Social Icons

Senin, 10 Desember 2012

Satelit China Kejar si Asteroid "Kentang"

Goldstone Radar Image Citra asteroid Toutatis yang diambil teleskop radio Goldstone.

JAKARTA, KOMPAS.com - Asteroid Toutatis yang berbentuk kentang akan mencapai titik terdekat dengan Bumi pada Rabu (12/12/2012). Sementara ilmuwan dari banyak negara hanya mengobservasi, China dengan satelitnya mengejar asteroid ini.

Pengejaran itu bukan sesuatu yang direncana memang. Sementara asteroid mendekat pada 12 Desember 2012, satelit China yang bernama Chang'E 2 akan berada pada titik terdekat pada 13 Desember 2012. Satelit itu nantinya hanya akan berjarak beberapa ratus kilometer dari Toutatis.

Dengan kedekatan posisi satelitnya, China berpeluang memotret Toutatis lebih baik. Pemotretan Toutatis kini sudah dimulai oleh teleskop radio Goldstone. Gambar dengan resolusi 7,5 meter per piksel sudah dihasilkan. Nantinya diharapkan dapat dihasilkan gambar 3,75 meter per piksel.

Emily Lakdalawa, editor senior The Planetary Society dalam tulisannya di situs web planetary.org, Kamis (6/12/2012) menyatakan bahwa Chang'E 2 sebenarnya sudah berhasil memotret Bulan. Namun, untuk memotret Toutastis, tampaknya satelit ini akan menghadapi beberapa kendala.

Chang'E 2 akan melintas di dekat Toutatis dengan kecepatan relatif tinggi, 11 km per detik. Dengan kata lain, jarak untuk memotret asteroid ini akan berubah sangat cepat. Perlu usaha keras agar Chang'E 2 dapat mengambil gambar asteroid berbentuk kentang itu.

"Kalaupun berhasil, Chang'E mungkin hanya akan mendapat dua gambar, saat mendekat dan mulai menjauhi," kata Lakdalawa. Kualitas gambar takkan lebih baik dari citra radar, namun Toutatis tetap dapat diidentifikasi dari bentuknya.

China menghadapi tantangan berat untuk mencitrakan asteroid ini. Salah satu faktornya karena negara itu baru saja memulai misi antariksanya. Namun, harapan tetap ada. Orbit Toutatis telah diketahui.

Bentuk Kentang

Asteroid Toutatis unik karena bentuknya. Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo mengatakan, asteroid ini mengejutkan ilmuwan saat pertama dicitrakan oleh teleskop radio Goldstone pada tahun 1992. Asteroid ini seperti dua batu besar yang direkatkan tak sempurna.

"Bentuk ini tentu amat mengejutkan mengingat dalam imajinasi sebelumnya, Toutatis, dan juga asteroid pada umumnya, dianggap berbentuk mirip dengan bola dengan wajah penuh bopeng," urainya.

Dalam observasi yang terus dilakukan ilmuwan, ternyata Toutatis bukan satu-satunya. ada asteroid lain dengan bentuk mirip, misalnya asteroid Kleopatra dan Itokawa serta inti komet Borrely dan Hartley 2.

Ma'rufin menguraikan, Toutatis memiliki bentuk seperti kentang karena diduga berasal dari gabungan 2 asteroid. Dua asteroid memiliki orbit berbeda namun berpotongan. Kurang lebih 100 juta tahun lalu, keduanya bertemu dan membentuk Toutatis.

Penggabungan sendiri bisa terjadi sebab kecepatan gerak keduanya relatif kecil. Jika keduanya bergerak dengan kecepatan tinggi, maka bukan penggabungan yang terjadi, tetapi kehancuran. Benar tidaknya teori itu bisa diuji dengan pengamatan asteroid dua hari mendatang.

Asteroid Toutatis mendekati Bumi setiap 4 tahun sekali. Saat titik terdekat nanti, asteroid ini hanya berjarak 6,95 juta km dari Bumi. Satelit ini tak berpotensi menumbuk Bumi. Jadi, kedekatan jarak tak akan menimbulkan dampak apapun.
»»  READMORE...

Minggu, 09 Desember 2012

8 Cara Detoks Tanpa Kelaparan

shutterstock


Kompas.com - Kebiasaan mengasup berbagai makanan "enak" tetapi kurang sehat perlu diimbangi dengan pembersihan alias detoksifikasi beberapa kali dalam setahun.

Ahli gizi Christine Gerbsatdt, penulis buku The Doctor's Detox Diet memberikan cara lebih sehat dan efektif untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh sebagai berikut:

1. Perbanyak cairan
Air akan membersihkan sistem tubuh dengan menjaga ginjal, liver, usus, dan limfa bekerja dengan baik. Minumlah air sebanyak dua liter setiap hari ditambah satu atau dua cangkir teh. Ada cara untuk mengetahui apakah kita sudah cukup mengonsumsi cairan, yakni jika kita bisa buang air kecil tiap beberapa jam sekali dan warna urin tidak pekat.

2. Kurangi kalori

Bila biasanya Anda mengonsumsi sekitar 1.800 kalori, kali ini kurangi sedikit menjadi sekitar 1.400 - 1.600 kalori. Meski dikurangi tetapi tubuh tetap berenergi. Jika Anda menguranginya sampai 1.200 kalori tubuh akan mulai membakar otot bukannya lemak. Selain itu kita juga beresiko kekurangan vitamin.

3. Mulai dengan sarapan sehat

Banyak orang merasa tak punya waktu untuk sarapan.  Padahal melewatkan sarapan bisa membuat kita kelaparan sepanjang hari. Pilih menu sarapan yang sehat seperti oatmeal, roti gandum, atau telur orak-arik.

4. Perbanyak sayuran

Untuk makan siang dan makan malam, konsumsi smoothie sayuran. Blender beberapa jenis sayuran sekaligus ditambah buah untuk mendapatkan sedikit rasa manis dan protein (putih telur, tahu, atau yogurt plain). Kombinasi ini akan memberikan Anda vitamin, mineral, fitokemikal, dan antioksidan yang dibutuhkan. Satu porsi smoothie ini mengandung sekitar 300 kalori sehingga Anda perlu meminumnya 2-3 kali dalam sehari.

