nasi,
yang menjadi makanan wajib orang Indonesia, ragam kue, sayur dan lauk
pauk, hingga aneka minuman.
Dengan banyaknya jenis kuliner
tersebut, industri kuliner menjadi salah satu industri yang berkembang
saat ini, seiring dengan berkembangnya pariwisata dalam negeri.
"Ditetapkannya
kuliner menjadi subsektor industri kreatif yang bisa jadi kebanggaan di
luar negeri. Dalam hal ini, kuliner menjadi menjadi wisata minat
khusus," ungkap Dirjen Pengembangan Destinasi Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, Firmansyah Rachim, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta,
Jumat (14/12/2012).
Banyaknya ragam kuliner Indonesia
mengakibatkan sulitnya mendefinisikan mana yang termasuk makanan khas
Indonesia. Karena itu perlu ditetapkan jenis makanan tradisional yang
dapat menjadi ikon, mewakili kuliner Indonesia di event nasional dan
internasional.
Menurut Firmansyah, terdapat 70 jenis calon ikon
kuliner tradisional Indonesia, yang kemudian dikerucutkan menjadi 30
ikon kuliner tradisional Indonesia. Kuliner tersebut terdiri dari
kuliner pusaka, tradisi dan unggulan, mulai dari makanan pembuka, hingga
penutup.
Landasan pemilihan 30 ikon kuliner tradisional
Indonesia tersebut, ungkap Firmansyah, berdasarkan beberapa kriteria.
Pertama, bahan baku harus mudah diperoleh, baik di dalam maupun luar
negeri, yang kedua kuliner tersebut telah dikenal oleh masyarakat luas,
serta ada pelaku profesional praktisi kuliner tersebut.
Tiga puluh
ikon kuliner tradisional Indonesia, yang diseleksi oleh Kelompok Kerja
buatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang terdiri dari
para praktisi dan pakar kuliner, yaitu Ayam Panggang Bumbu Rujak
Yogyakarta, Gado-gado Jakarta, Nasi Goreng Kampung, Serabi Bandung,
Sarikayo Minangkabau, Es Dawet Ayu Banjarnegara, Urap Sayuran
Jogjakarta, Sayur Nangka Kapau, Lunpia Semarang, Nagasari Jogjakarta,
Kue Lumpur Jakarta, Soto Ayam Lamongan, Rawon Surabaya, Asinan Jakarta,
Sate Ayam Madura.
Berikutnya Sate Maranggi Purwakarta,
Klappertaart Manado, Tahu Telur Surabaya, Sate Lilit Bali, Rendang
Padang, Orak-arik Buncis Solo, Pindang Patin Palembang, Asam Padeh
Tongkol Padang, Nasi Liwet Solo, Es Bir Pletok Jakarta, Kolak Pisang Ubi
Bandung, Ayam Goreng Lengkuas Bandung, Laksa Bogor, Kunyit Asam Solo,
serta Nasi Tumpeng. Ke-30 ikon kuliner ini ditetapkan sebagai ikon
kuliner tradisional Indonesia di dalam maupun luar negeri.
Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengharapkan dari
ke-30 ikon kuliner tradisional Indonesia ini, akan akan disajikan
berbentuk menu, mulai dari makan pembuka hingga minuman.
"Pemilihan
kuliner tradisional tak berhenti pada 30 ini. Kita mulai dari 30 ini
selanjutnya kita implementasi, kenapa kita memilih kuliner tersebut,
dengan cerita yang ada di balik kuliner. Nantinya setiap destinasi
wisata harus punya ikon dan kuliner unggulan. Karena kuliner adalah
bagian dari tourism," ujar Mari.
"Ditetapkannya 30 ikon
kuliner tradisional Indonesia, diharapkan menjadi makanan yang wajib
dimasak pada setiap event nasional atau internasional di Istana Negara,"
tambah Firmansyah.