Social Icons

Kamis, 28 Februari 2013

Atasi PMS dengan Pola Makan Tinggi Zat Besi

Jutaan wanita di dunia setiap bulannya menderita gangguan nyeri dan ketidakstabilan emosi menjelang datang bulan. Keluhan yang biasa disebut pre menstrual syndrome (PMS) ini ternyata dapat diatasi dengan pola makan tinggi zat besi.

Para wanita yang mengonsumsi zat besi yang bersumber dari bahan pangan nabati diketahui risikonya sepertiga lebih rendah menderita PMS dibanding wanita yang pola makannya rendah zat besi. Zat besi dari pangan nabati antara lain dari sayuran berdaun hijau tua serta kacang-kacangan yang dikeringkan.

Jenis mineral lain juga berpengaruh. Penelitian menemukan, kadar zinc yang tinggi berkait erat dengan kejadian PMS yang rendah. Zinc sendiri ditemukan pada berbagai jenis buah segar dan sayuran.

"Berbagai jenis mineral sangat penting untuk siklus menstruasi yang lancar dan juga PMS. Tiap wanita harus mengonsumsi makanan seimbang, jika tidak cukup dari makanan yang dikonsumsi bisa ditambah dari suplemen," kata peneliti senior Elizabeth Bertone-Johnson.

Para peneliti belum tahu bagaimana pengaruh zat besi pada menurunnya risiko PMS karena zat besi banyak terlibat dalam berbagai proses tubuh. Zat besi mungkin mengurangi rasa nyeri dan gejolak emosional saat PMS dengan meningkatkan level hormon serotonin di otak.

Kadar serotonin yang rendah berkait erat dengan depresi. Bertone-Johnson mengatakan serotonin juga berkaitan dengan gejala PMS.

PMS diderita sekitar 8 -15 persen wanita berusia reproduksi. Gejalanya bisa fisik atau emosional, antara lain rasa nyeri pada payudara, nyeri perut, perubahan selera makan, depresi, dan kecemasan.

Penelitian yang dilakukan Bertone-JOhnson ini melibatkan 3.000 wanita di AS dan diikuti selama 10 tahun. Setelah membandingkan data asupan kalsium dan faktor lain, para peneliti menemukan wanita yang cukup mengonsumsi zat besi risikonya terkena PMS 40 persen lebih rendah.

Risiko PMS turun secara signifikan pada wanita yang mengonsumsi 20 miligram zat besi setiap hari. Pada wanita premenopause, disarankan mengonsumsi 18 mg zat besi setiap hari.

Sedangkan mereka yang mengasup lebih dari 10 mg zinc setiap hari efeknya terhadap PMS baru terasa.

Meski demikian, mineral sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan. Kadar potasium yang berlebihan diketahui justru meningkatkan risiko PMS. Karena itu sebaiknya konsultasikan pada dokter sebelum Anda mengonsumsi suplemen mineral.

"Terlalu banyak zat besi bisa menyebabkan masalah dan suplementasi mineral akan mengganggu keseimbangan tubuh," kata Samantha Heller, ahli nutrisi klinik.

Sumber :
Healthday News
»»  READMORE...

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV-AIDS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV-AIDS

Konsep Dasar

  1. Pengertian
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

  1. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

  1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
  2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
  3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
  4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
  5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

  1. Lelaki homoseksual atau biseks.                    5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
  2. Orang yang ketagian obat intravena
  3. Partner seks dari penderita AIDS
  4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

  1. Pemeriksaan Diagnostik
    1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
      • ELISA 
      • Western blot 
      • P24 antigen tes
      • Kultur HIV
    2. Tes untuk deteksi gangguan system imun
      • Hematokrit. 
      • LED 
      • CD4 limfosit 
      • Rasio CD4/CD limfosit
      •  Serum mikroglobulin B2 
      • Hemoglobulin


Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian.

    1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
    2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
    3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
    4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
    5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
    6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
    7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.
    8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
    9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
    10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis,  SOB, menggunakan otot  Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
    11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
    12. Gu : lesi atau eksudat pada genital,
    13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.


II. Diagnosa keperawatan
    1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
    2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
    3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
    4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
    5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
    6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

III. Perencanaan keperawatan.

  1. Diagnosa Keperawatan
    Perencanaan Keperawatan



    Tujuan dan criteria hasil
    Intervensi
    Rasional
    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
    Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.

    1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.
    2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
    3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
    4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
    5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order   
    Untuk pengobatan dini
    Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.

    Mencegah bertambahnya infeksi


    Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

    Mempertahankan kadar darah yang terapeutik
    Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
    Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC.

    1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.
    2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.
    Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini

    Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain
    Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
    Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.

    1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
    2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
    3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.
    Respon bervariasi dari hari ke hari

    Mengurangi kebutuhan energi

    Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik
    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
    Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.

    1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
    2. Monitor BB, intake dan ouput
    3. Atur antiemetik sesuai order
    4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.
    Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut
    Menentukan data dasar
    Mengurangi muntah
    Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien
    Diare berhubungan dengan infeksi GI
    Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,

    1. Kaji konsistensi dan frekuensi  feses dan adanya darah.
    2. Auskultasi bunyi usus
    3. Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order
    4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside
    Mendeteksi adanya darah dalam feses

    Hipermotiliti mumnya dengan diare
    Mengurangi motilitas usus,  yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinal
    Untuk menghilangkan distensi
    Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.
    Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif

    1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya
    2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
    3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.
    Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.
    Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas
    Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.





    Daftar Pustaka

    Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book, Toronto.

    Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.

    Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.

    Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

    Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.
    Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

    Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta


    Virus HIV

    Immunocompromise

    Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit, limfosit B

    Merusak seluler

    Flora normal patogen

    Organ target

    Manifestasi oral

    Respiratori

    Invasi kuman patogen

    Manifestasi saraf

    Gastrointestinal

    Lesi mulut

    Dermatologi

    Nutrisi inadekuat

    Sensori

    Penyakit anorektal

    Hepatitis

    Ensepalopati akut

    Gangguan penglihatan dan pendengaran

    Disfungsi biliari

    Diare

    HIV- positif ?

    Tidak efektif pol napas

    Gatal, sepsis, nyeri

    Infeksi

    Kompleks demensia

    Cairan berkurang

    Gangguan mobilisasi

    Aktivitas intolerans

    Gangguan rasa nyaman : nyeri

    hipertermi

    Cairan berkurang

    Nutrisi inadekuat

    Gangguan rasa nyaman : nyeri

    Gangguan pola BAB

    Tidak efektfi bersihan jalan napas

    Gangguan body imageapas

    Gangguan sensori

    Reaksi psikologis


»»  READMORE...