5. Tambahkan protein

Tentu saja terkadang segelas smoothie tidak cukup memberi energi jika Anda sedang diburu tengat pekerjaan. Tambahkan sumber protein tanpa lemak ke dalam piring Anda, misalnya ikan, ayam tanpa kulit, atau kacang-kacangan.

6. Hindari makanan ini

Selama program detoks ini, hindari makanan yang mengandung gula yang disaring, tepung dan nasi, daging tinggi lemak, susu (kecuali tanpa lemak), serta semua jenis soda dan alkohol.

7. Bergeraklah

Mungkin Anda merasa kurang bertenaga untuk melakukan olahraga dengan intensitas tinggi, tetapi olahraga dengan intensitas rendah sebaiknya tetap dilakukan untuk menjaga sirkulasi darah sehingga proses pengeluaran toksin lebih lancar.

8. Jangan takut gluten

Meski sekarang ini sedang tren pola makan bebas gluten, tetapi Dr.Gerbstadt mengatakan bahwa biji-bijian utuh sebenarnya membantu kita mengeluarkan racun dari tubuh dengan cara menghilangkan kolesterol.

Sumber :
»»  READMORE...

Jumat, 07 Desember 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANEMIA

KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS ANEMIA


I.    PENGERTIAN
“Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan atau jumlah erytrosit lebih rendah dari normal” (Jumiarni, 1992 : 112).
“Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah” (Price, A, Sylvia, 1994 : 232)
“anemia  adalah suatu keadaan sebagai penurunan volume erytrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat” (Nelson, 2000 : 1680)
anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan Hb/ erytrosit dalam darah kurang dari normal. Dikatakan anemia grafis apabila Hb £ 5 gr%. Tingkatan anemia pada anak dibagi menjadi 3 yaitu :
1.    Anemia ringan     :    kadar Hb antara 8 – 10 gr%
2.    Anemia Sedang     :    kadar Hb antara 5 – 8 gr%
3.    Anemia Berat    :    kadar Hb adalah £ 5 gr%
Sedangkan kadar Hb normal :
Laki-laki    :    15 gr% - 18 gr%
Perempuan    :    12 gr% - 16 gr%
Bayi baru lahir    :    18 gr%
Bayi umur 2 tahun    :    11 gr%

II.    ETIOLOGI
Tergantung dari jenis anemianya antara lain :
1.    Anemia Micrositik Hipokrom
a.    Anemia Defisiensi Besi
Disebabkan    :    -    asupan besi dalam makalan kurang
-    perdarahan kronik
-    gangguan absorbsi sedangkan kebutuhan meningkat
-    pada anak-anak karena besi dalam susu dan makanan berkurang

b.     Anemia Penyakit Kronik
Disebabkan    :    -    penyakit-penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, infeksi paru dan lain-lain
-    Infeksi kronik seperti artrisis keumatia dan neoplasma
2.    Anemia Macrositik (Anemia Megaloblastik)
a.    Anemia Defisiensi Vitamin B12
Disebabkan    oleh faktor :
Ø    Intrinsik
Karena gangguan absorbsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun
Ø    Ekstrinsik
Karena kekurangan masukan vitamin B12
b.    Anemia Defisiensi Asam Folat
Disebabkan    :    -    asupan asam folat dalam makanan kurang
-    masa absorbsi asam folat
-    kebutuhan asam folat meningkat
-    eksresi asam folat lebih dalam urine
-    obat-obatan anti konvulsan dan sitostatik tertentu
3.    Anemia karena Perdarahan
Disebabkan    :    -    perdarahan akibat persalinan
-    perdarahan menahun seperti pada penyakit cacingan
-    dan sebagainya
4.    Anemia Hemolitik
Disebabkan 2 faktor :
Ø    Faktor Intrinsik
a.    Kelainan membran seperti sterositosis heriditer.
b.    Kelainan glikolisis seperti defisiensi piruvat kinase.
c.    Kelainan enzim seperti defisiensi GG PD.
d.    Hemoglobinopati seperti anemia sel sabit.
Ø    Faktor Ekstrinsik
a.    Gangguan sistem imun
b.    Mikroargiopati seperti NID
c.    Infeksi seperti akibat plasmodium
d.    Hipersplenisme
e.    Luka bakar
5.    Anemia Aplastik
Disebabkan 2 faktor :
Ø    Faktor Kongenital
Karena kelainan bawaan seperti sindrom fanconi disertai microsefali strabismus, anomali jari.
Ø    Faktor yang didapat :
a.    Bahan kimia, benzene, insektisida, senyawa Pb.
b.    Obat-obatan : kloramfenikal, mesantoin, piri benzamin.
c.    Radiasi
d.    Faktor individu : alergi terhadap obat
e.    Infeksi, keganasan, gangguan endokrin

III.    PATOFISIOLOGI
1.    Anemia Defisiensi Besi
Jika besi yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh kurang dapat menyebabkan pembuluh sel darah merah menurun melalui 3 tingkatan :
a.    Defisiensi besi merupakan permukaan kekurangan Fe dimana cadangan besi dalam tubuh berkurang atau +’ ada, tetapi besi dalam plasma darah normal, Hb dan Ht normal.
b.    Defisiensi besi tanpa anemia yaitu cadangan besi dan besi diit plasma kurang tapi Hb normal.
c.    Anemia defisiensi besi bila cadangan besi dalam plasma dan hemoglobin berkurang dari normal.
2.    Anemia Penyakit Kronis
Penyakit kronis menyebabkan RES hiperaktif, dengan adanya RES yang diperaktif menyebabkan destruksi erytrosit sehingga sel darah merah akan menurun dan menjadi anemia.
3.    Anemia Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Folat
Vitamin B12 dan asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis RNA dan DNA yang penting untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel darah merah karena asupan vitamin B12 dan asam folat berkurang maka proses pematangan sel darah merah terganggu dan jumlah erytrosit menurun.
4.    Anemia karena Perdarahan
Kehilangan darah mendadak akan menyebabkan sel darah merah berkurang, maka dapat terjadi reflek cardiovaskuler yang fisiologis berupa konstruksi arterial, pengurangan aliran darah ke organ vital kehilangan darah mendadak ³ 30% menimbulkan hipovolumia dan hipoksia.
5.    Anemia Hemolitik
Kelainan membran (faktor intrinsik), gangguan imun (faktor ekstrinsik) menyebabkan penghancuran sel darah merah dalam pembuluh darah, sehingga umur erytrosit menjadi pendek, bila sum-sum tulang tidak mampu mengatasi karena usia sel darah merah yang pendek. Dengan usia sel darah merah yang pendek menyebabkan pengurangan jumlah sel darah merah.
6.    Anemia Aplastik
Faktor kongenital dan faktor yang didapat menyebabkan kerusakan pada sum-sum tulang belakang sehingga pembentukan sel hemopoetik (eritropoetik, aranulopoetik, tromboroetik) yang merangsang pematangan sel darah merah terhenti, sehingga sel darah tepi berkurang sehingga menyebabkan sel darah merah mengalami penurunan.
Anemia dapat menyebabkan oksigen dalam jaringan berkurang karena sel darah merah yang berfungsi mengantar oksigen dalam jaringan berkurang, sehingga klien terlihat pucat, cepat lelah, apabila kehilangan darah ³ 30% dengan mendadak menyebabkan hipovolemia dan hapoksemia.
Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui 5 cara :
-    Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena dengan ini dapat menambah pengiriman O2 ke jaringan oleh sel darah merah.
-    Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin.
-    Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan.
-    Redistribusi aliran darah ke organ vital.

IV.    MANIFESTASI KLINIK
Secara umum tanda dari anemia adalah :
-    cepat lelah    -    palpitasi
-    takikardi    -    takipnea pada latihan fisik

1.    Anemia Defisiensi Besi
Manifestasi klinis :
-    cepat lelah
-    takikardi
-    palpitasi
-    takipnea pada latihan fisik
-    perubahan kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah halus
2.    Anemia Penyakit Kronik
Kebanyakan tidak menunjukkan gejala.
3.    Defisiensi ­Vitamin B12 dan Asam Folat
-    anorexia
-    diare
-    dispepsia
-    lidah licin
-    pucat
-    gangguan neurologis dimulai dengan parestesia kemudian gangguan keseimbangan.
Pada kasus berat terjadi perubahan fungsi cerebral, dimensia, dan perubahan neuro psikiatrik lain.
4.    Anemia karena Perdarahan
Ø    Kehilangan darah sebanyak 12 – 15% manifestasi klinis :
-    pucat
-    transpirasi
-    takikardi
-    tekanan darah normal atau turun
Ø    Kehilangan darah 15 – 20%
-    tekanan darah menurun
-    renjatan yang reversibel
Ø    Kehilangan darah ³ 20%
Menimbulkan renjatan irreversibel dan kematian.
5.    Anemia Hemolitik
Gejala bervariasi dari ringan sampai berat.
Klien mengeluh fatigue bersamaan dengan angina atau gagal jantung kongestif. Pada pemeriksaan fisik didapat ikterus dan splenomegali.
6.    Anemia Aplastik
-    pucat
-    lemah, demam
-    purpura dan perdarahan

V.    DIAGNOSIS
Anemia bukan merupakan diagnosa suatu penyakit anemia sel merupakan salah satu gejala dari penyakit. oleh karenanya apabila akan menentukan bahwa seseorang menderita anemia, maka menjadi kewajiban kita untuk menentukan etiologinya. Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi atau berdasarkan klasifikasi kinetik.
Pada klasifikasi morfologi dikenal 3 golongan anemia :
-    Anemia Normokrom
-    Anemia Makrositer
-    Anemia Nomokrom Makrositer

·    Anemia normokrom normositer ditemukan pada anemia hemolisis autoimun, anemia penyakit kronik, anemia penyakit ginjal, sirosis hati dan lain-lain.
·    Anemia Makrositer ditemukan pada anemia perniosa, defisiensi asam folat syndroma malaabsorbsi dan lain-lain.
·    Anemia hipokrom makrositer pada anemia defisiensi besi, hemoglobino pati (Hialasemia)
Sedangkan diagnosa pasti anemia defisiensi besi :
1)    Apabila ditemukan riwayat perdarahan kronis atau apabila kita dapat membuktikan suatu sumber perdarahan.
2)    Secara labolatorik ditemukan adanya anemi yang hipokrom mikrositer.
3)    Kadar Fe serum darah dengan TIBC (Total Iron Binding Capacity) yang meninggi.
4)    Tidak terdapatnya Fe dalam sum-sum tulang.
5)    Adanya respons yang baik terhadap pemberian Fe.


VI.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Anemia Makrositik Hipokram
a.    Anemia Defisiensi Besi
Gambaran laboratorium :
·    Morfologi sel darah merah : hipocrom dan makrositer
·    Besi dalam serum : menurun
·    IBC : meningkat
·    Hemosiderin sum-sum tulang : berkurang
·    Feritin dalam serum : meningkat   
·    Hb : turun
b.    Anemia Penyakit kronis
·    Hb turun
·    Ht turun 25 – 30%
·    Feritin serum : meningkat / normal
·    Leucosit : menurun
2.    Anemia Macrositik
a.    Defisiensi Vitamin B12
·    Hb turun
·    Sel darah merah macrositik
·    Mev ³ 100 mol/ L
·    Neutrofil hipersegmentasi
·    Vitamin B12 menurun : kurang dari 100 pg/ml.
b.    Defisiensi Asam Folat
·    Hb turun
·    Asam folat serum rendah £ 3 mg/ ml
3.    Anemia karena perdarahan
·    Hb turun
·    Test benzindin tinja : positif
·    Besi serum : turun
·    IBC : meningkat
4.    Anemia Hemolitik
·    Ht : turun
·    Retikulositosis
·    Bilirubin indirek : meningkat
·    Bilirubin total : meningkat
·    Erytropoesis : hiperaktif
5.    Anemia Aplastik
·    Adanya pansitopenia
·    Retikulosit menurun £ 1 %
·    Neutrofil £ 500 ml
·    Trombosit £ 20.000/ ml
·    Kepadatan selular sum-sum tulang £ 20%.
»»  READMORE...

askep amputasi 2

KONSEP DASAR


A.    PENGERTIAN
        Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap. (R.     Sjamsudiat dan Wim de jong, 1997 : 1288)
        Amputasi adalah pemisahan anggota badan atau bagian lain dengan     pembedahan. (H.T. Laksman, 2000 : 13)
        Amputasi merujuk pada pengangkatan semua atau sebagian     ekstremitas. (Barbara Engram, 1999 : 343)
    Ada 2 jenis amputasi , yaitu :
1.    Amputasi terbuka (guillotine)
Amputasi ini dilakukan atas indikasi enfeksi berat, meliputi pemotongan tulang dan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah dikauterisasi dan luka dibiarkan terbuka, diberi balutan besar. Untuk mencegah retraksi kulit, diberikan skin traction.
2.    Amputasi tertutup
    Luka ditutup dengan flap kulit sesuai dengan bentuk puntung.

B.    ETIOLOGI
        Amputasi dapat terjadi dengan sendirinya karena proses patologi,     misal pada     gangren, penyakit kusta, trauma dan kelainan bawaan.
    Amputasi dapat pula dikerjakan atas indikasi , yaitu :
1)    Medis
a.    Ruda paksa yang menyebabkan hancurnya sebagian atau seluruh anggota tubuh untuk menyelamatkan jiwa.
b.    Karena penyakit, agar jaringan yang masih baik dapat dimanfaatkan.
2)    Hukuman
Amputasi dilakukan sebagai hukuman atas tindak kejahatan.

C.    BATAS AMPUTASI
    Batas amputasi ditentukan oleh luas dan jenis penyakit.
1.    Pada cedera, ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat.
2.    Pada tumor, ditentukan oleh daerah bebas tumor dan bebas resiko kekambuhan lokal.
3.    Pada  penyakit pembuluh darah, ditentukan oleh vaskularisasi sisa ekstremitas dan daya sembuh luka puntung.

        Pada ekstremitas atas, tidak dipakai batas amputasi tertentu,     sedangkan pada     ekstremitas bawah lazim dipakai “ Batas Amputasi     Klasik “.
1.    Eksartikulasi jari kaki.
2.    Transmetatarsal.
3.    Artikulasi pergelangan kaki ( Amputasi Syme ).
4.    Tungkai bawah (batas amputasi ideal).
5.    Tungkai bawah batas amputasi minimal.
6.    Eksartikulasi lutut.
7.    Tungkai atas (jarak minimal dari sela lutut).
8.    Tungkai atas batas amputasi yang lazim dipakai.
9.    Tungkai atas batas amputasi minimal.
10.    Eksartikulasi tungkai.
11.    Hemipelvektomi.


    Batas amputasi klasik.
    Penilaian batas amputasi :
1.    Jari dan kaki
        Pada amputasi jari tangan dan kaki penting untuk mempertahankan     falanx     dasar. Amputasi transmetatarsal memberi puntung yang baik.     Amputasi di     sendi tarso-metatarsus lisfranc mengakibatkan per     ekuinus dengan     pembebanan berlebih pada kulit ujung puntung yang     sukar ditanggulangi.
2.    Proksimal sendi pergelangan kaki
        Amputasi transmaleolar baik sekali bila kulit tumit utuh dan sehat     sehingga dapat menutup ujung puntung.
3.    Tungkai bawah
        Panjang puntung tungkai bawah paling baik antara 12 dan 18 cm dari     sendi lutut, tergantung keadaan setempat, usia penderita dan tinggi     badan.     Bila     jarak dari sendi lutut kurang dari 5 cm, protesis     mustahil dapat     dikendalikan.
4.    Eksartikulasi kulit
    Eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang baik sekali. Amputasi ini dapat dilakukan pada penderita geriatrik.
5.    Tungkai atas
    Puntung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10cm dibawah sendi panggul, karena bisa menyebabkan kontraktur fleksi-abduksi-eksorotasi. Puntung juga tidak boleh kurang dari 10 cm diatas sendi lutut karena ujung puntung sepanjang ini sukar dibebani. Eksartikulasi dapat menahan pembebanan.
6.    Sendi panggul dan hemipelvektomi
    Eksartikulasi sendi panggul kadang dilakukan pada tumor ganas. Protesis akan lebih sukar dipasang. Protesis untuk hemipelvektomi tersedia, tetapi memerlukan kemauan dan motivasi kuat dari penderita.
7.    Tangan
    Amputasi parsial jari atau tangan harus sehemat mungkin setiap jari dengan sensitibilitas kulit dan lingkup gerak utuh berguna sekali sebab dapat digunakan untuk fungsi menggenggam atau fungi oposisi ibu jari.
8.    Pergelangan tangan
    Dipertahankan fungsi pronasi dan supinasinya. Tangan mioelektrik maupun kosmetik dapat dipakai tanpa kesulitan.
9.    Lengan bawah
    Batas amputasi di pertengahan lengan bawah paling baik untuk memasang protesis. Puntung harus sekurang-kurangnya distal insersi M. Biseps dan M. Brakhialis untuk fleksi siku.
10.    Siku dan lengan atas
        Ekssartikulasi siku mempunyai keuntungan karena protesis dapat     dipasang tanpa fiksasi sekitar bahu.
     Pada amputasi di diafisis humerus, protesis harus dipertahankan     dengan ikatan dan fiksasi pada bahu.
    Eksartikulasi bahu dan amputasi intertorakoskapular , yang merupakan     amputasi termausk gelang bahu, ditangani dengan protesis yang     biasanya hanya merupakan protesis kosmetik.


D.     KOMPLIKASI
    Komplikasi pasca operasi utama adalah infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli lemak dan sensasi phantom limb.
    Masalah nyeri phantom kadang sukar diatasi. Setelah amputasi selalu terdapat perasaan bagian ekstremitas yang hilang masih ada, dan setiap penderita akan mengalaminya. Sebagian penderita merasa terganggu sedangkan sebagian lagi merasakannya sebagai nyeri.
    Rasional untuk fenomema ini tak jelas, tetapi diyakini berhubungan dengan inflamasi potongan ujung saraf. Meskipun jarang, sensasi phantom limb dapat menjadi kronis, masalah berat yang memerlukan intervensi lebih agresif seperti blok saraf, psikoterapi, terapi obat, stimulasi saraf listrik, atau eksisi neuroma.























KONSEP KEPERAWATAN


A.     Pra Operasi
    1. Pengkajian
a.     Monitor status neurovaskuler kedua ekstremitas.
b.     Observasi daerah yang akan dibedah.
c.     Observasi tanda vital.
d.     Kaji perasaan dan pengetahuan tentang amputasi dan dampaknya pada gaya hidup.
e.     Diskusikan dengan klien tentang perubahan body image yang akan terjadi, tentang kehilangan dan berduka.
    2. Diagnosa Keperawatan dan Perencanaannya.
a.     Nyeri berhubungan dengan proses penyakit, cedera.
    Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang dengan kriteria : skala nyeri       0-3, ekspresi wajah tenang, tidak gelisah, vital sign normal.
    Tindakan :
1)    Kaji nyeri klien (kualitas, daerah/area, keparahan dengan skala nyeri, waktu).
2)    Berikan tindakan penghilang nyeri.
-    Ajarkan teknik relaksasi.
-    Teknik pengalihan perhatian.
3)    Berikan kesempatan pada klien untuk istirahat.
4)    Berikan posisi nyaman.
5)    Kolaborasi pemberian pereda nyeri optimal.
b.    Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang prosedur pembedahan.
    Tujuan : Ansietas berkurang sampai hilang dengan kriteria : klien     melaporkan ansietas berkurang / hilang , klien memahami tentang     prosedur pembedahan, klien tenang.
    Tindakan :
1)    Berikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa takut dan cemasnya.
2)    Bantu klien untuk mengungkapkan perasaanya pada orang terdekat.
3)    Kurangi stimulus yang berlebihan , misal : kurangi kontak dengan orang lain.
4)    Berikan ketentraman hati dengan menunjukkan sikap tenang, empati dan mensuplai koping yang efektif dari klien.
5)    Anjurkan klien untuk melatih kekuatan otot.
-    Latihan berjalan.
-    Latihan lengan dengan trapeze.
-    Latihan kontraksi gluteal.
-    Latihan otot quadriceps.
6)    Dukung dokter agar bersedian menjelaskan prosedur operasi dan sensasi phantom limb pada post operasi.
7)    Kolaborasi pemebrian obat bila ada indikasi.

B.     POST OPERASI
    1. Pengkajian
a.     Kaji nyeri (sensai phantom limb).
b.    Kaji vital sign (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).
c.     Kaji tipe balutan dan plester penekan.
d.     Kaji jumlah perdarahan, warna pada drainage, ada atau tidaknya drainage.
e.     Kaji posisi stump.
f.     Kaji infeksi jaringan, kontraktur dan deformitas abduksi.
    2. Diagnosa Keperawatan dan Perencanaannya.
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan / hemoragi pasca operasi.
    Tujuan : Tidak kekurangan volume cairan dengan kriteria hasil : vital     sign normal, tidak ada tanda dan gejala dehidrasi.
    Tindakan :
1)    Monitor TTV (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).
2)    Kaji intake dan output cairan.
3)    Kaji pasien selama 24 jam pertama periode pasca operaaaasi untuk indikator perdarahan dan ancaman syok.
4)    Inspeksi balutan bedah untuk melihat perdarahan.
5)    Monitor jumlah dan karakter drainage.
6)    Kolaborasi pemberian cairan parenteral.

b.     Nyeri berhubungan dengan sensasi fantom limb, insisi bedah sekunder terhadap amputasi.
    Tujuan : Nyeri berhubungan dengan kriteria hasil skala nyeri 0-3,     ekspresi     wajah rileks, tidak merintih, vital sign normal.
1)    Jelaskan pada klien bahwa sensasi ini sering timbul dari bagian yang diamputasi.
2)    Kaji tingkat nyeri (kualitas, daerah/area, keparahan dengan skala nyeri, waktu).
3)    Ajarkan teknik relaksasi.
4)    Berikan posisi nyaman.
5)    Kolaborasi pemberian pereda nyeri optimal.
c.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan ekstremitas.
    Tujuan : konsep diri positif dengan kriteria pasien menerima     perubahan     fisik.
    Tindakan :
1)    Dorong klien untuk melihat dan menyentuh puntung serta mengekspresikan perasaannya tentang amputasi.
2)    Tunjukkan sikap penerimaan dan empati pada klien.
3)    Libatkan klien dalam perawatan , misal : pada penggantian pakaian.
4)    Kolaborasi dengan psikolog.
d.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan cara berdiri sekunder terhadap amputasi ekstremitas bawah.
    Tujuan : Mobilitas fisik normal dengan kriteria hasil klien dapat     menunjukkan penggunaan teknik penguatan otot, untuk meningkatkan     mobilisasi.
    Tindakan :
1)    Beritahu klien tentang kesulitan dalam adaptasi cara berdiri akibat amputasi.
2)    Beritahu klien tentang cara mencegah perubahan, cara berdiri dengan penguatan otot gluteus dan abdomen saat berdiri.
3)    Sebelum ambulasi, pastikan ekstremitas atas klien mempunyai kekuatan yang diperlukan untuk alat bantu.
4)    Diskusikan dan demonstrasikan cara menggunakan alat bantu.
5)    Bantu klien untuk menggunakan alat bantu.

DAFTAR PUSTAKA


Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.

Engram, Barbara. (1990). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta : EGC

R. Sjamsuhidayat dan Wim de jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Swearingan, Pamela. L (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

KONSEP DASAR


A.    PENGERTIAN
        Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap. (R.     Sjamsudiat dan Wim de jong, 1997 : 1288)
        Amputasi adalah pemisahan anggota badan atau bagian lain dengan     pembedahan. (H.T. Laksman, 2000 : 13)
        Amputasi merujuk pada pengangkatan semua atau sebagian     ekstremitas. (Barbara Engram, 1999 : 343)
    Ada 2 jenis amputasi , yaitu :
1.    Amputasi terbuka (guillotine)
Amputasi ini dilakukan atas indikasi enfeksi berat, meliputi pemotongan tulang dan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah dikauterisasi dan luka dibiarkan terbuka, diberi balutan besar. Untuk mencegah retraksi kulit, diberikan skin traction.
2.    Amputasi tertutup
    Luka ditutup dengan flap kulit sesuai dengan bentuk puntung.

B.    ETIOLOGI
        Amputasi dapat terjadi dengan sendirinya karena proses patologi,     misal pada     gangren, penyakit kusta, trauma dan kelainan bawaan.
    Amputasi dapat pula dikerjakan atas indikasi , yaitu :
1)    Medis
a.    Ruda paksa yang menyebabkan hancurnya sebagian atau seluruh anggota tubuh untuk menyelamatkan jiwa.
b.    Karena penyakit, agar jaringan yang masih baik dapat dimanfaatkan.
2)    Hukuman
Amputasi dilakukan sebagai hukuman atas tindak kejahatan.

C.    BATAS AMPUTASI
    Batas amputasi ditentukan oleh luas dan jenis penyakit.
1.    Pada cedera, ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat.
2.    Pada tumor, ditentukan oleh daerah bebas tumor dan bebas resiko kekambuhan lokal.
3.    Pada  penyakit pembuluh darah, ditentukan oleh vaskularisasi sisa ekstremitas dan daya sembuh luka puntung.

        Pada ekstremitas atas, tidak dipakai batas amputasi tertentu,     sedangkan pada     ekstremitas bawah lazim dipakai “ Batas Amputasi     Klasik “.
1.    Eksartikulasi jari kaki.
2.    Transmetatarsal.
3.    Artikulasi pergelangan kaki ( Amputasi Syme ).
4.    Tungkai bawah (batas amputasi ideal).
5.    Tungkai bawah batas amputasi minimal.
6.    Eksartikulasi lutut.
7.    Tungkai atas (jarak minimal dari sela lutut).
8.    Tungkai atas batas amputasi yang lazim dipakai.
9.    Tungkai atas batas amputasi minimal.
10.    Eksartikulasi tungkai.
11.    Hemipelvektomi.


    Batas amputasi klasik.
    Penilaian batas amputasi :
1.    Jari dan kaki
        Pada amputasi jari tangan dan kaki penting untuk mempertahankan     falanx     dasar. Amputasi transmetatarsal memberi puntung yang baik.     Amputasi di     sendi tarso-metatarsus lisfranc mengakibatkan per     ekuinus dengan     pembebanan berlebih pada kulit ujung puntung yang     sukar ditanggulangi.
2.    Proksimal sendi pergelangan kaki
        Amputasi transmaleolar baik sekali bila kulit tumit utuh dan sehat     sehingga dapat menutup ujung puntung.
3.    Tungkai bawah
        Panjang puntung tungkai bawah paling baik antara 12 dan 18 cm dari     sendi lutut, tergantung keadaan setempat, usia penderita dan tinggi     badan.     Bila     jarak dari sendi lutut kurang dari 5 cm, protesis     mustahil dapat     dikendalikan.
4.    Eksartikulasi kulit
    Eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang baik sekali. Amputasi ini dapat dilakukan pada penderita geriatrik.
5.    Tungkai atas
    Puntung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10cm dibawah sendi panggul, karena bisa menyebabkan kontraktur fleksi-abduksi-eksorotasi. Puntung juga tidak boleh kurang dari 10 cm diatas sendi lutut karena ujung puntung sepanjang ini sukar dibebani. Eksartikulasi dapat menahan pembebanan.
6.    Sendi panggul dan hemipelvektomi
    Eksartikulasi sendi panggul kadang dilakukan pada tumor ganas. Protesis akan lebih sukar dipasang. Protesis untuk hemipelvektomi tersedia, tetapi memerlukan kemauan dan motivasi kuat dari penderita.
7.    Tangan
    Amputasi parsial jari atau tangan harus sehemat mungkin setiap jari dengan sensitibilitas kulit dan lingkup gerak utuh berguna sekali sebab dapat digunakan untuk fungsi menggenggam atau fungi oposisi ibu jari.
8.    Pergelangan tangan
    Dipertahankan fungsi pronasi dan supinasinya. Tangan mioelektrik maupun kosmetik dapat dipakai tanpa kesulitan.
9.    Lengan bawah
    Batas amputasi di pertengahan lengan bawah paling baik untuk memasang protesis. Puntung harus sekurang-kurangnya distal insersi M. Biseps dan M. Brakhialis untuk fleksi siku.
10.    Siku dan lengan atas
        Ekssartikulasi siku mempunyai keuntungan karena protesis dapat     dipasang tanpa fiksasi sekitar bahu.
     Pada amputasi di diafisis humerus, protesis harus dipertahankan     dengan ikatan dan fiksasi pada bahu.
    Eksartikulasi bahu dan amputasi intertorakoskapular , yang merupakan     amputasi termausk gelang bahu, ditangani dengan protesis yang     biasanya hanya merupakan protesis kosmetik.


D.     KOMPLIKASI
    Komplikasi pasca operasi utama adalah infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli lemak dan sensasi phantom limb.
    Masalah nyeri phantom kadang sukar diatasi. Setelah amputasi selalu terdapat perasaan bagian ekstremitas yang hilang masih ada, dan setiap penderita akan mengalaminya. Sebagian penderita merasa terganggu sedangkan sebagian lagi merasakannya sebagai nyeri.
    Rasional untuk fenomema ini tak jelas, tetapi diyakini berhubungan dengan inflamasi potongan ujung saraf. Meskipun jarang, sensasi phantom limb dapat menjadi kronis, masalah berat yang memerlukan intervensi lebih agresif seperti blok saraf, psikoterapi, terapi obat, stimulasi saraf listrik, atau eksisi neuroma.























KONSEP KEPERAWATAN


A.     Pra Operasi
    1. Pengkajian
a.     Monitor status neurovaskuler kedua ekstremitas.
b.     Observasi daerah yang akan dibedah.
c.     Observasi tanda vital.
d.     Kaji perasaan dan pengetahuan tentang amputasi dan dampaknya pada gaya hidup.
e.     Diskusikan dengan klien tentang perubahan body image yang akan terjadi, tentang kehilangan dan berduka.
    2. Diagnosa Keperawatan dan Perencanaannya.
a.     Nyeri berhubungan dengan proses penyakit, cedera.
    Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang dengan kriteria : skala nyeri       0-3, ekspresi wajah tenang, tidak gelisah, vital sign normal.
    Tindakan :
1)    Kaji nyeri klien (kualitas, daerah/area, keparahan dengan skala nyeri, waktu).
2)    Berikan tindakan penghilang nyeri.
-    Ajarkan teknik relaksasi.
-    Teknik pengalihan perhatian.
3)    Berikan kesempatan pada klien untuk istirahat.
4)    Berikan posisi nyaman.
5)    Kolaborasi pemberian pereda nyeri optimal.
b.    Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang prosedur pembedahan.
    Tujuan : Ansietas berkurang sampai hilang dengan kriteria : klien     melaporkan ansietas berkurang / hilang , klien memahami tentang     prosedur pembedahan, klien tenang.
    Tindakan :
1)    Berikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa takut dan cemasnya.
2)    Bantu klien untuk mengungkapkan perasaanya pada orang terdekat.
3)    Kurangi stimulus yang berlebihan , misal : kurangi kontak dengan orang lain.
4)    Berikan ketentraman hati dengan menunjukkan sikap tenang, empati dan mensuplai koping yang efektif dari klien.
5)    Anjurkan klien untuk melatih kekuatan otot.
-    Latihan berjalan.
-    Latihan lengan dengan trapeze.
-    Latihan kontraksi gluteal.
-    Latihan otot quadriceps.
6)    Dukung dokter agar bersedian menjelaskan prosedur operasi dan sensasi phantom limb pada post operasi.
7)    Kolaborasi pemebrian obat bila ada indikasi.

B.     POST OPERASI
    1. Pengkajian
a.     Kaji nyeri (sensai phantom limb).
b.    Kaji vital sign (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).
c.     Kaji tipe balutan dan plester penekan.
d.     Kaji jumlah perdarahan, warna pada drainage, ada atau tidaknya drainage.
e.     Kaji posisi stump.
f.     Kaji infeksi jaringan, kontraktur dan deformitas abduksi.
    2. Diagnosa Keperawatan dan Perencanaannya.
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan / hemoragi pasca operasi.
    Tujuan : Tidak kekurangan volume cairan dengan kriteria hasil : vital     sign normal, tidak ada tanda dan gejala dehidrasi.
    Tindakan :
1)    Monitor TTV (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).
2)    Kaji intake dan output cairan.
3)    Kaji pasien selama 24 jam pertama periode pasca operaaaasi untuk indikator perdarahan dan ancaman syok.
4)    Inspeksi balutan bedah untuk melihat perdarahan.
5)    Monitor jumlah dan karakter drainage.
6)    Kolaborasi pemberian cairan parenteral.

b.     Nyeri berhubungan dengan sensasi fantom limb, insisi bedah sekunder terhadap amputasi.
    Tujuan : Nyeri berhubungan dengan kriteria hasil skala nyeri 0-3,     ekspresi     wajah rileks, tidak merintih, vital sign normal.
1)    Jelaskan pada klien bahwa sensasi ini sering timbul dari bagian yang diamputasi.
2)    Kaji tingkat nyeri (kualitas, daerah/area, keparahan dengan skala nyeri, waktu).
3)    Ajarkan teknik relaksasi.
4)    Berikan posisi nyaman.
5)    Kolaborasi pemberian pereda nyeri optimal.
c.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan ekstremitas.
    Tujuan : konsep diri positif dengan kriteria pasien menerima     perubahan     fisik.
    Tindakan :
1)    Dorong klien untuk melihat dan menyentuh puntung serta mengekspresikan perasaannya tentang amputasi.
2)    Tunjukkan sikap penerimaan dan empati pada klien.
3)    Libatkan klien dalam perawatan , misal : pada penggantian pakaian.
4)    Kolaborasi dengan psikolog.
d.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan cara berdiri sekunder terhadap amputasi ekstremitas bawah.
    Tujuan : Mobilitas fisik normal dengan kriteria hasil klien dapat     menunjukkan penggunaan teknik penguatan otot, untuk meningkatkan     mobilisasi.
    Tindakan :
1)    Beritahu klien tentang kesulitan dalam adaptasi cara berdiri akibat amputasi.
2)    Beritahu klien tentang cara mencegah perubahan, cara berdiri dengan penguatan otot gluteus dan abdomen saat berdiri.
3)    Sebelum ambulasi, pastikan ekstremitas atas klien mempunyai kekuatan yang diperlukan untuk alat bantu.
4)    Diskusikan dan demonstrasikan cara menggunakan alat bantu.
5)    Bantu klien untuk menggunakan alat bantu.

DAFTAR PUSTAKA


Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.

Engram, Barbara. (1990). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta : EGC

R. Sjamsuhidayat dan Wim de jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Swearingan, Pamela. L (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC


































»»  READMORE...

askep Abses

BAB I
KONSEP DASAR

Pengertian
Abses adalah peradangan purulenta yang juga melebur ke dalam suatu rongga (rongga Abses) yang sebelumnya tidak ada, berbatas tegas (Rassner et al, 1995: 257). Menurut Smeltzer, S.C et al (2001: 496). Abses adalah infeksi bakteri setempat yang ditandai dengan pengumpulan pus (bakteri, jaringan nekrotik dan SDP). Sedangkan menurut EGC (1995: 5) Abses adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang terbentuk akibat kerusakan jaringan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa Abses Inguinal merupakan kumpulan nanah pada Inguinal akibat infeksi bakteri setempat.
 
Penyebab / Faktor Predisposisi
Underwood, J.C.E (1999: 232) mengemukakan penyebab Abses antara lain:
Infeksi mikrobial
Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses radang ialah infeksi mikrobial. Virus menyebabkan kematian sel dengan cara multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu sintesis kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang atau melepaskan endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel.
Reaksi hipersentivitas
Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons imunologi mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi imun yang akan merusak jaringan.
Agen fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma fisik, ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih (frosbite).
Bahan kimia iritan dan korosif    
Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan merusak jaringan yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses radang. Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik yang mengiritasi dan langsung mengakibatkan radang.
Nekrosis jaringan
Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen dan makanan pada daerah bersangkutan, yang akan mengakibatkan terjadinya kematian jaringan, kematian jaringan sendiri merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi daerah infark sering memperlihatkan suatu respons, radang akut.
 
