Social Icons

Senin, 03 Desember 2012

Ikan Langka, Tak Bermata dan Tak Bersisik

M Kottelat Draconectes narinosus

QUANG NINH, KOMPAS.com - Ilmuwan dari Flora Fauna International menemukan spesies ikan langka baru di wilayah Ha Long Bay, provinsi Quang Ninh, Vietnam. Ikan itu unik karena tak memiliki mata dan sisik.

Spesies itu dinamai Draconectes narinosus. nama diambil dari paduan bahasa Yunani dan Latin. Kata "Deacon" berarti naga sementara "nectes" berarti perenang. "Narinosus" dalam bahasa Latin berarti tulang hidung besar. Jadi, spesies itu adalah ikan naga yang punya hidung besar.

D. narinosus adalah ikan gua. Karakter tanpa mata dan sisik merupakan salah satu adaptasi untuk hidup di lingkungan gua yang gelap. Ikan ini hanya hidup di air tawar gua, walaupun letak gua berdekatan dengan lautan.

Ikan jenis ini tepatnya ditemukan di Van Gio Island, bagian dari ekosistem karst yang terdapat di Ha Long Bay. Lebar wilayah Van Gio Island hanya 400 meter. Danau air tawar di dalam gua tempat ikan ini ditemukan juga hanya 200 meter dari lautan.

Diberitakan Livescience, Sabtu (1/12/2012), D. narinosus juga merupakan genus baru. Ilmuwan belum mengetahui apakah ada ikan di sekitarnya yang layak dikategorikan dalam genus yang sama. Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Revue suisse de Zoologie.
Sumber :
LiveScience
»»  READMORE...

Adakah "Krakatau" di Venus?

ESA/AOES Ilustrasi gunung api di planet Venus.

PARIS, KOMPAS.com — Para astrofisikawan sebelumnya meyakini bahwa Venus hanya memiliki gunung api yang telah mati selama jutaan tahun. Namun, riset terbaru memunculkan perdebatan bahwa saudara "perempuan" Bumi itu juga memiliki gunung aktif seperti Krakatau ataupun Merapi.

Bukti yang mengarah pada vulkanisme di Venus didapatkan dari pengamatan Venus Express, wahana antariksa yang mengorbit planet kedua terdekat dari Matahari itu sejak 2006. Hasil pengamatan wahana tersebut, yang telah dianalisis oleh ilmuwan, dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience, Senin (3/12/2012).

Venus Express mendapati adanya gas sulfur dioksida (SO2), gas yang dihasilkan oleh gunung api aktif di Bumi, sesaat setelah kedatangannya di Venus 6 tahun lalu. Konsentrasi SO2 kemudian turun setelah beberapa saat, dan kini 10 kali lebih rendah dari tahun 2006.

"Jika Anda melihat adanya kenaikan konsentrasi sulfur dioksida di atmosfer, Anda tahu bahwa sesuatu telah membawanya ke atas, sebab molekul individual SO2 akan terdegradasi oleh sinar Matahari setelah beberapa hari," kata Emanuel Marq dari European Space Agency, seperti dikutip AFP, Senin.

Wahana milik badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sebelumnya, Pioneer Venus, pada tahun 1980-an juga mendeteksi adanya kenaikan konsentrasi SO2 di Venus. Wahana itu menjalankan misinya pada tahun 1978-1992.

Kenaikan kadar SO2 memang menjadi petunjuk adanya vulkanisme. Namun sayangnya, semua belum bisa dipastikan. Kenaikan SO2 juga menjadi gejala lain, yaitu adanya badai yang mengocok gas beracun tersebut di atmosfer Venus.

Fenomena badai itu terjadi karena perbedaan waktu rotasi Venus dengan kecepatan angin. Venus berotasi pada sumbunya sendiri selama 243 hari Bumi. Sementara itu, kecepatan anginnya jauh lebih cepat sehingga hanya butuh 4 hari Bumi untuk berembus mengelilingi Venus.

"Erupsi vulkanik bisa menjadi seperti piston yang meningkatkan kadar sulfur dioksida, tetapi keanehan pada sirkulasi planet yang belum kita ketahui dengan pasti juga bisa mencampur gas menghasilkan fenomena yang sama," ungkap Jean-Loup Bertaux, peneliti pada instrumen SPICAV yang ada pada wahana Venus Express.

Venus semula dianggap saudara Bumi dan bisa mendukung kehidupan. Namun, hasil penelitian pada tahun 1970 menunjukkan bahwa atmosfer Venus tinggi kadar karbon dioksida dan tekanan 90 kali di Bumi. Suhu planet ini mencapai 457 derajat Celsius.
Sumber :
AFP
»»  READMORE...

Fosil Manusia Purba Ditemukan di Takengon

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi

MEDAN, KOMPAS.com — Balai Arkeologi Medan kembali menemukan kerangka manusia purba di sebuah ceruk Mendale, Takengon, Gayo, Aceh Tengah. Kerangka manusia yang diperkirakan hidup pada tahun 300 Masehi itu diduga berasal dari Thailand. 


