Social Icons

Senin, 10 Desember 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARITMIA



A. Definisi

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

B.    Etiologi

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1.        Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
2.        Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3.        Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya
4.        Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5.        Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung
6.        Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7.        Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8.        Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9.        Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10.    Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)




C.    Macam – macam aritmia

1.     Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.
2.     Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF.
3.     Komplek atrium prematur
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P berikutnya.
4.     Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
5.     Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
6.     Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
7.     Komplek jungsional prematur
8.     Irama jungsional
9.     Takikardi ventrikuler

D.    Pathofisiologi

Terlampir

D.    Manifestasi klinis

a.    Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;  bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b.   Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
c.    Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
d.   Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e.    demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

E.    Pemeriksaan Penunjang

1.        EKG   : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2.        Monitor Holter            : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3.        Foto dada       : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4.        Skan pencitraan miokardia     : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5.        Tes stres latihan          : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
6.        Elektrolit         : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7.        Pemeriksaan obat       : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8.        Pemeriksaan tiroid     : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9.        Laju sedimentasi         : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10.    GDA/nadi oksimetri    : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

F.     Penatalaksanaan Medis

1.      Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1            : sodium channel blocker
§ Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
§ Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
§ Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b.   Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
c.   Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
d.  Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
2.      Terapi mekanis
a.    Kardioversi  : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
b.   Defibrilasi    : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
c.    Defibrilator kardioverter implantabel          : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d.   Terapi pacemaker    : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

G.   Pengkajian

Pengkajian primer :
1.     Airway
¨      Apakah ada peningkatan sekret ?
¨      Adakah suara nafas : krekels ?
2.     Breathing
¨      Adakah distress pernafasan ?
¨      Adakah hipoksemia berat ?
¨      Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
¨      Apakah ada bunyi whezing ?
3.     Circulation
¨      Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
¨      Apakah ada takikardi ?
¨      Apakah ada takipnoe ?
¨      Apakah haluaran urin menurun ?
¨      Apakah terjadi penurunan TD ?
¨      Bagaimana kapilery refill ?
¨      Apakah ada sianosis ?
Pengkajian sekunder
1.      Riwayat penyakit
§ Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
§ Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi
§ Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
§ Kondisi psikososial



2.      Pengkajian fisik
a.    Aktivitas       : kelelahan umum
b.   Sirkulasi       : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;  bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
c.    Integritas ego           : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
d.   Makanan/cairan      : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
e.    Neurosensori           : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
f.    Nyeri/ketidaknyamanan       : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
g.   Pernafasan  : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
h.   Keamanan   : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

H.    Diagnosa keperawatan dan Intervensi

1.        Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.

Kriteria hasil   :
a.    Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa
b.   Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
c.    Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.


Intervensi :
d.   Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.
e.    Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
f.    Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
g.   Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung
h.   Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
i.     Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi
j.     Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD
k.   Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
l.     Kolaborasi :
m. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
n.   Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
o.   Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
p.   Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
q.   Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
r.     Masukkan/pertahankan masukan IV
s.    Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
t.     Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator

2.        Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

Kriteria hasil   :
a.    menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
b.   Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat


Intervensi :
c.    Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
d.   Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga
e.    Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan mental, vertigo.
f.    Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
g.   Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
h.   Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
i.     Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
j.     Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
k.   Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis
l.     Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu

















DAFTAR PUSTAKA

1.      Hudak, C.M, Gallo B.M. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC.1997

2.      Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994.

3.      Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996

4.      Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

5.      Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

6.      Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2001



»»  READMORE...

Rutin Makan Tomat Bantu Cegah Depresi

shutterstockIlustrasi
»»  READMORE...

Satelit China Kejar si Asteroid "Kentang"

Goldstone Radar Image Citra asteroid Toutatis yang diambil teleskop radio Goldstone.

JAKARTA, KOMPAS.com - Asteroid Toutatis yang berbentuk kentang akan mencapai titik terdekat dengan Bumi pada Rabu (12/12/2012). Sementara ilmuwan dari banyak negara hanya mengobservasi, China dengan satelitnya mengejar asteroid ini.

Pengejaran itu bukan sesuatu yang direncana memang. Sementara asteroid mendekat pada 12 Desember 2012, satelit China yang bernama Chang'E 2 akan berada pada titik terdekat pada 13 Desember 2012. Satelit itu nantinya hanya akan berjarak beberapa ratus kilometer dari Toutatis.