Gambaran Klinik
Smeltzer, S.C et al (2001: 496) mengemukakan bahwa pada Abses terjadi nyeri tekan. Sedangkan Lewis, S.M et al (2000: 1187) mengemukakan bahwa manifestasi klinis pada Abses meliputi nyeri lokal, bengkak dan kenaikan suhu tubuh. Leukositosis juga terjadi pada Abses (Lewis, S.M et al, 2000: 589). Sedangkan tanda-tanda infeksi meliputi kemerahan, bengkak, terlihat jelas (lebih dari 2,5 cm dari letak insisi), nyeri tekan, kehangatan meningkat disekitar luka, warna merah jelas pada kulit disekitar luka, pus atau rabas, bau menusuk, menggigil atau demam (lebih dari 37,7oC/100oF) (Smeltzer, S.C et al, 2001: 497).
 
Anatomi / Patologi  
Rassner et al (1995: 257) mengemukakan bahwa subkutis (hipoderm, panikulus adiposus) merupakan kompartemen ketiga dari organ kulit disamping epidermis dan dermis. Subkutis yang letaknya diantara dermis (korium) dan fasia tubuh, membungkus dengan lapisannya yang relatif tebal.
Epidermis
Dermis
Subkutis
Papila dermis
Papila subkutis
Septa fibrosa
Lobulus lemak dengan sel lemak
Fasia
Gambar 1: Skema subkutis (Rassner et al, 1995: 257) 

»»  READMORE...

Kualitas Sperma Pria Perancis Turun 30 Persen

Shutterstock
Ilustrasi

Kompas.com - Jumlah sperma rata-rata pria Perancis turun sekitar 30 persen. Kesimpulan itu dihasilkan setelah dilakukan pemeriksaan semen pada 26.600 pria Perancis.

Jumlah jutaan spermatozoa per milimeter turun sekitar 32,3 persen atau 1,9 persen pertahun. Selain itu, prosentase bentuk sperma yang normal jumlahnya turun sampai 33,4 persen.

Dalam 20 tahun terakhir ini memang ditemukan penurunan jumlah dan kualitas sperma para pria. Studi di Eropa menunjukkan, 1 dari 5 pria berusia muda memiliki jumlah sperma yang sedikit sehingga tak cukup untuk pembuahan.

Penelitian di Perancis itu dianggap sebagai studi pertama yang mengungkapkan penurunan tajam baik dalam konsentrasi atau morfologi seprma.

Menurut Dr.Allan Pacey, dosen senior bidang andrologi dari Universitas Sheffield, saat ini rata-rata pria Perancis berusia 35 tahun memiliki jumlah seperma 73,6 sampai 49,9 juta per milimeter. Jumlah tersebut sebenarnya masih dalam skala normal. Seorang pria dianggap tidak subur jika jumlah spermanya kurang dari 15 ribu permilimeter.

Penurunan jumlah sperma diakibatkan oleh gaya hidup modern, baik karena faktor pola makan atau pun paparan zat kimia dari lingkungan.

"Kita belum tahu apa faktor yang paling berpengaruh, tetapi kemungkinan besar adalah kombinasi," kata Richard Sharpe dari Universitas Edinburgh.

Faktor lain yang juga diketahui berpengaruh pada kualitas sperma adalah usia, kebiasaan merokok, serta berat badan.

Sumber :
»»  READMORE...

Planet Beratmosfer Tipis Juga Bisa Mendukung Kehidupan

NASA Jejak Aliran Air di Mars yang diambil dengan lensa kamera Mastcam milik Curiosity pada 14 September 2012 dan dirilis oleh NASA pada 27 September 2012.

SAN FRANSISCO, KOMPAS.com - Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa mikroba tidak bisa hidup di tekanan ekstrem rendah, alias di lingkungan beratmosfer tipis seperti Mars. Namun, studi terbaru membantahnya. Hal ini jadi bukti bahwa mikroba bisa hidup di lingkungan planet beratmosfer tipis.

"Hanya karena planet tidak memiliki atmosfer tebal, tidak berarti kita harus menyingkirkannya sebagai planet yang tak layak huni," kata Alexander Pavlov dari Goddard Space Flight Center, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dalampresentasi di pertemuan tahunan American Geophysical Union, Senin (3/12/2012).

Pavlov melakukan eksperimen untuk membuat simulasi lingkungan Mars di sebuah bejana. dalam bejana itu, ada debu bergaram serupa tanah mars dan karbon dioksida yang didinginkan dengan nitrogen cair. Selanjutnya, bakteri E. coli dimasukkan di dalam bejana itu. Tekanan dalam bejana diturunkan.

Saat tekanan dalam bejana 40 kali lebih kecil dari di permukaan Bumi, air di dalam bejana itu mendidih. Namun, air masdih tersisa sehingga E. coli bisa bertahan untuk beberapa hari. Karena air tak diisi ulang, maka setelah beberapa hari koloni bakteri punah.

Pavlov berpikir, Mars pada musim panas dan semi bisa melelehkan es di bawah permukaan dan memberikan tempat bagi mikroorganisme untuk hidup. Selama masa itu, suhu di bawah tanah meningkat di atas titik beku dan tanah yang punya ketebalan sekitar 15 cm memberikan ruang berlindung dari ultraviolet.

Menurut Pavlov, dalam kondisi itu, mikroba ekstremofil yang bisa hidup di kondisi ekstrem bisa bertahan. "E. coli bukan ekstremofil, jadi jika mikroba biasa bisa hidup di tekanan rendah, maka pasti mikroba ekstremofil bisa bertahan," kata pavlov seperti dikutip Wired, Senin lalu. Dengan demikian, mikroba diperkirakan bisa hidup di planet bertekanan rendah seperti Mars.
Sumber :
»»  READMORE...