Temuan ini bernilai karena mematahkan teori Austronesia. Sebelumnya diyakini bahwa nenek moyang penduduk Indonesia barat berasal dari Austronesia. 



Koordinator Peneliti Balai Arkeologi Medan Ketut Wiradnyana, Senin (26/11/2012), menuturkan, fosil kerangka manusia itu ditemukan pada Sabtu (24/11/2012). Di dekat fosil ditemukan perhiasan dari kulit kerang dan pecahan gerabah bercat merah yang gambarnya mirip gerabah dari Banchiang, Thailand. 



Bangsa Austronesia yang diperkirakan pernah bermigrasi ke Gayo atau wilayah Indonesia barat lain, antara lain, dari Filipina dan Taiwan melalui Sulawesi. Dengan temuan fosil manusia purba ini, pada periode 4.400 sebelum Masehi hingga 300 Masehi, diperkirakan ada manusia dari Thailand yang bermigrasi ke Gayo. 



Fosil manusia purba terbaru yang ditemukan Balai Arkeologi Medan di Takengon diperkirakan mempunyai religi yang sama dengan fosil berusia 4.400 tahun sebelum Masehi yang ditemukan di ceruk Mendale. Hal ini tampak pada cara penguburan, yaitu kaki terlipat. Kedalaman penguburan 25 sentimeter dari permukaan tanah (di atas lapisan neolitik). 



Hingga saat ini, Balai Arkeologi Medan telah menemukan sembilan kerangka manusia purba di Takengon. Enam kerangka ditemukan di goa di Ujung Karang, Takengon, dan tiga lain di sebuah ceruk di Mendale. (HAN)

Sumber :
Kompas Ceta
»»  READMORE...

Indonesia Berpeluang Jadi Pusat Fisika Teori Internasiol

Ilustrasi Fisika Teori

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia berpeluang menjadi markas Pusat Fisika Teori International (International Center for Theoretical Physics/ ICTP) di kawasan Asia Timur.

"International Atomic Energy Agency (IAEA) dan ICTP menilai Indonesia layak. Ini sesuatu yang membanggakan," kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Djarot Wisnubroto, di sela lokakarya bertema "Entrepreneurship Physicists and Engineers from Far Eastern Developing Countries" di Jakarta, Senin (3/12/2012).

Menurut Djarot, penilaian kelayakan tersebut dilakukan berdasarkan keberadaan infrastruktur keilmuan, seperti laboratorium serta kemampuan sumber daya manusia.

"Dorongan ini disampaikan melalui Batan karena kami telah memiliki hubungan kerja sama erat dengan IAEA dan cukup sering menggelar kegiatan regional di bidang ketenaganukliran," katanya.

Menurut dia, rencana untuk menjadi markas Pusat Fisika Teori Internasional tersebut sudah mendapat dukungan dari Kementerian Riset dan Teknologi, universitas, dan lembaga-lembaga penelitian.

Djarot mengatakan, posisi Indonesia di bidang ilmu fisika akan makin diperhitungkan bila menjadi markas Pusat Fisika Teori Internasional di tingkat regional.

Menurut Deputi Bidang Penelitian Dasar dan Terapan Batan, Anhar Riza Antariksawan, pembentukan ICTP Regional Asia Timur di Indonesia akan sangat menguntungkan, termasuk di antaranya meningkatkan interaksi ilmuwan dalam negeri dengan ilmuwan internasional.

"Indonesia akan menjadi magnet bagi ilmuwan mancanegara karena banyak kegiatan yang digelar," tambahnya.

ICTP merupakan lembaga keilmuwan nirlaba yang dibentuk tahun1964 di Trieste, Italia, atas prakarsa Dr Abdus Salam, pemenang Nobel bidang Fisika dari Pakistan, serta kemudian mendapat dukungan dari fisikawan dunia dan Pemerintah Italia.

Perkembangan sains dan teknologi yang pesat berdampak pada peningkatan kegiatan ICTP sehingga organisasi itu kemudian membangun ICTP Regional Amerika Selatan di Sao Paulo, Brasil, yang memulai kegiatannya pada 2012.
Sumber :
AN
T
»»  READMORE...

Ikan Spesies Baru, Ikan Obama

Joseph R. TomelleriEtheostoma obama
TENNESSEE, KOMPAS.com - Spesies baru biasanya dinamai berdasarkan keunikan, nama penemu ataupun lokasi penemuannya. Tapi, spesies ikan baru yang ditemukan di Amerika Serikat dinamai dengan cara berbeda. Spesies baru ikan ini "terhormat", dinamai dengan nama Barack Obama.
Lengkapnya, nama spesies ikan baru tersebut adalah Etheostoma obama. Ikan ini merupakan jenis endemik sungai Duck dan Buffalo di Tennessee. Berdasarkan taksonominya, ikan ini masuk golongan ikan darter (anak panah), golongan ikan yang mampu melesat cepat di perairan.
"Kami memilih presiden Obama karena kepemimpinannya dalam bidang lingkungan, terutama soal energi dan perlindungan lingkungan dan dia salah satu presiden pertama yang menggunakan konservasi dan perlindungan lingkungan sebagai visi global," kata Layman seperti dikutip Scientific American, Jumat (30/11/2012).
Steve Layman dari Geosyntec Consultants di Kennesaw, Georgia dan Rick Mayden dari Saint Louis University di Missouri menemukan spesies ikan ini setelah menganalisis spesies ikan Etheostoma stigmaeum, yang ternyata  spesies kompleks dan sebenarnya bisa dibagi menjadi 9 spesies.
E. obama disebut pula darter warna warni karena kenampakannya yang indah. Ikan ini didominasi warna oranye yang terang dan bintik biru. Pejantan ikan ini bisa berukuran 4,8 cm sementara betinanya memilberukuran 4,3 cm.
Selain ikan obama, peneliti juga menemukan empat jenis ikan lainnya yang dinamai berdasarkan nama presiden dan wakil presiden Amerika Serikat. Spesies ikan tersebut adalah Etheostoma gore (dari nama Al Gore), Etheostoma jimmycarter (dari nama Jimmy Carter), Etheostoma teddyroosevelt (dari nama Theodore Rosevelt) dan Etheostoma clinton (dari nama Bill Clinton).


»»  READMORE...

Galaksi Paling Terang, Bintangnya Bisa Dihitung

ESAGalaksi ESO 318-13. Bintang paling terang di bagian tengah sebenarnya berada di Bimasakti, namun tampak terang karena letaknya yang lebih dekat dari Bumi.
KOMPAS.com - Galaksi yang biasanya tampak seperti kabut tampil begitu terang dan jelas dalam citra teleskop Hubble milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan European Space Agency (ESA). 
Galaksi yang dicitrakan bernama ESO 318-13. Saking terangnya, galaksi itu dijuluki "glittering galaxy" atau galaksi yang berkilau. Bintang yang berada di galaksi itu hampir bisa dihitung.
Dalam citra Hubble, ESO 318-13 memang objek utama yang ingin ditampilkan. Namun, gambar juga menyajikan betapa galaksi itu hanya sebagian kecil dari semesta.
Citra menunjukkan, beberapa bintang yang sebenarnya tidak berada di galaksi itu juga terlihat. Contohnya, bintang yang pada gambar di atas tampak berada di tengah.
"Ini adalah tipuan perspektif. Bintang itu sebenarnya ada di Bimasakti, galaksi kita, dan itu bersinar terang karena letaknya yang lebih dekat dibandingkan ESO 318-13," demikian dinyatakan European Space Agency.
Diberitakan Daily Mail, Senin (3/12/2012), gambar juga menyajikan objek serupa piringan yang sebenarnya merupakan galaksi-galaksi yang lebih jauh.
Citra galaksi berbentuk elips juga berhasil ditangkap bersama galaksi lain berbentuk spiral yang akan menjadi target observasi para astronom.
Sumber :Daily Mail
»»  READMORE...

Teori Pembentukan Planet Serupa Bumi Ditantang


SANTIAGO, KOMPAS.com — Sebuah temuan baru menantang teori pembentukan planet batuan, termasuk Bumi.


Tata Surya memiliki sejumlah planet batuan. Selain Bumi, ada Merkurius, Venus, dan Mars. Planet itu memiliki inti logam, berbeda dengan planet gas seperti Jupiter dan Saturnus.



Temuan tersebut menjadi petunjuk bahwa planet batuan di semesta lebih umum dari yang diduga. Hasil riset dipublikasikan di Astrophysical Journal of Letters, Jumat (30/11/2012).



Dalam riset tersebut, ilmuwan menggunakan teleskop canggih ALMA yang ada di observatorium di Cile, di atas gunung berketinggian 5.000 meter.



Penelitian dilakukan dengan mengamati katai coklat ISO-Oph 102. Katai coklat adalah benda langit serupa bintang, tetapi terlalu kecil untuk memiliki reaksi inti dan bersinar.



Teori tradisional tentang pembentukan planet batuan menyatakan, planet batuan terbentuk dari partikel di sekitar bintang yang bertumbukan. Partikel saling melekat dan tumbuh besar.



Pada katai coklat ini, ilmuwan menduga kejadiannya berbeda. Partikel sulit melekat karena terlalu jarang dan bergerak terlalu cepat. Penyatuan sulit dilakukan.



Namun, di sekitar wilayah ISO-Oph 102, ilmuwan menemukan benda padat yang berukuran cukup besar. Hal ini di luar dugaan.



"Butiran padat seukuran itu seharusnya tidak terbentuk di wilayah luar piringan sekitar katai coklat yang dingin. Namun, tampaknya itu memang terbentuk," kata Luca Ricci dari Caltech.



Ricci yang memimpin riset ini, seperti dikutip AFP, Jumat, mengungkapkan, "Kami tak yakin apakah planet memang bisa atau sudah terbentuk di sana, tapi kami melihat proses awalnya. Jadi, kita akan mengubah asumsi tentang kondisi yang diperlukan sehingga planet batuan bisa terbentuk."

Sumber :
AFP
»»  READMORE...