Dengan kedekatan posisi satelitnya, China berpeluang memotret Toutatis lebih baik. Pemotretan Toutatis kini sudah dimulai oleh teleskop radio Goldstone. Gambar dengan resolusi 7,5 meter per piksel sudah dihasilkan. Nantinya diharapkan dapat dihasilkan gambar 3,75 meter per piksel.

Emily Lakdalawa, editor senior The Planetary Society dalam tulisannya di situs web planetary.org, Kamis (6/12/2012) menyatakan bahwa Chang'E 2 sebenarnya sudah berhasil memotret Bulan. Namun, untuk memotret Toutastis, tampaknya satelit ini akan menghadapi beberapa kendala.

Chang'E 2 akan melintas di dekat Toutatis dengan kecepatan relatif tinggi, 11 km per detik. Dengan kata lain, jarak untuk memotret asteroid ini akan berubah sangat cepat. Perlu usaha keras agar Chang'E 2 dapat mengambil gambar asteroid berbentuk kentang itu.

"Kalaupun berhasil, Chang'E mungkin hanya akan mendapat dua gambar, saat mendekat dan mulai menjauhi," kata Lakdalawa. Kualitas gambar takkan lebih baik dari citra radar, namun Toutatis tetap dapat diidentifikasi dari bentuknya.

China menghadapi tantangan berat untuk mencitrakan asteroid ini. Salah satu faktornya karena negara itu baru saja memulai misi antariksanya. Namun, harapan tetap ada. Orbit Toutatis telah diketahui.

Bentuk Kentang

Asteroid Toutatis unik karena bentuknya. Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo mengatakan, asteroid ini mengejutkan ilmuwan saat pertama dicitrakan oleh teleskop radio Goldstone pada tahun 1992. Asteroid ini seperti dua batu besar yang direkatkan tak sempurna.

"Bentuk ini tentu amat mengejutkan mengingat dalam imajinasi sebelumnya, Toutatis, dan juga asteroid pada umumnya, dianggap berbentuk mirip dengan bola dengan wajah penuh bopeng," urainya.

Dalam observasi yang terus dilakukan ilmuwan, ternyata Toutatis bukan satu-satunya. ada asteroid lain dengan bentuk mirip, misalnya asteroid Kleopatra dan Itokawa serta inti komet Borrely dan Hartley 2.

Ma'rufin menguraikan, Toutatis memiliki bentuk seperti kentang karena diduga berasal dari gabungan 2 asteroid. Dua asteroid memiliki orbit berbeda namun berpotongan. Kurang lebih 100 juta tahun lalu, keduanya bertemu dan membentuk Toutatis.

Penggabungan sendiri bisa terjadi sebab kecepatan gerak keduanya relatif kecil. Jika keduanya bergerak dengan kecepatan tinggi, maka bukan penggabungan yang terjadi, tetapi kehancuran. Benar tidaknya teori itu bisa diuji dengan pengamatan asteroid dua hari mendatang.

Asteroid Toutatis mendekati Bumi setiap 4 tahun sekali. Saat titik terdekat nanti, asteroid ini hanya berjarak 6,95 juta km dari Bumi. Satelit ini tak berpotensi menumbuk Bumi. Jadi, kedekatan jarak tak akan menimbulkan dampak apapun.
»»  READMORE...

Minggu, 09 Desember 2012

8 Cara Detoks Tanpa Kelaparan

shutterstock


Kompas.com - Kebiasaan mengasup berbagai makanan "enak" tetapi kurang sehat perlu diimbangi dengan pembersihan alias detoksifikasi beberapa kali dalam setahun.

Ahli gizi Christine Gerbsatdt, penulis buku The Doctor's Detox Diet memberikan cara lebih sehat dan efektif untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh sebagai berikut:

1. Perbanyak cairan
Air akan membersihkan sistem tubuh dengan menjaga ginjal, liver, usus, dan limfa bekerja dengan baik. Minumlah air sebanyak dua liter setiap hari ditambah satu atau dua cangkir teh. Ada cara untuk mengetahui apakah kita sudah cukup mengonsumsi cairan, yakni jika kita bisa buang air kecil tiap beberapa jam sekali dan warna urin tidak pekat.

2. Kurangi kalori

Bila biasanya Anda mengonsumsi sekitar 1.800 kalori, kali ini kurangi sedikit menjadi sekitar 1.400 - 1.600 kalori. Meski dikurangi tetapi tubuh tetap berenergi. Jika Anda menguranginya sampai 1.200 kalori tubuh akan mulai membakar otot bukannya lemak. Selain itu kita juga beresiko kekurangan vitamin.

3. Mulai dengan sarapan sehat

Banyak orang merasa tak punya waktu untuk sarapan.  Padahal melewatkan sarapan bisa membuat kita kelaparan sepanjang hari. Pilih menu sarapan yang sehat seperti oatmeal, roti gandum, atau telur orak-arik.

4. Perbanyak sayuran

Untuk makan siang dan makan malam, konsumsi smoothie sayuran. Blender beberapa jenis sayuran sekaligus ditambah buah untuk mendapatkan sedikit rasa manis dan protein (putih telur, tahu, atau yogurt plain). Kombinasi ini akan memberikan Anda vitamin, mineral, fitokemikal, dan antioksidan yang dibutuhkan. Satu porsi smoothie ini mengandung sekitar 300 kalori sehingga Anda perlu meminumnya 2-3 kali dalam sehari.

5. Tambahkan protein

Tentu saja terkadang segelas smoothie tidak cukup memberi energi jika Anda sedang diburu tengat pekerjaan. Tambahkan sumber protein tanpa lemak ke dalam piring Anda, misalnya ikan, ayam tanpa kulit, atau kacang-kacangan.

6. Hindari makanan ini

Selama program detoks ini, hindari makanan yang mengandung gula yang disaring, tepung dan nasi, daging tinggi lemak, susu (kecuali tanpa lemak), serta semua jenis soda dan alkohol.

7. Bergeraklah

Mungkin Anda merasa kurang bertenaga untuk melakukan olahraga dengan intensitas tinggi, tetapi olahraga dengan intensitas rendah sebaiknya tetap dilakukan untuk menjaga sirkulasi darah sehingga proses pengeluaran toksin lebih lancar.

8. Jangan takut gluten

Meski sekarang ini sedang tren pola makan bebas gluten, tetapi Dr.Gerbstadt mengatakan bahwa biji-bijian utuh sebenarnya membantu kita mengeluarkan racun dari tubuh dengan cara menghilangkan kolesterol.

Sumber :
»»  READMORE...

Jumat, 07 Desember 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANEMIA

KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS ANEMIA


I.    PENGERTIAN
“Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan atau jumlah erytrosit lebih rendah dari normal” (Jumiarni, 1992 : 112).
“Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah” (Price, A, Sylvia, 1994 : 232)
“anemia  adalah suatu keadaan sebagai penurunan volume erytrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat” (Nelson, 2000 : 1680)
anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan Hb/ erytrosit dalam darah kurang dari normal. Dikatakan anemia grafis apabila Hb £ 5 gr%. Tingkatan anemia pada anak dibagi menjadi 3 yaitu :
1.    Anemia ringan     :    kadar Hb antara 8 – 10 gr%
2.    Anemia Sedang     :    kadar Hb antara 5 – 8 gr%
3.    Anemia Berat    :    kadar Hb adalah £ 5 gr%
Sedangkan kadar Hb normal :
Laki-laki    :    15 gr% - 18 gr%
Perempuan    :    12 gr% - 16 gr%
Bayi baru lahir    :    18 gr%
Bayi umur 2 tahun    :    11 gr%

II.    ETIOLOGI
Tergantung dari jenis anemianya antara lain :
1.    Anemia Micrositik Hipokrom
a.    Anemia Defisiensi Besi
Disebabkan    :    -    asupan besi dalam makalan kurang
-    perdarahan kronik
-    gangguan absorbsi sedangkan kebutuhan meningkat
-    pada anak-anak karena besi dalam susu dan makanan berkurang

b.     Anemia Penyakit Kronik
Disebabkan    :    -    penyakit-penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, infeksi paru dan lain-lain
-    Infeksi kronik seperti artrisis keumatia dan neoplasma
2.    Anemia Macrositik (Anemia Megaloblastik)
a.    Anemia Defisiensi Vitamin B12
Disebabkan    oleh faktor :
Ø    Intrinsik
Karena gangguan absorbsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun
Ø    Ekstrinsik
Karena kekurangan masukan vitamin B12
b.    Anemia Defisiensi Asam Folat
Disebabkan    :    -    asupan asam folat dalam makanan kurang
-    masa absorbsi asam folat
-    kebutuhan asam folat meningkat
-    eksresi asam folat lebih dalam urine
-    obat-obatan anti konvulsan dan sitostatik tertentu
3.    Anemia karena Perdarahan
Disebabkan    :    -    perdarahan akibat persalinan
-    perdarahan menahun seperti pada penyakit cacingan
-    dan sebagainya
4.    Anemia Hemolitik
Disebabkan 2 faktor :
Ø    Faktor Intrinsik
a.    Kelainan membran seperti sterositosis heriditer.
b.    Kelainan glikolisis seperti defisiensi piruvat kinase.
c.    Kelainan enzim seperti defisiensi GG PD.
d.    Hemoglobinopati seperti anemia sel sabit.
Ø    Faktor Ekstrinsik
a.    Gangguan sistem imun
b.    Mikroargiopati seperti NID
c.    Infeksi seperti akibat plasmodium
d.    Hipersplenisme
e.    Luka bakar
5.    Anemia Aplastik
Disebabkan 2 faktor :
Ø    Faktor Kongenital
Karena kelainan bawaan seperti sindrom fanconi disertai microsefali strabismus, anomali jari.
Ø    Faktor yang didapat :
a.    Bahan kimia, benzene, insektisida, senyawa Pb.
b.    Obat-obatan : kloramfenikal, mesantoin, piri benzamin.
c.    Radiasi
d.    Faktor individu : alergi terhadap obat
e.    Infeksi, keganasan, gangguan endokrin

III.    PATOFISIOLOGI
1.    Anemia Defisiensi Besi
Jika besi yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh kurang dapat menyebabkan pembuluh sel darah merah menurun melalui 3 tingkatan :
a.    Defisiensi besi merupakan permukaan kekurangan Fe dimana cadangan besi dalam tubuh berkurang atau +’ ada, tetapi besi dalam plasma darah normal, Hb dan Ht normal.
b.    Defisiensi besi tanpa anemia yaitu cadangan besi dan besi diit plasma kurang tapi Hb normal.
c.    Anemia defisiensi besi bila cadangan besi dalam plasma dan hemoglobin berkurang dari normal.
2.    Anemia Penyakit Kronis
Penyakit kronis menyebabkan RES hiperaktif, dengan adanya RES yang diperaktif menyebabkan destruksi erytrosit sehingga sel darah merah akan menurun dan menjadi anemia.
3.    Anemia Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Folat
Vitamin B12 dan asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis RNA dan DNA yang penting untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel darah merah karena asupan vitamin B12 dan asam folat berkurang maka proses pematangan sel darah merah terganggu dan jumlah erytrosit menurun.
4.    Anemia karena Perdarahan
Kehilangan darah mendadak akan menyebabkan sel darah merah berkurang, maka dapat terjadi reflek cardiovaskuler yang fisiologis berupa konstruksi arterial, pengurangan aliran darah ke organ vital kehilangan darah mendadak ³ 30% menimbulkan hipovolumia dan hipoksia.
5.    Anemia Hemolitik
Kelainan membran (faktor intrinsik), gangguan imun (faktor ekstrinsik) menyebabkan penghancuran sel darah merah dalam pembuluh darah, sehingga umur erytrosit menjadi pendek, bila sum-sum tulang tidak mampu mengatasi karena usia sel darah merah yang pendek. Dengan usia sel darah merah yang pendek menyebabkan pengurangan jumlah sel darah merah.
6.    Anemia Aplastik
Faktor kongenital dan faktor yang didapat menyebabkan kerusakan pada sum-sum tulang belakang sehingga pembentukan sel hemopoetik (eritropoetik, aranulopoetik, tromboroetik) yang merangsang pematangan sel darah merah terhenti, sehingga sel darah tepi berkurang sehingga menyebabkan sel darah merah mengalami penurunan.
Anemia dapat menyebabkan oksigen dalam jaringan berkurang karena sel darah merah yang berfungsi mengantar oksigen dalam jaringan berkurang, sehingga klien terlihat pucat, cepat lelah, apabila kehilangan darah ³ 30% dengan mendadak menyebabkan hipovolemia dan hapoksemia.
Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui 5 cara :
-    Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena dengan ini dapat menambah pengiriman O2 ke jaringan oleh sel darah merah.
-    Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin.
-    Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan.
-    Redistribusi aliran darah ke organ vital.

IV.    MANIFESTASI KLINIK
Secara umum tanda dari anemia adalah :
-    cepat lelah    -    palpitasi
-    takikardi    -    takipnea pada latihan fisik

1.    Anemia Defisiensi Besi
Manifestasi klinis :
-    cepat lelah
-    takikardi
-    palpitasi
-    takipnea pada latihan fisik
-    perubahan kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah halus
2.    Anemia Penyakit Kronik
Kebanyakan tidak menunjukkan gejala.
3.    Defisiensi ­Vitamin B12 dan Asam Folat
-    anorexia
-    diare
-    dispepsia
-    lidah licin
-    pucat
-    gangguan neurologis dimulai dengan parestesia kemudian gangguan keseimbangan.
Pada kasus berat terjadi perubahan fungsi cerebral, dimensia, dan perubahan neuro psikiatrik lain.
4.    Anemia karena Perdarahan
Ø    Kehilangan darah sebanyak 12 – 15% manifestasi klinis :
-    pucat
-    transpirasi
-    takikardi
-    tekanan darah normal atau turun
Ø    Kehilangan darah 15 – 20%
-    tekanan darah menurun
-    renjatan yang reversibel
Ø    Kehilangan darah ³ 20%
Menimbulkan renjatan irreversibel dan kematian.
5.    Anemia Hemolitik
Gejala bervariasi dari ringan sampai berat.
Klien mengeluh fatigue bersamaan dengan angina atau gagal jantung kongestif. Pada pemeriksaan fisik didapat ikterus dan splenomegali.
6.    Anemia Aplastik
-    pucat
-    lemah, demam
-    purpura dan perdarahan

V.    DIAGNOSIS
Anemia bukan merupakan diagnosa suatu penyakit anemia sel merupakan salah satu gejala dari penyakit. oleh karenanya apabila akan menentukan bahwa seseorang menderita anemia, maka menjadi kewajiban kita untuk menentukan etiologinya. Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi atau berdasarkan klasifikasi kinetik.
Pada klasifikasi morfologi dikenal 3 golongan anemia :
-    Anemia Normokrom
-    Anemia Makrositer
-    Anemia Nomokrom Makrositer

·    Anemia normokrom normositer ditemukan pada anemia hemolisis autoimun, anemia penyakit kronik, anemia penyakit ginjal, sirosis hati dan lain-lain.
·    Anemia Makrositer ditemukan pada anemia perniosa, defisiensi asam folat syndroma malaabsorbsi dan lain-lain.
·    Anemia hipokrom makrositer pada anemia defisiensi besi, hemoglobino pati (Hialasemia)
Sedangkan diagnosa pasti anemia defisiensi besi :
1)    Apabila ditemukan riwayat perdarahan kronis atau apabila kita dapat membuktikan suatu sumber perdarahan.
2)    Secara labolatorik ditemukan adanya anemi yang hipokrom mikrositer.
3)    Kadar Fe serum darah dengan TIBC (Total Iron Binding Capacity) yang meninggi.
4)    Tidak terdapatnya Fe dalam sum-sum tulang.
5)    Adanya respons yang baik terhadap pemberian Fe.


VI.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Anemia Makrositik Hipokram
a.    Anemia Defisiensi Besi
Gambaran laboratorium :
·    Morfologi sel darah merah : hipocrom dan makrositer
·    Besi dalam serum : menurun
·    IBC : meningkat
·    Hemosiderin sum-sum tulang : berkurang
·    Feritin dalam serum : meningkat   
·    Hb : turun
b.    Anemia Penyakit kronis
·    Hb turun
·    Ht turun 25 – 30%
·    Feritin serum : meningkat / normal
·    Leucosit : menurun
2.    Anemia Macrositik
a.    Defisiensi Vitamin B12
·    Hb turun
·    Sel darah merah macrositik
·    Mev ³ 100 mol/ L
·    Neutrofil hipersegmentasi
·    Vitamin B12 menurun : kurang dari 100 pg/ml.
b.    Defisiensi Asam Folat
·    Hb turun
·    Asam folat serum rendah £ 3 mg/ ml
3.    Anemia karena perdarahan
·    Hb turun
·    Test benzindin tinja : positif
·    Besi serum : turun
·    IBC : meningkat
4.    Anemia Hemolitik
·    Ht : turun
·    Retikulositosis
·    Bilirubin indirek : meningkat
·    Bilirubin total : meningkat
·    Erytropoesis : hiperaktif
5.    Anemia Aplastik
·    Adanya pansitopenia
·    Retikulosit menurun £ 1 %
·    Neutrofil £ 500 ml
·    Trombosit £ 20.000/ ml
·    Kepadatan selular sum-sum tulang £ 20%.
»»  READMORE...