Social Icons

Selasa, 20 November 2012

Otot Artifisial 200 Kali Lebih Kuat dari Aslinya

 
Science Otot artifisial berhasil dikembangkan dari tabung nano berisi parafin. Otot ini 200 kali lebih kuat dari aslinya.
TEXAS, KOMPAS.com - Kecil tapi perkasa. Peneliti Amerika Serikat berhasil mengembangkan otot artifisial yang 200 kali lebih kuat dari otot asli dengan ukuran yang sama.

Ray Raughman, peneliti dari University of Texas di Dallas yang memimpin studi mengatakan bahwa otot yang dikembangkan pada dasarnya adalah tabung karnon nano. Tabung nano tersebut diisi dengan material lainnya sehinga membentuk serabut otot buatan.

Langkah pertama, peneliti merangkai tabung nano dengan proses yang sama seperti seeorang yang tengah merangkai benang wol. Bagian tabung nano yang kosong lalu diisi dengan material beragam material termasuk parafin.

Untuk membuat otot buatan ini berkontraksi, peneliti memanaskannya. Saat dipanaskan, parafin memuai, mendorong dinding tabung nano dan membuatnya lebih pendek dan tebal. Saat didinginkan kembali, parafin menyusut dan tabung mengecil serta memanjang lagi.

Baughman mengutarakan, otot buatannya bisa berkontraksi dan relaksasi dalam waktu 25 milidetik atau 25 per seribu detik. Dengan kemampuan itu, otot buatan ini bisa melakukan banyak sekali pekerjaan sesuai tujuan pengembangannya.

Richard Vaia, peneliti material dari Air Force Research Laboratory di Wright-Patterson Air Force Base di Ohio terpesona dengan otot buatan ini. "Hal yang baru adalah bagaimana mereka menggunakan sifat kedua material, memrosesnya dengan tepat dan menggabungkannya," katanya.

Baugman seperti dikutip TechNewsDaily, Kamis (15/11/2012), mengungkapkan bahwa prospek penggunaan otot buatan itu besar. Penggunaannya pada alat medis yang kecil sangat cocok. Selain itu, otot buatan ini ke depan juga bisa digunakan robot. Dengan otot, gerakan robot bisa lebih natural.

Saat ini, laboratorium Baughman sudah mampu mengembangkan otot sepanjang 1 km. Pengembangan akan dilakukan sehingga bisa menghasilkan otot lebih panjang serta tak cuma peka terhadap panas, tapi juga zat kimia. Hasil riset ini dipublikasikan di jurnal Science, Kamis kemarin.
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar