Stankovic seperti dikutip New Scientist, Kamis (8/11/2012), mengatakan, "Kita telah mengetahui tentang potensial DC di telinga manusia sejak 60 tahun lalu, namun tak ada yang berusaha untuk memanfaatkannya." Listrik di telinga adalah akibat dari gradien elektrik di membran sel.
Dengan chip elektronik yang memiliki beberapa elektroda kecil dengan hambatan rendah, Stankovik berupaya memanfaatkan. Selama ini, pemanfaatan terkendala sebab potensial listrik di sel telingan tergolong kecil.
Dalam penelitiannya, Stankovic mengimplantasikan chip ekektronik di telinga bagian dalam babi Guinea. Sementara, elektroda dihubungkan dengan membran sel koklea, bagian telinga yang berbentuk seperti rumah siput. Bersama chip, disematkan pula pemancar radio.
Pada awalnya, gelombang radio dibutuhkan. Namun akhirnya, gradien listrik yang ada di sepanjang membran sel berhasil dimanfaatkan untuk menghidupi pemancar radio selama 5 jam. Tes membuktikan bahwa pendengaran si babi Guinea tak terpengaruh.
Pengembangan masih diperlukan. Alat berfungsi baik pada jangka pendek. Tapi di jangka panjang, alat bisa merusak sensitifitas sel telinga. Tantangan ke depan, pengembangan elektroda yang lebih kecil.
Stankovic menuturkan, apa yang dilakukannya adalah bukti bahwa energi dari makhluk hidup belum dipertimbangkan. "Pandangan yang sangat futuristik adalah, kita mungkin bisa mengekstrak energi dari sel masing-masing individu dengan desain yang sama."
Riset dipublikasikan di jurnal Nature Biotechnology baru-baru ini. Jika teknologi ini terwujud, apa yang bisa dibayangkan? Mungkin, listrik bisa didapatkan dengan mencolok telinga. Yang jelas, ilmuwan punya tujuan medis. Implan koklea diharapkan bisa didukung dengan inovasi ini.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar